Friday 13 January 2006

SOE HOK GIE : Pergulatan Intelektual Muda

Judul : SOE HOK-GIE : Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani
Penulis : John Maxwell
Penerjemah : Tri Wibowo Budi Santoso (Triwibs)
Penerbit : Pustaka Utama Grafitti, cet I, Juni 2001
Tebal : xiv, 443 hlm; 21 cm
ISBN : 979-444-422-7

Yang terhormat,

Kami mahasiswa univeritas di Jakarta, dengan penuh rasa hormat bersama ini kirimkan kepada anda "perwakilan mahasiswa" di DPR-GR, paket Lebaran dan Natal. Dalam suasana Lebaran dan Natal ini kami menghormati perjuangan yang telah kalian lakukan selama berahun-tahun di lembaga "perwakilan" rakyat ini.

Kondisi demokrasi Indonesia dan Rule of The Law saat ini jelas merupakan hasil dari perjuangan kalian semua, mahasiswa yang tak kenal ampun dan tak terkalahkan, yang tidak pernah menyerah, dan yang tidak kenal kompromi dengan apa yang benar!
Bersama surat ini kami kirimkan kepada anda hadiah kecil kosmetik dan sebuah cermin kecil sehingga anda, saudara kami yang terhormat, dapat membuat diri kalian lebih menarik di mata penguasa dan rekan-rekan sejawat anda di DPR-GR

Bekerjalah dengan baik, hidup Orde Baru! Nikmatilah kursi anda-tidurlah nyenyak!
Teman-teman mahasiswa anda di Jakarta dan eks-demonstran’66


(hal.364)

Sebuah paket yang berisi pemulas bibir, cermin, jarum dan benang, disertai surat terlampir diatas yang berisi kumpulan tanda tangan dikirim oleh Soe Hok-gie dan kawan-kawannya untuk para mahasiswa yang pada saat itu duduk di kursi DPR-GR sebagai perwakilan mahasiswa.

Paket tersebut diantar pada tanggal 12 Desember 1969, beberapa saat sebelum keberangkatan Soe dan Mapala UI menuju Jawa Timur untuk mendaki puncak gunung Semeru. Rupanya itulah akitvitas terakhir Hok-gie dalam mengkiritsi keadaan politik yang berkembang di Indonesia. Empat hari kemudian Soe Hok-gie menghembuskan nafasnya karena menghirup gas beracun di puncak Semeru.

Nama Soe Hok-gie memang identik dengan gerakan mahasiswa di tahun 60-an. Pemikiran-pemikiran kritisnya selama menjadi mahasiswa UI yang dituangkan baik dalam ide-ide pergerakan maupun tulisan-tulisannya di media massa telah melahirkan sejumlah demonstrasi-yang akhirnya menumbangkan kekuasaan Orde Lama dibawah pemerintahan Presiden Soekarno.

Soe Hok-gie dilahirkan pada 16 Desember 1942 . Ayahnya Soe Lie Piet adalah seorang jurnalis peranakan yang pernah menjadi redaktur harian Tjin Po (1925-1926), selain itu Soe Le Pit juga sempat menulis cerita-cerita pendek dan novel pada tahun 1935-1950an. Rupanya jejak Soe Lie Piet sebagai seorang penulis peranakan berpengaruh besar terhadap anak bungsunya, Soe Hok Gie. Kegemaranya menulis catatan harian telah diketahui oleh publik semenjak diterbitkannya buku hariannya yang diberi judul "Catatan Seorang Demonstran" (LP3ES,1983.). Tulisan-tulisannya yang tajam kerap dimuat di harian-harian nasional di tahun 60-an.

Seperti yang dikenal dalam buku hariannya, Soe Hok-gie mulai secara intens menulis kesehariannya dan pemikiran-pemikirannya semenjak menduduki bangku SMA. Dalam usia yang masih relatif muda (17 tahun) Soe Hok Gie telah memiliki daya kritis yang luar biasa terhadap kondisi bangsanya. Tulisan-tulisannya menunjukkan keyakinan yang kuat dan keteguhan moral yang luar biasa, yang menegaskan bahwa generasinyalah yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala masalah.
Setelah menyelesaikan sekolah menengahnya pada tahun 1961 Soe Hok-gie mendapat kesempatan mendalami subjek yang telah menarik perhatiannya sejak tahun-tahun terakhir masa SMA-nya, ia diterima di Fakultas Sastra UI Jurusan Sejarah. Masuknya Hok-gie di UI sesuai dengan minatnya ini membuat ia semakin matang dalam segi intelektual dan emosinya dalam mencermati kondisi politik Indonesia. Meskipun Fakultas Sastra adalah fakultas yang terkecil dan kurang bergengsi di UI namun hal ini membuat semangat fakultas Sastra UI memiliki esprit de crops tertentu yang mudah terlihat oleh mahasiswa yang baru diterima. Hal ini juga membuat fakultas Sastra terlihat lebih independen dan mandiri dan membentuk ciri khas intitusional tersendiri terutama setelah fakultas sastra dipindahkan jauh dari kampus utama UI di Salemba ke kampus baru di Rawamangun. Keadaan kampus Sastra UI yang idependen inilah yang turut membentuk Hok-gie dalam kemandiriannya dalam berpolitik.
Di masa-masa kuliahnya Hok Gie terlibat aktif dalam perdebatan dan diskusi dengan berbagai kelompok dan individu sehingga memberi bentuk dan makna bagi persepsinya yang baru tentang keadaan masyarakat dan politik Indonesia. Di masa-masa inilah Soe Hok Gie memperkuat ketetapan hatinya untuk menolak kebijakan pemerintahan Soekarno dan akhirnya melahirkan komitmennya untuk ikut aktif dalam usaha menjatuhkan pemerintahannya. Hok-gie adalah konseptor dan pencetus ide-ide demonstrasi mahasiswa di tahun 60-an yang pada akhirnya akan membawa pada pergantian pemerintahan dari era Soekarno kepada Soeharto.
Setelah pemerintahan berganti Hok-gie tak lantas otomatis masuk dalam struktur pemerintahan yang baru dibawah Presiden Soeharto, Hok-gie berpendapat keterlibatan langsung mahasiswa dalam politik nasional sebagai fenomena sementara dan merupakan reaksi spontan terhadap kiris politik yang melanda Indonesia. Ketika krisis berakhir Hok-gie berpendapat bahwa partisipasi aktif mahasiswa dalam politik nasional harus diakhiri. Menurut keyakinanya, para dosen dan mahasiswa kini seharusnya kembali kepada tugas utamanya, yaitu mengajar dan belajar. Namun daya kritis Hok Gie tidak berhenti begitu saja, selama ia kembali ke kampusnya di awal masa Orde Baru ia masih aktif menulis dan mengkiritsi pemerintahan orde baru di berbagai media kampus dan koran-koran nasional. Di tahun-tahun akhir hidupnya Hok-gie mulai kecewa terhadap apa yang telah ia perjuangkan, isu korupsi masih mengental di masa awal pemerintahan orde baru, pembersihan sisa-sisa aktivis PKI dan masalah penangan tahanan PKI yang tak berperikemanusiaaan membuat ia terus mengkritisi pemerintahan baru yang turut ia bidani kelahirannya. Kegelisahan-kegelisahan pribadi dan kekecewaan terhadap kampus dan pemerintahan baru negaranya membuat Hok-Gie bersama kawan-kawannya kerap menyingkir dari hiruk pikuk politik dan kampusnya untuk mendaki gunung. Setelah ia dan kawan-kawannya mengirim paket Lebaran-Natal untuk mahasiswa yang menajdi perwakilan di DPR-GR, Hok-gie dan kawan-kawannya melakukan pendakian ke Semeru. Tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke 27 keganasan gas beracun Semeru membuatnya harus mengakhiri aktivitas politiknya untuk selama-lamanya.

Kehidupan Soe Hok Gie secara lengkap mulai dari masa kecil hingga akhir dari hidupnya, beserta pandangan-pandangan politiknya terangkum secara komprehensif dan rinci dalam buku ini yang diberi judul :SOE HOK GIE :Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani karya Indonesianist asal Australia John Maxwell.

Buku ini tentunya melengkapi sejumlah buku mengenai Soe Hok Gie yang telah terbit terlebih dulu seperti "Catatan Seorang Demonstran (LP3ES, 1983), Di Bawah Lentera Merah (Bentang.), Orang-orang Di Simpang Kiri Jalan (Bentang) dan Zaman Peralihan (Bentang).
Bisa dikatakan buku ini melengkapi apa yang tidak terungkap di catatan hariannya yang telah diterbitkan. Buku ini juga memberikan latar belakang peristiwa dari sejumlah entri yang ditulis dalam catatan hariannya. Sehingga bisa dikatakan buku ini sangat baik dibaca baik setelah atau sebelum membaca buku hariannya.

Buku ini adalah sebuah terjemahan disertasi doktoral John Maxwell yang berjudul Soe Hok-gie: A Biography of a Young Indoensian Intellectual, berisi studi biografi Soe Hok Gie, seorang aktivis politik dan intelektual muda yang luar biasa dan paling terkemuka pada dasawarsa 1960-an. Karena merupakan disertasi doktoral tentu saja buku ini dikerjakan dengan sangat serius oleh John Maxwell. Selain riset pustaka melalui arsip-arsip tulisan Hok-gie yang tersebar di berbagai media massa dan ratusan buku yang relevan dalam penulisan biografi ini, John Maxwell juga menyempatkan diri berkunjung ke Indonesia guna mewawancarai keluarga Soe Hok-gie dan lebih dari 50 nama lainnya yang merupakan sahabat dan orang-orang yang pernah bersinggungan dengan Soe Hok Gie selama masa hidupnya.

Buku ini dibagi menjadi enam bagian besar yang berjudul :1) Asal-Usul, 2)Konteks, 3).Tahun-tahun awal di Universitas: Kemunculan Seorang aktivis Politik, 4) Terjun Ke Kancah Aktivisme Politik :Demonstrasi Mahasiswa 1966, 5)Membersihkan Orde Lama, 6) Bergulat dengan Kemunculan Orde Baru.
Kesemua bab dalam buku setebal 417 halaman ini terurai secara lengkap dan komprehensif, selain mengungkap sisi-sisi kehidupan pribadi Soe Hok-gie, buku ini juga memberikan gambaran yang lengkap mengenai peta politik Indoenesia semenjak dimulainya Demokrasi Terpimpin di tahun 50-an hingga akhir periode Soekarno dan awal-awal kemunculan Orde Baru. Gerakan-gerakan mahasiswa paska peristiwa G30S juga terungkap secara jelas, kecermatan riset pustaka dan wawancara dengan tokoh-tokoh eks demostran’66 membuat buku ini begitu hidup dan rinci dalam menggambarkan situasi chaos di tahun 66 yang akhirnya akan meruntuhkan rezim Orde Lama.

Buku ini juga dilengkapi dengan Bibliografi yang memuat lengkap daftar karya lengkap soe hok-gie baik yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan
Buku ini hingga saat ini meruapakan satu-satunya biografi Soe Hok Gie yang ditulis secara lengkap. Walau bukan buku baru (terbit 2001) buku ini akan selalu relevan dibaca bagi merkea yang ingin mengetahui kehidupan Soe Hok-gie dan sepak terjang mahasiswa di tahun 1966 ditengah hiruk pikuk politik di akhir pemerintahan Soekarno, buku ini juga dapat mendampingi buku-buku tentang Soe Hok-gie yang akhir-akhir bannyak diterbitkan ulang semenjak ini namanya kembali dibicarakan orang menyusul difilmkannya tokoh ini dengan judul "GIE"

@h_tanzil

No comments:

Post a Comment

 
ans!!