Friday 27 April 2007

OUT

Judul : Bebas
Judul Asli : Out
Penulis : Natsuo Kirino
Penerjemah : Lulu Wijaya
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 576 hlm ; 20 cm
Harga : Rp 55.000,-


Sadarkah kita bahwa tindak kejahatan, baik yang ringan hingga yang paling keji sekalipun bisa dilakukan oleh siapapun. Ada anggapan bahwa setiap orang memiliki sisi gelap yang bisa muncul dan menguasai pikiran dan tindakan seseorang jika seseorang dalam keadaan terdesak. Tak heran jika kita membaca berita-berita kriminal, kita akan menjuampai bahwa pelaku kejahatan keji juga dilakukan oleh orang-orang biasa yang sehari-harinya dikenal dengan sosok yang santun.

Tindak kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang biasa, dikisahkan dengan menarik dalam novel OUT (Bebas) karya Natsuo Kirino. Yaoi, Masako, Kuniko, Yoshie, mereka adalah ibu rumah tangga biasa. Mereka bekerja sebagai karyawan siht malam di pabrik makanan kotakan (nasi dus plus lauk pauknya). Selain terbelenggu oleh rutinitas pekerjaan yang membosankan, merekapun terkukung oleh kehidupan pribadi masing-masing yang penuh dengan masalah.

Kuniko seorang lajang yang terjerat hutang karena gaya hidupnya yang norak. Yoshie janda beranak dua, hidup serba kekurangan dan tinggal bersama mertuanya yang lumpuh dan cerewet. Yaoi, hidup dengan suami yang penjudi, kasar, suka main perempuan dan selalu menghabiskan uangnya, dan Masako yang walaupun dari segi finansial lebih baik dibanding ketiga temannya namun memiliki kehidupan yang tidak harmonis dengan suami dan anaknya.

Karena beban hidup yang berat dan utang yang menumpuk, Yaoi membunuh suaminya sendiri. Ketika Kenji, suaminya pulang dari berjudi dan menghabiskan seluruh tabungannya, mereka terlibat pertengkaran hebat. Yaoi lupa diri, kemarahannya yang memuncak terlampiaskan dengan mencekik leher suaminya hingga tewas, kemudian ia meminta bantuan pada Masako agar tindakannya ini tidak diketahui oleh siapapun

Entah iblis mana yang membisikkan pada mereka sehingga untuk menghilangkan jejak pembunuhan, Masako dan Yaoi memutuskan untuk mencincang mayat Kenji hingga potongan-potongan agar mudah dibuang ke dalam tempat sampah. Untuk itu Masako segera meminta bantuan Yoshue untuk mencincang mayat Kenji. Dengan pisau seadanya, layaknya memotong ayam mereka memotong-motong mayat Kenji hingga menjadi serpihan-seprihan daging dan memasukkannya ke dalam 15 kantong plastik hitam dan dengan bantuan Kuniko mereka membuangnya ke berbagai tempat. Sedangkan Yaoi tetap tinggal di rumah untuk memainkan peran sebagai ibu rumah tangga yang seolah-olah kehilangan suaminya karena tak pulang-pulang.

Walau semuanya tampak direncanakan dengan rapih, serpihan mayat Kenji akhirnya ditemukan oleh seorang petugas pemeliharaan taman. Walau berupa serpihan tanpa kepala akhirnya polisi berhasil mengidentifikasi bahwa serpihan itu adalah bagian tubuh dari Kenji yang dilaporkan telah hilang. Investigasi polisi akhirnya mengarah pada Satake, pemilik bar dan rumah judi tempat Satake sering berjudi. Kebetulan malam sebelum Kenji menghilang, ia kedapatan beradu fisik dengan Satake yang mengusirnya dari bar karena mengganggu seorang pelacur kesayangan Satake.


Satake akhirnya ditahan selama hampir sebulan, namun karena tak cukup bukti, akhirnya ia dibebaskan. Sekeluar dari penjara Satake kehilangan usahanya. Bar dan pusat judi yang dibangunnya dari nol telah tutup. Karenanya ia bertekad untuk membalas dendam dan mencari siapa sesungguhya pembunuh Kenji yang telah menghancurkan kariernya.

Bagi pecinta kisah-kisah Thriller, novel ini sangat layak untuk dibaca. Novel ini ditulis dengan gaya realisme dan plot yang tajam dan menegangkan. Seluruh karakter tokoh-tokohnya gelap sehingga dari awal hingga akhir pembaca akan diajak merasakan bagaimana sulit dan sesaknya kehidupan para tokoh-tokohnya yang terperangkap dalam kegelapan akibat kehidupan dan perbuatan mereka.

Novel ini memiliki kedalaman dalam mengeksplorasi kehidupan para tokoh-tokohnya. Kehidupan para tokoh baik dari akitifitas keseharian maupun kondisi psikologis mereka sebelum dan setelah peristiwa pembunuhan dan multilasi terungkap secara detail. Tak berlebihan jika novel ini bisa juga digolongkan sebagai novel thriller-psikologis. Detailnya penggarapan karakter ini mengakibatkan alur novel ini bergerak agak lambat, ditambah lagi dengan gaya Natsuo untuk menceritakan kembali sebuah kejadian dengan sudut pandang yang berbeda. Selain itu, hal yang membuat novel ini sensasional adalah proses multilasi mayat Kenji oleh Masako dan Yoshue yang dideskripsikan dengan detail sehingga berpotensi menimbulkan rasa mual bagi pembacanya.

Namun tak ada yang sia-sia dalam pendeskripsiannya. Tampaknya semua ini dimaksudkan untuk menggiring pembaca ‘masuk’ ke dalam kisah yang gelap, memikat, lengkap bersama unsur-unsur kebrutalan di dalamnya. Tak heran beberapa kawan pembaca mengungkapkan bahwa novel ini membuat mereka ikut hanyut dan merasakan depresi seperti yang dialami tokoh-tokohnya. Bahkan di Jepang sendiri novel yang telah menjadi best seller dan terjual sebanyak 300.000 copy ini sempat dikhawatirkan menimbulkan pengaruh buruk bagi para ibu2 di Jepang terhadap suami mereka.

Tidak seperti kisah-kisah thriller umumnya yang membuat kita bertanya-tanya siapa pembunuhnya, pembunuh di novel ini telah kita ketahui sejak awal. Hal ini tak mengurangi kenikmatan membacanya, karena justru akibat yang terjadi setelah pembunuhan dan multilasi itulah yang tersaji secara memikat. Ketegangan, aroma kematian, kekejian, dan cerdiknya para wanita mengelabui polisi, terangkai secara menarik sehingga membuat pembaca penasaran dan menebak-nebak bagaimana akhir dari kisah ini dan sulit sekali melepasan novel ini hingga halaman terakhir.

Seperti judul novel ini “Out” yang diterjemahkan menjadi “Bebas”, semua karakter tokoh dalam novel ini terperangkap dalam masalah mereka. Semua memilki keinginan untuk bebas. Namun apa yang dianggapnya dapat membebaskan mereka dari masalah, justru merupakan perangkap baru bagi mereka.

Dibalik kisahnya yang gelap, brutal dan sensasional ini, novel Out memberikan gambaran yang menyentuh hati tentang tekanan dan ketidakadilan yang mendorong wanita melakukan perbuatan-perbuatan yang ekstrim, sekaligus persahabatan yang memberi mereka kekuatan dalam menghadapi akibatnya.

Dalam canda, seorang kawan yang telah membaca novel ini berkata “Jangan sembarangan menekan seorang wanita, dibalik kelembutannya wanita memiliki kekuatan ekstra untuk melakukan hal-hal yang ekstrim jika dalam keadaan terdesak, apalagi para wanita lebih terbiasa menggunakan pisau dibanding pria!”

Setiap Manusia memang memiliki sisi gelap yang bisa saja muncul dalam keadaan terdesak, karenanya pergunakan selalu akal sehat agar sisi gelap tak menguasai tindakan kita sehingga berakibat merugikan diri sendiri dan orang lain.



*Tentang Pengarang:* (sebagian dikutip dari www.gramedia.com)

Natsuo Kirino lahir tahun 1951 dan tinggal di Jepang. Dia dengan cepat
membangun reputasi di negaranya sebagai penulis kisah misteri dengan
bakat yang langka, yang karya-karyanya berbeda dari genre kisah kriminal
yang biasanya. Ini terbukti saat dia memenangkan tidak hanya
penghargaan Grand Prix untuk Fiksi Kriminal di Jepang-untuk novel Out
pada tahun 1998-tapi juga salah satu penghargaan sastra tertinggi di
negeri itu. Out adalah novel pertama Natsuo Kirino yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris dan masuk dalam nominasi Edgar Award


Natsuo Kirino membuat gebrakan baru dalam dunia kesusastraan Jepang dengan Out, novel literary mystery-nya yang kini telah memenangkan beberapa penghargaan dan ditulis dengan realisme plot yang tajam dan penuh ketegangan.

Novel Out pertama kalinya terbit di jepang pada tahun 1997. Dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 2003.

Novel Out juga telah diangkat ke layar lebar oleh sutradara Jepang Hideyuki Hirayama dan dirilis pada tahun 2002 yang lalu dan meraih beberapa penghargaan dari lembaga perfileman di Jepang

@h_tanzil

Friday 20 April 2007

3 menit Belajar Pengetahuan Umum










Judul Seri : 3 Menit Belajar Pengetahuan Umum
Penulis : Kim Seok-Ho
Ilustrator : Kim Seok Cheon
Pengalih Bahasa : Retno Dewi R.
Penerbit : BIP (PT. Bhuana Imu Populer)
Cetakan : 2007

Anak-anak biasanya memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar dibanding orang dewasa. Mereka kerap bertanya akan apa yang mereka lihat, amati dan rasakan. Tak jarang keingintahuan itu membuat mereka penasaran dan selalu ingin memperoleh jawaban yang memuaskan pada saat itu juga.

Sebagai orang tua, tentunya kita bangga akan pertanyaan-pertanyaan kritis yang diajukan oleh anak kita. Namun tak jarang pertanyaan-pertanyaan itu membuat kita kebingungan untuk menjawabnya atau menjawab apa adanya hingga akhirnya menyisakan ketidakpuasan pada diri anak-anak kita.

Untunglah kini ada sebuah buku berseri yang diperuntukkan bagi anak dan orang tua yang mencoba menjawab rasa ingin tahu anak-anak akan berbagai hal. Buku yang diberi judul 3 Menit Belajar Pengetahuan Umum ini disajikan dalam bentuk komik yang menarik. Seri ini dibuat dalam 5 buku yang masing-masing buku memuat 3 buah topik utama.
- 3 Menit Belajar Pengetahuan Umum : Dinosaurus, Binatang, Serangga
- 3 Menit Belajar Pengetahuan Umum : Alam Semesta, Bumi, Samudera
- 3 Menit Belajar Pengetahuan Umum : Tokoh Penemu, Tubuh Kita, Lingkungan
- 3 Menit Belajar Pengetahuan Umum : Makanan, Kesehatan, Olahraga
- 3 Menit Belajar Pengetahuan Umum : Iklim, Uji Coba, Fakta Unik.

Tiap bukunya memuat lebih dari 70 fakta yang setiap judulnya selalu merupakan kalimat tanya.

Karena buku ini diperuntukkan bagi anak-anak, buku yang digarap oleh penulis dan ilustrator Korea (Kim Seok-Ho dan Kim Seok Cheon) ini dibuat dengan sangat menarik. Garis-garis gambarnya bersih dan dipulas dengan warna-warni yang menarik.
Setiap judul habis dalam 2 halaman saja, ditulis dengan kalimat-kalimat yang singkat dan mudah dimengerti oleh seorang anak yang telah bisa membaca hingga orang dewasa.

Untuk menarik minat anak-anak, buku ini memiliki 3 tokoh utama :

- Ding Dong, siluman kecil yang tinggal bersama Paman Penyihir. Penuh rasa ingin tahu, suka hal-hal baru, juga sangat suka makan.


- Paman Penyihir, Penyihir yang tinggal di desa siluman.






, dan Pinggu, Penguin yang tinggal di Desa Penyihir.

Selain ketiga tokoh diatas ada juga beberapa tokoh tambahan sesuai dengan judul serinya.
Melalui tokoh-tokoh tersebut anak-anak akan diajak menemukan fakta-fakta menarik tentang berbagai hal sesuai dengan judul bukunya. Karakter, tingkah laku, dan dialog tokoh-tokohnya dibuat dengan lucu. Kelucuan dialog mereka dalam komik ini tanpa terasa telah memberikan jawaban, membuat anak-anak mendapatkan pengetahuan dan juga membuat orang dewasa menemukan kembali sifat anak-anaknya sambil menyelami ilmu pengetahuan.

Selain itu di setiap akhir per judulnya terdapat kolom khusus yang berisi penjelasan ilmiah dari kisah komiknya. Namun sekali lagi penjelasan ilmiahnya pun dibuat dengan sederhana dan mudah dimengerti baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Walau dikhususkan untuk anak-anak, namun tak dapat dipungkiri bagi orang dewasa pun buku ini sangat menarik dan memberikan fakta-fakta di sekitar kita yang mengejutkan dan mungkin selama ini tidak pernah kita ketahui. Misalnya dalam buku seri : Dinosaurus, Binatang, Seranga. Pada judul : “Apakah Ikan Bisa Mendengar ?” kita akan memperoleh fakta bahwa ikan juga memiliki telinga tersembunyi. Bahkan dibanding dengan manusia, ikan lebih peka daripada suara. Atau pada Judul “Serangga Apa Yang paling Panjang Umurnya ?”, kita akan memperoleh fakta bahwa seekor kumbang pernah didapati hidup hingga usia 47 tahun !!!

Pada buku seri : Makanan, Kesehatan, Olah Raga ada juga fakta menarik yang mengungkap bahwa tomat sebaiknya tidak dimakan dengan gula karena akan mengganggu penyerapan nutrisi, lalu ada pula hal yang mungkin mengejutkan sebagian orang yaitu sebaiknya setelah makan kita tidak langsung minum karena air akan melemahkan fungsi enzim pencernaan.

Masih banyak hal-hal menarik lainnya misalnya, mengapa kalau kita capek bsia sariawan?, mengapa dokter menyuntik di pantat, dll. Selain itu pada buku iklim, uji coba, fakta unik terdapat aneka uji coba ilmiah yang bisa dipraktekkan di rumah seperti mengangkat es dengan benang, memasukkan telur ke botol, menulis dokumen rahasia, dll.

Yang mungkin agak mengganjal terdapat pada bahasan mengenai makanan, karena buku ini ditulis oleh orang Korea ada beberapa makanan yang mungkin terasa asing ditelinga kita seperti kimchi, jang-jang myun, dll

Melihat keunikan dan kandungan pengetahuan yang beragam di buku ini, tak berlebihan rasanya jika Buku ini menjadi buku yang dianjurkan dimiliki oleh setiap keluarga. Terlebih bagi keluarga yang memiliki anak-anak. Setidaknya buku ini membantu orang tua untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit yang diajukan oleh anak seputar pengetahuan umum. Karena kemudahan kalimat dan gambar-gambarnya yang menarik buku ini bisa diberikan pada anak TK hingga SMP, bahkan orang dewasa pun rasanya masih pantas mengoleksi buku ini.

Melalui buku ini, ilmu pengetahuan akan menjadi sangat menarik dan terasa bukan sebagai sesuatu yang rumit. Buku ini mengungkap semua yang berhubungan dengan keseharian kita dimana kita sebenarnya selalu bersentuhan dan belajar dari pengalaman mengenai pentingnya ilmu pengetahuan. Dan buku ini mengajak pembacanya untuk merasakan berapa menariknya ilmu pengetahuan !

@h_tanzil

Saturday 14 April 2007

Kisah 47 Ronin

Judul : Kisah 47 Ronin
Judul Asli : The 47 Ronin Story
Penulis : John Allyn
Penerjemah : Teresa Dewi
Penerbit : Matahati
Cetakan : I, Maret 2007
Tebal : 311 hlm
Harga : Rp. 47.000,-

Kisah 47 Ronin karya John Allyn adalah fiksi sejarah yang ditulis berdasarkan peristiwa yang pernah terjadi di Negara Matahari Terbit. Sejarah mencatat, pada tahun 1703, empat puluh tujuh ronin yang dipimpin oleh Ōishi Kuranosuke Yoshitaka menyerang rumah kediaman pejabat tinggi istana Kira Kōzuke no Suke Yoshihisa guna membalas dendam kematian majikan mereka yang bernama Asano Takumi no Kami.

Ronin adalah sebutan untuk samurai yang kehilangan atau terpisah dari tuannya di zaman feodal Jepang (1185-1868). Samurai menjadi kehilangan tuannya ketika tuannya mati, atau akibat hak atas wilayah kekuasaan sang tuan dicabut oleh pemerintah. Samurai yang tidak lagi memiliki tuan tidak bisa lagi disebut sebagai samurai, karena samurai adalah "pelayan" bagi sang tuan. Dalam tradisi samurai, ronin memiliki derajat dibawah samurai. Bagi seorang ronin hanya ada dua pilihan, yaitu menjadi orang bayaran atau turun pangkat dalam kemiliteran.

Ada banyak kisah pembalasan dendam ronin terhadap kematian tuannya, namun yang paling terkenal dan menjadi legenda nasional Jepang adalah ‘Kisah 47 Ronin’. Di Jepang sebelum Perang Dunia II, kisah ini umum dikenal sebagai Akōgishi (Perwira Setia dari Ako) dan dijadikan teladan kesetiaan samurai terhadap majikannya. Seusai Perang Dunia II, kisah ini lebih dikenal sebagai Akō rōshi (ronin dari Akō) atau Shijūshichishi (47 samurai). Kisah ini kemudian ditulis kedalam sebuah novel oleh penulis Jepang Osaragi Jirō yang kemudian diangkat menjadi drama televisi. Selain itu kisah kepahlawan ini kerap dipentasakan di teater tradisional Jepang (Kabuki).

Di dunia barat kisah ini dikenal dengan sebutan Forty-seven Ronin atau Forty-Seven Samurai. Walau fakta sejarahnya jelas, namun keterangan rinci tentang peristiwa ini sangat kabur. Kisah ini memiliki berbagai versi dan sudut pandang. Salah satunya versi John Allyn, yang mengangkat kisah 47 ronin kedalam sebuah novel yang cetakan pertamanya terbitkan pada tahun 1970.

Dalam novelnya John Allyn menulis kisah ini dengan sudut pandang Oishi sebagai tokoh sentralnya. Allyn memulai novelnya dengan mendeskripsikan situasi di Jepang di di awal abad ke-18, dimana Istana Shogun marak dengan pameran kemewahan, korupsi, serta pesa pora. Kesenian berkembang dengan pesat, kelas pedagang semakin berkuasa sehingga pengaruh prajurit dan samurai mulai berkurang. Saat itu diterapkan pula Undang-undang Pelestarian Hidup yang melarang mahluk hidup (termasuk binatang). Hal ini merugikan petani karena tak seorangpun diperbolehkan membunuh binatang termasuk binatang hama. Hasil bumi menjadi merosot sehingga membuat Jepang di tepi jurang kehancuran ekonomi.

Dalam situasi seperti inilah Lord Asano, seorang daimyo dari Ako yang bersikap kritis terhadap pemerintahan Shogun diundang ke Istana Shogun Tsuyanoshi untuk menghadiri upacara kenegaraan. Lord Asano adalah samurai sejati. Ia tak suka dengan kemewahan upacara istana, namun sebagai seorang daimyo yang setia terhadap Shogun Tsunayoshi ia tetap menghadirinya.

Kira, seorang pejabat istana betindak sebagai Pemimpin Upacara untuk semua acara di istana. Ia dikenal sebagai pejabat yang korup dan memanfaatkan jabatannya untuk mengambil keuntungan bagi siapa yang berhubungan dengannya. Lord Asano membenci Kira, begitupun Kira menganggap Lord Asano adalah samurai sejati yang jujur dan dididik dengan cara lama sehingga menjadi ancaman bagi gaya hidupnya.

Ketika upacara berlangsung Kira menghina Lord Asano. Tersinggung dengan ucapan Kira, Asano menyerang Kira hingga terluka. Akibatnya Asano ditangkap dan dipaksa melakukan seppukku, mati dengan merobek perut sendiri dan diakhiri dengan kepala yang terpancung. Setelah itu kastil dan wilayah kekuasaan Asano di Ako harus diserahkan pada Shogun. Para pengikut Lord Asano yang dipimpin oleh Oishi tak menerima kematian yang menimpa pemimpinnya. Otomatis mereka menjadi Ronin dan segera berkumpul untuk membalas dendam. Saat itu terkumpul sekitar 300 ronin.

Namun Oishi tidak larut dalam emosi dan gegabah mengambil tindakan, dan lagi undang-undang melarang perbuatan balas dendam. Ketika teman-temannya memilih untuk mempertahankan kuil Asano dan segera membalas dendam kematian pemimpinnya, dengan kepala dingin Oishi memilih untuk patuh pada Undang-undang. Membiarkan kuil diambil alih secara damai sambil mengajukan petisi kepada Shogun untuk menuntut keadilan.

Waktu berlalu tanpa ada kejelasan atas petisi tersebut. Para Ronin hidup secara terpisah dan menjalani aktifitasnya masing-masing. Oishi sendiri hidup bersama seorang geisha dan selalu berada dalam intaian mata-mata Kira. Dua tahun berlalu sejak kematian Lord Asino, saat pembalasan dendam para Ronin untuk membela kehormatan pemimpinnya akhirnya tiba. Setelah melalui ujian waktu dan kesabaran , Oishi berhasil mengumpulkan kawan-kawannya, namun jumlah ronin yang memiliki tekad untuk membalas dendam kematian Asano semakin menyusut hingga akhirnya hanya 47 Ronin yang tersisa dan bersumpah uintuk melakukan balas dendam yang kelak akan dikenal sebagai peristiwa balas dendam paling berdarah dalam sejarah kekaisaran Jepang.

Novel ini ditulis dengan menarik, sedari awal pembaca akan dibawa pada satu pertanyaan besar, berhasilkan ke 47 ronin membunuh Kira yang menyebabkan kematian pemimpinnya ?. Bagi mereka yang mengetahui sejarah Jepang tentu saja ini bukan pertanyaan karena sejarah telah mencatat bagaimana akhir dari peristiwa berdarah ini. Namun kisah ini tetap menarik karena seperti diungkap diatas banyak sekali versi dari kisah ini, dan pembaca yang ‘melek’ sejarah tetap akan dibuat penasaran bagaimana kisah ini menurut versi John Allyn. Sehingga bagi siapapun novel ini tetap menarik dan menggiring pembacanya untuk segera sampai pada halaman terakhir.

Sayang profil John Allyn, tak terdapat dalam buku ini. Siapa John Allyn dan darimana ia memperoleh sumber-sumber untuk menulis novelnya ini ? Jika memang dalam buku yang menjadi sumber terjemahan novel ini tak ada keterangan apapun tentang penulisnya, tentunya penerbit bisa mencarinya dari sumber-sumber lain.

Selain itu yang agak disayangkan, buku ini tak menyertakan peta dimana kejadian ini berlangsung. Padahal dengan adanya sebuah peta, pembaca akan lebih memahami isi novel ini terutama dari segi geografisnya. Misalnya pembaca akan lebih mengetahui dimana Ako tempat Oishi dan Lord Asano berasal, berapa jauh letaknya dari Edo. dll.

Terlepas dari kekurangan di atas, novel ini sangat layak dibaca oleh siapapun yang ingin mengetahui sepenggal sejarah Jepang. Walau tema utama novel ini adalah balas dendam, bukan berarti novel yang kental dengan aroma sejarah ini sarat dengan kekerasan. Tebasan tajamnya pedang samurai/ronin hanya akan ditemui di awal dan akhir novel ini.




Batu Nisan ke 47 ronin di Kuil Sengakuji




Diantara bagian itu pembaca akan disuguhi aneka peristiwa yang memperkaya pembacanya baik dari sejarah, kultur kekaisaran jepang di awal abad ke 18, semangat kesatriaan para samurai / ronin dalam menegakkan kehormatan, kesetian dalam pengabdian, kesabaran dan strategi dalam menghadapi musuh, dll. Semua itu mewarnai novel ini sehingga tak heran Prof. Dr. I. Ketut Surajaya dalam endorsmentnya mengatakan bahwa buku ini akan memberikan pesan moral yang baik bagi pembacanya tentang kesabaran, kesetiaan, dan pengorbanan yang ditegakkan melalui ajaran Bushindo.

Di tengah serbuan novel-novel terjemahan berlatar negara-negara barat, tampaknya kehadiran novel-novel dengan setting Asia atau Jepang akan membawa angin segar dan pilihan yang lebih beragam bagi para pembaca buku tanah air. Dan jangan lupa seperti karakteristik novel-novel berlatar sejarah Jepang lainnya (Musashi, Klan Otori, dll), novel ini mengandung muatan filosofis yang tinggi. Hal yang perlu dibaca dan dicerna oleh pembaca buku di indonesia.

@h_tanzil

Saturday 7 April 2007

Kepompong

Judul : Kepompong
Penulis : Indah Darmastuti
Editor : Anwar Holid
Penerbit : Jalasutra
Tebal : xx + 263 hal

Pada lengkuh Leuser aku menyerahkan diri menjadi kepompong, alam membantuku mengendap dan memintal kekuatan baru. ……Waktunya telah tiba, aku akan keluar dari kepompong Leuser. Terbang melintas padang kehidupan luas luar sana…melintas pematang hidup dan menyambut fajar masa depan yang menyingsing di kelopak cita-citaku.(hal 230)

Prasasti, gadis jakarta; lahir dari keluarga yang memiliki kisah kelam. Ia seolah hidup dalam kutukan akibat kebejadan moral kakeknya. Ibunya pernah diperkosa ayah kandungnya, lalu mengalami tiga kali kawin-cerai dan kini hidup dari pelukan satu lelaki ke lelaki lainnya, bahkan tega berhubungan seks dengan Adang, kekasih Prasasti. Kecewa terhadap ibunya, Prasasti minggat dan tinggal bersama Om-nya di Bandung. Dalam benaknya kini tertancap, bahwa di dunia ini tak ada lelaki yang baik; semua buruk!

Tinggal dirumah Om-nya yang bisa dikatakan sebagai keluarga harmonis, membuat rasa frustasi dan kebencian Prasasti terhadap ibunya mejadi luntur. Setelah menyelesaikan studinya di Bandung Prasasti kembali ke Jakarta untuk tinggal kembali bersama Ibunya. Sebagai wantia dewasa ia mencoba memahami apa yang dirasakan dan dialami oleh ibunya sehingga ibunya menjadi seperti sekarang ini. Bahkan ia mencoba agar ibunya merubah pandangan hidupnya yang telah rusak akibat derita yang dialaminya.

Di Jakarta, Prasasti berkenalan dengan Arrond, seorang peneliti asal Australia yang mengajaknya bergabung melakukan penelitian bersama para peneliti konsevasi satwa dan hutan di Taman Nasional Leuser – Sumatera.
Pengalamannya di Lueser inilah yang membuat Prasasti seolah menjadi kepompong yang akhirnya akan menetas menjadi Prasasti yang baru yang tidak lagi terikat dengan sejarah masa lalu keluarganya yang buruk dan siap terbang merengkuh cita-citanya.

Pramono, pemuda solo, keturunan keluarga keraton. Ia dituntut patuh pada orang tuanya dan hidup dalam tata krama keraton yang seba teratur. Masa depannya telah ditentukan oleh romo-nya. Ia harus menjadi jaksa dan menikah dengan gadis pilihan orang tuanya. Pramono berontak, segala keinginan orang tuanya ditolaknya. Pemberontakan pertamanya yaitu dengan kuliah di jurusan arsitek, lalu disusul dengan penolakannya untuk menikah dengan gadis pilihan orang tuanya dan memilih berpacaran dengan gadis pilihannya. Klimaksnya kekasih Pramono ditolak ayahnya untuk menjadi mantunya. Hal ini membuat hubungannya dengan ayahnya menjadi renggang. Pramono memilih menjaga jarak dari ayahnya dan bekerja di Jakarta sebagai arsitek.

Dua pribadi yang kecewa terhadap keluarganya, dua-duanya hidup dalam pelarian. Masing-masing memiliki kisah sendiri. Seolah tak memiliki keterkaitan hingga akhirnya Pramono bekerja sebagai arsitek di rumah Nyonya Harning yang sedang membangun sebuah pusat kebugaran. Nyonya Harning adalah ibu Prasasti!.

Membaca sinopsis diatas memang terkesan novel ini adalah novel dengan kisah cinta biasa. Namun jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Walau tema novel ini bukan hal yang baru dalam kisah-kisah cinta yang pernah ditulis oleh para novelis lainnya, novel ini memiliki sisi-sisi yang bisa dibilang menarik.

Novel ini memiliki setting di beberapa tempat, mulai dari Solo, Jakarta, Lembang-Bandung, Gunung Gede Pangrango – Bogor, Gunung Leuser-Sumatera dan Bali. Yang paling menarik tentu saja ketika cerita bergulir di pedalaman hutan gunung Leuser. Penulis mendeskripsikannya dengan begitu hidup, selain lanskap dan suasana hutannya yang masih alami, kehidupan para peneliti di hutan, pembaca juga akan mendapat banyak pengetahuan baru soal karakteristik dan populasi orang utan yang rentan terhadap infeksi, hingga soal lintah yang dikerongkongannya terdapat tiga rahang berbentuk gergaji dengan ratusan gigi kecil,.

Novel ini juga memiliki keragaman tuturan, kadang penulis menyajikan kalimat-kalimat yang puitis dan indah, dalam dialog antar tokohnya kalimat-kalimatnya lugas, selain itu juga terdapat humor-humor ringan yang menyegarkan pembacanya. Lewat dialog para tokoh-tokohnya penulis juga mengemukakan berbagai isu sosial seperti ilegal loging, sekelumit problema petani teh, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan, dll. Semua itu berpadu melatari kisah kehidupan para tokoh-tokohnya sehingga kisah yang biasa menjadi memikat dan menyegarkan.

Sesuai dengan judul novel ini, apa yang dialami oleh tokoh Prasasti, Pramono dan Nyonya Harning memang serupa kepompong. Sebelum mereka memiliki kehidupan yang baru, mereka harus berada dalam suatu kondisi untuk memintal kekuatan, melampaui masa-masa sulit hingga akhirnya mereka siap untuk menjalani hidup yang baru. Masing-masing berhasil keluar dari permasalahannya. Hanya konflik antara Pramono dan ayahnya yang tak terceritakan hingga akhir cerita. Padahal di awal-awal kisah ini, konflik yang terjadi begitu mencuat. Apakah kekerasan hati ayah Pram telah melunak ? Sayang episode ini tak diberi penyelesaian yang tuntas kecuali gambaran sang ayah yang berada di rumah sakit yang meneteskan air matanya ketika Pram datang menjengungnya.

Sebagai penulis yang baru menghasilkan novel perdananya ini, karya Indah Darmastuti ini tampaknya cukup menjanjikan. Asal saja Indah terus konsisten dalam berkarya, bukan tak mungkin namanya akan diperhitungkan dalam jagad sastra indonesia. Sayang penggarapan cover yang menurut saya kurang ‘eye cahtcing’ ini membuat novel ini mungkin kurang dilirik oleh para pecinta buku. Padalah penggarapan cover yang menarik bagi para penulis baru merupakan salah satu unsur yang penting dalam strategi pemasaran.

Jika saya boleh menyimpulkan, novel ini adalah sebuah kisah yang akan menyadarkan pembacanya bahwa kesulitan hidup yang membelit kehidupan kita tak selamanya menghancurkan, bukan tak mungkin itu adalah suatu proses alami layaknya sebuah kepompong dimana kita dapat mengendap dan memintal kekuatan baru agar kelak kita bermetamorfosis secara sempurna untuk menjalani kehidupan yang baru.

@h_tanzil
 
ans!!