Monday 16 January 2006

Veronika Memutuskan Mati


Judul : Veronica Memutuskan Mati
Penulis : Paulo Coelho
Penerjemah : Lina Jusuf
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan : I, Februari 2005
Tebal : 258 hal
ISBN : 979-91-0025-9

Bunuh diri adalah pilihan tragis yang dilakukan manusia ketika persoalan hidup terasa begitu menghimpit jiwanya dan tak ada pilihan lain untuk menyelesaikannya. Berbagai macam persoalan hidup bisa memicu seseorang untuk bunuh diri mulai dari yang ringan seperti diejek teman, tak bisa membayar SPP hingga yang rumit seperti kehidupan rumah tangga yang hancur, terbelit hutang, dll. Namun tak pernah kita mendengar kasus bunuh diri terjadi karena semata ingin keluar dari rutinitas keseharian yang membosankan. Kalaupun seseorang merasa jenuh dengan rutinitasnya, biasanya yang terpikir dilakukan adalah keluar dari rutinitas dan mencari hal-hal baru dengan refreshing, membaca buku, menonton film, pindah pekerjaan, dll, jarang sekali rasanya seseorang sempat berpikir untuk membuang kebosanan rutinitas hidup dengan cara bunuh diri.

Bunuh diri. Itulah yang dipilih Veronika tokoh sentral dalam novel ke-11 Paulo Coelho yang berjudul "Veronika Memutuskan Mati" untuk keluar dari rutinitas hidupnya.
Veronika adalah seorang gadis cantik berusia 24 tahun, sejak lama tinggal sendirian dalam sebuah kamar sewaan di sebuah biara di Ljubljana-Slovenia (pecahan Yugoslavia), ia bekerja sebagai pustakawan dengan karir yang menjanjikan. Tidak ada yang salah dengan pergaulannya, ia memiliki banyak teman dan kecantikannya membuat ia mudah dalam mendapatkan teman kencan. Namun semuanya itu tak membuatnya bahagia rutinitas hidup membuat ia merasa hampa dalam hidupnya. Kebosanan dan kehampaan ini membuatnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan menelan pil tidur hingga overdosis. Ternyata Veronika tak tewas karena pil berdosis tinggi itu. Tindakan Veronika ini dianggap tidak lazim oleh keluarganya, ia dinilai telah melanggar kelaziman hakekat hidup manusia yang seharusnya berjuang untuk hidup. Ia dianggap gila sehingga harus dirawat di rumah sakit jiwa. Ketika sadar Veronika divonis jantungnya terlanjur rusak akibat usaha bunuh dirinya dan ia hanya dapat bertahan hidup selama seminggu saja. Hari-hari penantian Veronika di rumah sakit jiwa inilah yang mengisi seluruh novel ini. Dalam penantiannya Veronika bertemu dan berdialog dengan para penghuni di rumah sakit jiwa itu. Zedka, seorang yang depresi karena memiliki kekasih khayalan, Mari seorang pengacara yang menderita panic attack, dan Eduard yang terkena skizofrenia. Perjumpaannya dengan ketiga orang ini membuat Veronika yang awalnya tak betah dan ingin kabur dari rumah sakit membuatnya menjadi betah karena bisa merasakan kebebasan karena ia merasa dirinya akan segera mati dan bebas melakukan apa saja yang ia kehendaki dalam sisa hidupnya. Hidup dalam lingkungan orang-orang gila lambat laun membuatnya nyaman karena tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan tingkahnya yang mungkin dianggap gila oleh orang diluar tembok rumah sakit..Sosok tokoh direktur rumah sakit jiwa Dr. Igor juga memainkan pernaan penting dalam novel ini. Eksperimen dan penelitian yang dilakukan terhadap para pasiennya akhirnya memberi pengaruh besar pada Veronika ketika ia menjalani hari-harinya di rumah sakit jiwa.

Bagaimana akhir dari hidup Veronika? Pembaca akan mengetahuinya di lembar-lembar terakhir novel ini. Coelho mengemas novel ini menjadi begitu menarik, pengalaman Coelho yang pernah dimasukkan oleh orang tuanya dalam sebuah rumah sakit jiwa ketika ia memutuskan untuk menjadi seorang seniman membuat apa yang ditulisnya mengenai suasana rumah sakit dan pengobatan-pengobatan yang dilakukan oleh para dokter terkesan begitu hidup dan menarik. Walau novel ini disertai uraian dari sudut pandang psikiatri dan spiritual yang dalam serta sarat makna namun kesederhanaan bahasa dan terjemahannya yang baik membuat novel ini memiliki tingkat keterbacaannya yang sangat tinggi . Tidak hanya itu saja novel ini juga menyeret pembacanya berrtanya-tanya apa sebenarnya acuan seseorang dianggap normal atau gila. Apakah seseorang dianggap normal jika mengikuti semua norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat? Sementara seseorang yang mencoba hidup melanggar norma dan berbeda dengan kebiasaan masyarakat patut divonis gila?

Coelho memang tidak secara gamblang menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, namun
secara tidak disadari novel ini membawa pembacanya menyelami kehidupan dirinya sendiri dan menyadarkan bahwa sesungguhnya batas antara normal dan kegilaan sangatlah tipis. Terlebih lagi novel ini memberikan bahan perenungan bagi pembacanya mengenai pencarian makna hidup dalam masyarakat yang terbelenggu rutinitas tanpa jiwa dan takluk terhadap tekanan sosial.

@h_tanzil

No comments:

Post a Comment

 
ans!!