Tuesday 28 April 2009

Metamorfosis

Judul : Metamorfosis
Judul Asli : Die Verwandlung
Penulis : Franz Kafka
Penerjemah : Juni Liem
Penerbit: Homerian Pustaka
Cetakan : I, Des 2008
Tebal : 154 hlm

Suatu pagi Gregor Samsa terbangun dari mimpi buruknya, ia menemukan dirinya telah berubah menjadi seekor kutu besar yang menakutkan.” Demikian kalimat pembuka dari Metamorfosis (1915), sebuah novella muram yang ditulis oleh Franz Kafka (1883-1924) salah satu penulis asal Jerman yang paling berpengaruh dalam abad ke 20 . Tiba-tiba saja Gregor Samsa terputus hubungan dengan masa lalunya sebagai manusia. Sesuatu yang diluar nalar terjadi pada hidupnya. Bukan mimpi melainkan kenyataan. Walau cara berpikirnya masih manusia, namun fisiknya berubah bentuk menjadi seekor kutu besar.

Sebelum berubah wujud Gregor Samsa adalah seorang salesman kain yang merupakan tulang punggung keluarganya. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya, dan Gretta, adik kandungnya. Karenanya ketika ia berubah wujud, ia tak dapat lagi bekerja sehingga kondisi keuangan keluarganya menjadi terganggu. Tak hanya itu Gregor menjadi terasing di tengah keluarganya sendiri. Ia menjadi tersisihkan, terpenjara dalam kamarnya sendiri. Ia kini menjadi obyek yang memalukan bagi keluarganya.. Bahkan ayahnya sendiri selalu memandangnya dengan jijik bahkan berusaha untuk membunuhnya.

Bisa dibayangkan bagaimana perubahan wujud itu membuat Gregor tertekan, ruang gerak dan perilakukanya menjadi seperti seekor serangga, merayap di dinding, di langit-langit, sembunyi disela-sela perabot kamar, kebiasaan makannyapun mulai berubah, ia kini lebih menyukai makanan-makanan sisa dibanding makanan segar. Walau ia bisa mendengar dan memahami apa yang diatakan keluarganya, ia tak mampu lagi berkomunikasi dengan keluarganya. Tak ada yang mempedulikannya lagi kecuali Gretta dan ibunya yang masih memperhatikannya dengan memberi makan dan memindahkan beberapa perabot kamarnya agar Gregor lebih leluasa bergerak.

Sebulan sudah Gregor berubah wujud dan terpenjara dalam kamarnya. Karena Gregor tak bisa bekerja, maka ketika keluaranya kehabisan uang, mereka memutuskan untuk menyewakan beberapa kamar di apartemen mereka pada tiga orang lelaki. Semenjak itu kehidupan keluarga Gregor menjadi layaknya pembantu karena mereka harus menyediakan makanan dan beberapa keperluan dari penyewa kamar.

Namun sayangnya ketenangan ketiga penyewa kamar keluarga Gregor terusik ketika sebuah peristiwa membuat Gregor tergerak untuk keluar dari kamarnya dan fisiknya terlihat oleh ketiga pria tersebut. Hal ini membuat mereka menjadi ketakutan dan mumutuskan untuk tak lagi menyewa kamar keluarga Gregor.
Kejadian ini tentu saja membuat ayah Gregor geram dan berniat membunuhnya, dengan melempar Gregor dengan apel. Salah satu apel bersarang dalam tubuhnya hingga membusuk dan membuat Gregor menderita kesakitan. Ia kembali terkurung dalam kamarnya. Peristiwa ini pula merupakan titik balik bagi keluarga Gregor untuk segera melupakan bahwa Gregor sebenarnya masih hidup, hal ini terungkap seperti yang dikatakan Gretta pada ayahnya :

“Ayah harus dapat melupakan bahwa ide bahwa itu adalah Gregor..Bagaimana mungkin itu Gregor? Jika itu adalah Gregor, ia harus melihat dari dahulu bahwa tak dapat manusia hidup dengan binatang seperti itu…Kita tak mempunyai saudara laki-laki lagi, tapi kita dapat mengingat dia di dalam hidup kita dengan hormat.” (hal 137).

Dilupakan oleh keluarganya sendiri membuat hati Gregor semakin pedih, Sebagai manusia ia telah mati. Dan Gregor dengan sisa-sisa kekuatannya mencoba bertahan, namun sampai berapa lama Gregor si kutu besar itu mampu bertahan sendirian tanpa seorangpun yang mempedulikannya ?




Edisi Pertama Metamorfosis
Kurt Wolff Verlag, 1915










Metamorfosis banyak dianggap sebagai kisah yang simbolik dengan berbagai interpretasi. Soal menjadi mahluk apa sebenarnya si Gregor ini sendiri menjadi banyak perdebatan, ada yang mengatakan kecoak, serangga, kutu, dll. Memang Kafka sendiri tak memberikan deskripsi detail seperti apa wujud Gregor yang telah berubah. Bahkan untuk keperluan sampul bukunya pun ia menyurati pada penerbitnya bahwa mahluk tersebut tidak untuk digambar.

Lalu bagaimana pula dengan penjelasan logis mengapa Gregor bisa berubah wujud? Kafka memang tak sedang membuat kisah fiksi ilmiah, jadi jangan harap kita akan menemukan jawaban atas perubahan wujud Gregor. Dalam novelnya ini Kafka tampak lebih mengutamakan penggambarkan kondisi psikologis yang dialami Gregor dibanding menjelaskan mengapa kejadian aneh ini bisa terjadi. Sastrawan Rusia Vladimir Nabakov, penulis novel "Lolita", juga mengatakan, "Barang siapa melihat `Metamorfosa` lebih dari sekedar fantasi ilmu serangga, aku anggap pembaca itu telah berhasil."

Nah, jadi apa yang bisa kita peroleh dari novel pendek ini ? Tentunya pembaca memiliki interpretasi masing-masing dari apa yang dibacanya. Dalam Metamorfosis Kafka menggambarkan betapa egoisnya manusia sekalipun itu berada dalam lingkungan keluarga sendiri. Ketika Gregor berubah wujud, begitu cepat keluarganya melupakan jasa Gregor yang telah menjadi tulang punggung perekonomian keluarganya. Gregor kini dianggapnya sebagai parasit dalam keluarga, padahal sebelumnya keluarga Gregorlah yang menjadi parasit dalam hidup Gregor.

Kafka juga berbicara mengenai bagaimana kedekatan dan cinta dari orang-orang yang kita sayangi bisa berubah ketika kita mengalami ‘perubahan’. Memang Kafka memberikan contoh esktrim dengan mengubah Gregor menjadi binatang. Namun dalam kenyataannya mungkin suatu saat kita mengalami perubahan dalam kehidupan yang diakibatkan karena kehilangan pekerjaan, kegagalan dalam karier, kejatuhan dalam dosa, dan lain-lain. Hal itulah yang membuat kita menjadi seperti Gregor. Dari sosok yang diandalkan, dibutuhkan, dan tiba-tiba menjadi pribadi yang diasingkan, dibenci, karena tak lagi sesuai dengan harapan orang-orang yang sebelumnya mengasihi kita.

Kisah Gregor dalam Metamorfosis (Die Verwandlung dalam bahasa Jerman), adalah novella karya Franz Kafka yang paling terkenal selain The Trial dan The Castle. Kalau tidak salah Metamorfosis pernah dua kali diterjemahkan di Indonesia oleh dua penerbit yang berbeda (Bentang Pustaka dan Aksara). Dan kini novella ini diterjemahkan dan diterbitkan oleh Homerian Pustaka dengan cover yang menawan. Namun sayangnya ada yang tak konsisten antara terjemahan dengan cover, pada isi buku ini wujud Gregor diterjemahkan sebagai kutu besar, sedangkan di ilustrasi cover terjemahannya yang Nampak adalah wujud kecoak.

Dari segi terjemahannya, di halaman-halaman awal hingga pertengahan saya tak menemui kesulitan untuk memahami novella ini, namun di bagian-bagian berikutnya saya mulai sulit untuk memahami apa yang dimaksud dalam kalimat-kalimatnya. Setelah saya konfirmasikan ke beberapa kawan yang telah membacanya, ternyata merekapun mengalami hal yang sama. Mungkin di cetakan-cetakan berikutnya karya ini bisa diedit lagi agar terjemahannya lebih mudah dipahami dan enak dibaca.

@h_tanzil

Monday 20 April 2009

Tak Tik Foto

Judul : Tak Tik Foto - Panduan Mengolah Foto Online
Penulis : Angel
Penerbit : Bukune
Cetakan : I, Maret 2008
Tebal : 95 hlm

Setelah Era jaringan pertemanan mewabah di internet seperti friendster, multiply, myspace, dan kini facebook, tiba-tiba saja kita seolah menjadi orang yang narsis. Masing-masing berlomba memajang foto-foto diri terbaiknya. Berharap dari foto yang menarik itu kita menjadi dikenal, mendapat kawan baru atau menemukan kembali kawan lama yang lama tak berjumpa.

Menampilkan foto diri sebaik dan seunik mungkin untuk dipajang di jaringan pertemanan kini merupakan sebuah kebutuhan utama. Tak cukup hanya satu foto, kita seolah dipacu untuk terus memperbaharui foto-foto di profil kita masing-masing. Kadang mungkin kita bosan dengan foto kita dengan gaya yang itu-itu saja. Kita ingin mengubahnya menjadi menjadi sesuatu yang unik, menarik, dan tentunya menarik banyak komentar dari teman-teman kita.

Jika demikian, maka sudah waktunya kita mengutak-ngatik sendiri foto-foto kita agar tampil lebih menarik dan unik. Bagaimana caranya? Software yang paling umum tentunya adalah Photoshop, namun untuk menjalankan software ini tidak mudah, selain harus menginstall dulu programnya, diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk menguasai Photoshop. Jadi adakah cara paling mudah untuk mengotak-ngatik foto kita?

Jawabannya ada di buku Tak Tik Foto (Panduan Mengolah foto Secara Onlen) karya Angel, seorang web designer yang juga dikenal sebagai pengelola situs www.kutukutubuku.com. Sebelum membuat buku ini, ia bersama sahabatnya Olie telah menelurkan buku sejenis yaitu : Tak Tik Blog : Cara Bikin Blog Paling Tokcer, Cepat Populer (Bukune, 2008)

Dalam bukunya ini Angel memberikan panduan praktis bagaimana mengedit foto dengan mudah melalui online photo editing. Caranya mudah, tak perlu menginstall apapun ke dalam computer kita, cukup masuk ke website yang menyediakan aplikasi photo editing, kemudian meng-upload foto baik dari computer maupun dari flickr atau facebook. Dan foto kita seketika itu juga akan siap untuk diedit (resize, crop, rotate, membuat animasi, red eye removal, menambahkan special effect, dll) dengan sangat mudah, menyenangkan, dan tentu saja gratis!.

Dari sekian banyak Online Photo Editing yang ada di internet, buku ini mengulas 6 buah oline photo editing yang saat ini populer digunakan yaitu : PICNIC LUNAPIC, SPLASHUP, FOTOFLEXER, LOONAPIC, dan MAGMYPIC. Kesemua itu dibahas satu-persatu dengan praktis dalam buku ini sehingga kita bisa belajar step by step mengolah foto online, step by step upload foto ke Fecebook, Friendster, Flickr, dan jaringan pertemanan lainnya, kita juga akan belajar menampilkan efek-efek unik yang dapat diaplikasikan ke dalam foto kita, membikin kartu ucapan, serta gambar-gambar lucu dan menarik.

Pokoknya semua menu-menu utama yang ada dalam beberapa situs photo onlen editing yang dibahas dalam buku ini dipaparkan dengan sangat jelas. Semuanya disertai dengan tampilan foto-foto seperti halnya yang kita lihat dalam layar monitor ketika kita membuka situs tersebut, hal ini tentunya membuat apa yang dipaparkan menjadi sangat mudah diikut, dipahami, dan dapat langsung dipraktekkan di komputernya masing-masing.

Karenanya bagi mereka yang gemar mengotak-ngatik fotonya agar lebih menarik dan unik, buku ini dapat dijadikan buku pegangan yang sangat praktis. Dijamin, baru beberapa halaman saja kita membaca buku ini, maka tangan kita akan segera ‘gatal’ untuk mencoba berbagai menu menarik yang ditawarkan semua situs onlen photo editing yang dibahas dalam buku ini. Melalui buku ini, kita akan memukan kesenangan baru dalam mengotak-ngatik foto-foto kita menjadi lebih indah, unik, dan lucu. Dan yang pasti kita akan semakin narsis dibuatnya…:D

@h_tanzil

Sunday 12 April 2009

Lara Kusapa

Judul : Lara Kusapa
Judul Asli : Bonjour Tristesse
Penulis : Francoise Sagan
Penerjemah : Ken Nadya
Cetakan : I, Feb 2009
Tebal : 164 hlm

Lara Kusapa (Bonjour Tristesse) adalah novel perdana karya novelis Perancis terkenal, Francoise Sagan (1935-2004). Novel ini pertama kali diterbitkan pada 1954 saat Sagan berusia 18 tahun dan langsung menjadi best seller dan menyulut sensasi heboh pada masanya. Hal ini mungkin dikarenakan usia si penulis yang masih begitu muda namun kisahnya ditulis bagaikan penulis-penulis dewasa senior yang menceritakan kisah cinta disertai bumbu pengalaman seksualitas gadis remaja yang dituturkan tanpa malu-malu. Novel inilah yang akan melejitkan Sagan menjadi sosok penulis terkemuka dalam sastra Perancis dan menjadi karya abadi yang terus dibaca orang hingga kini.

Judul novel ini diambil Sagan dari sebuah puisi karya penyair Perancis, Paul Eluard "À peine défigurée", yang diawali dengan kalimat “Bonjour tristesse ...". Dalam novelnya ini Sagan bertutur mengenai kisah Cecile, gadis manja berusia 17 tahun yang telah tinggal bersama ayahnya(Raymond) seorang duda keren berusia 40 tahun yang gemar bergonta-ganti wanita semenjak istrinya meninggal dunia ketika Cecile masih berusia 2 tahun.

Saat liburan musim panas Cecile dan ayahnya yang juga ditemani oleh kekasihnya, Elsa Mackenbourg berlibur di sebuh villa mewah di pinggir pantai. Elsa sendiri adalah wanita muda, gaul, kurang berpendidikan, dan penggoda pria yang usianya hanya terpaut 12 tahun dari Cecille dan merupakan kekasih ayahnya yang entah untuk keberapa kalinya yang telah memasuki kehidupan ayahnya. Selain Elsa, Raymond juga mengundang Anne, kawan lama mendiang ibu Cecile untuk sama-sama menghabiskan liburan mereka di pantai. Anne yang seumuran dengan ayahnya adalah sosok wanita ‘lurus’ dan terpelajar.

Awalnya tak ada masalah dalam liburan mereka, Cecile pun menemukan kebahagiaan karena berkenalan dengan Cyril, seorang pemuda yang juga sedang berlibur di pantai tersebut. Bersama Cyrill Cecile menjalin cinta yang penuh gairah tanpa batas tanpa ada seorangpun yang mengetahuinya hingga akhirnya Anne memergokinya dan menyatakan ketidaksukaannya pada hubungan mereka.

Sikap Anne yang lambat laun mulai merecoki kehidupannya dan sok mengatur membuat Cecille menjadi tak menyukai Anne, apalagi ketika akhirnya ia mengetahui bahwa ayahnya dan Anne berencana untuk menikah. Setelah rencana ini diketahui juga oleh Elsa, maka Elsa pun pergi meninggalkan Raymond. Rencana pernikahan ini ditentang oleh Cecile. Ia mulai membayangkan jika ayahnya jadi menikah dengan Anne maka kehidupannya akan berubah, dari tadinya serba tak teratur, seenaknya, ugal-ugalan, menjadi kehidupan yang tertib dan membosankan.

Untuk menggagalkan pernikahan ayahnya itu, Cecile menyusun rencana yang melibatkan Cyrill, kekasihnya dan Elsa, mantan kekasih ayahnya. Berhasilkah ia dengan rencananya itu ? di tengah usahanya menggagalkan rencana pernikahan ayahnya itulah akhirnya Cecile berjumpa dengan Lara…

Novel tipis ini dibagi menjadi dua bagian besar, jika dicermati maka di bagian pertama kita akan diajak mengenal karakter Cecile sebagai gadis remaja yang nakal, naïf, dan belum matang. Sedangkan di bagian berikutnya, kegelisahan dan ketakutan akan masa depannya membuat Cecile tampak lebih matang dan dewasa baik dalam berperilaku maupun dalam berpikir.

Tema dan kisah yang dibangun oleh Sagan tampak biasa-biasa saja dan mungkin sangat umum dan seperti layaknya kisah-kisah sinetron. Namun kepiawaian Sagan menyusun konflik antar tokohnya dan sedikit gambaran seksualitas Cecille dalam novel ini yang mungkin menjadikan novel ini menarik untuk dibaca, tak heran novel ini menjadi best seller dan menjadi salah satu novel klasik. Bahkan novel ini jgua mengilhami Simon Gerfunkel untuk membuat salah lagunya yang terkenal, ‘Sound of Silence’

Sagan memang piawai menghidupkan konflik-konflik antar tokohnya, ia juga dengan baik mengeksplorasi konflik batin dan ketakutan Cecille akan masa depannya jika ayahnya jadi menikah dengan Anne. Ketika kekalutan itu datang dan dirinya kehilangan akal, Cecille berlari menuju pantai, seolah laut adalah representasi atau simbol dari seorang ibu yang tidak dimilikinya semenjak ia kecil.

Semua peristiwa yang dialami Cecille tampak begitu nyata, dan menyentuh, menggemaskan, semua itu tersaji dengan wajar, tak ada kesan yang dilebih-lebihkan. Mungkin hal ini karena Sagan menghadirkan tokoh Cecille yang seumuran dengan dirinya sehingga Sagan tahu betul bagaimana perasaan seorang gadis remaja jika menghadapi situasi seperti yang dialami Cecille. Tentunya hal ini merupakan hal yang sangat luar biasa bagi seorang penulis yang masih berusia 18 tahun. Dan mungkin hal inilah juga yang membuat novel ini mengantar nama Sagan sebagai penulis terkenal di Perancis dan dunia.

Setelah Novel perdananya ini sukses dan menjadi best seller, Sagan terus berkarya dan sepanjang hidupnya ia telah menghasilkan puluhan novel, beberapa cerita pendek, naskah drama, biografi, lirik lagu, dll. Kebanyakan karya-karyanya menggambarkan karakter remaja yang kecewa seperti halnya karya-karya J.D. Salinger. Banyak dari novel-novelnya juga telah diadaptasi ke dalam film. Bonjour Tristesse sendiri telah beberapa kali ke dalam sebuah film antara lain yang diproduksi Columbia Picture pada tahun 1958 yang diperani oleh Deborah Kerr, David niven, Jean Seberg.




Pada tahun 1985, Sagan menerima penghargaan Prix De La Foundation dari Pangeran Pierre de Monaco untuk keseluruhan karyanya. Di Perancis sendiri, ia begitu terkenal sampai-sampai ketika Sagan meninggal di usianya yang ke 69 pada tahun 2004 lalu akibat penyakit paru-paru yang didieritanya. Presiden Perancis, Jaques Chirac mengatakan: " Perancis kehilangan salah seorang penulisnya yang paling cemerlang dan peka, seorang sosok terkemuka dalam kehidupan sastra kita”.

Mungkin nama Francoise Sagan di negara kita masih terasa asing dan hanya dikenal oleh mereka yang ‘melek sastra’. Karenanya dengan terbitnya karya Sagan untuk pertama kalinya dalam bahasa Indonesia ini kita patut disyukuri karena dapat menambah wawasan pembaca Indonesia khususnya dalam hal sastra Peracis. Novel ini tampaknya diterjemahkan dengan sangat baik oleh Ken Nadya, penerjemah yang pernah belasan tahun tinggal di Perancis dan terbiasa menerjemahkan buku-buku dalam bahasa Perancis. Pilihan menerjemahkan judul “Bonjour Trisete” menjadi Lara Kusapa merupakan pilihan kalimat yang sagat baik karena terkesan indah dan liris, bandingkan dengan terjemahan inggrisnya yang menjadi “Hello, Sadness”.




Cover Bonjour Tristesse edisi Perancis









Satu hal yang mengganjal dari novel terjemahan ini adalah covernya. Saya rasa covernya yang menampilkan foto wajah seorang wanita, tampak terlalu sensual sehingga membuat calon pembaca menyangka bahwa ini adalah novel dengan kisah sensual. Padahal setelah saya membaca tamat novel ini, tak ada hal berlebihan dalam mengumbar deskrispi seks, walau memang ada, namun semua menyatu dalam kisahnya dan tak ada yang berlebihan. Mungkinkah
ini hanyalah strategi marketing? Jika memang demikian, saya rasa penerbit terlalu berlebihan dalam mengemas sebuah novel klasik yang seharusnya bisa dikemas dengan lebih elegan namun menarik orang untuk membacanya.

@h_tanzil

Monday 6 April 2009

Kepleset!

Judul : Kepleset! Gerundelan Tentang Gaya Hidup
Penulis : Regina Kencana
Editor : Chusnato
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, Maret 2009
Tebal : 99 hlm

Sejak paham globalisasi muncul di tahun 90-an kita diperkenalkan dengan dengan berbagai produk gaya hidup sehari-hari. Mau tak mau tentunya hal ini berpengaruh pada pada gaya hidup masyarakat. Berbagai produk dan merek-merek terkenal kelas dunia mulai dari pakaian, aksesori, hingga makanan kini semakin dikenal oleh masyarakat luas. Hampir semua produk kehilangan ciri khas lokal karena mencoba meniru atau dimirip-miripkan dengan merek-merek kelas dunia.

Contoh paling mudah ditemui adalah dalam hal berpakaian. Kini semakin banyak orang yang ingin tampil gaya dan mendunia. Salah satunya tentu saja dengan gaya berbusana dengan memakai brand atau merek-merek terkenal kelas dunia. Rasanya kalau menggenakan baju, sepatu, tas, dll yang bermerek kita akan semakin pe de. Bagi mereka yang berduit mereka rela membelanjakan uangnya untuk membeli barang-barang dengan merek terkenal hingga ke luar negeri, tapi bagi mereka yang pas-pasan cukuplah dengan membeli merek ‘aspal’ yang penting kalau dilihat tampak mirip dan bisa dipakai untuk bergaya.

Selain soal fashion, dalam berbisnis pun ada yang menggunakan brand terkenal agar menarik minat orang untuk membelinya. Ada yang rela merogoh kantung dalam-dalam agar bisa membeli right dari merek kelas dunia, misalnya di bidang kuliner kita mengenal Bread Talk, Starbuck, Kentucky Fried Chicken, dll. Jika right tak terbeli maka disiasati dengan menggunakan ‘plesetan’ dari merk-merk terkenal dengan logo yang mirip dengan yang aslinya.

Begitupun dalam spanduk-spanduk pinggir jalan atau papan-papan informasi yang bertebaran di pinggir-pinggir jalan, biar gaya dan terkesan intelek, biasanya digunakan kata-kata dalam bahasa inggris, namun sayangnya banyak yang asal-asalan sehingga kalau dibaca secara jeli bisa jadi hal-hal yang lucu dan jauh dari arti yang sesungguhnya.

Awalnya, Regina Kencana, yang memiliki latar pendidikan di jurusan Fashion Design and Pattern Making dan pernah bekerja sebagai Fasshion Editor a+ magazine (2005-2009) secara iseng memfoto berbagai merek-merek ‘aspal’ dan istilah-istilah inggris yang ditemui dalam kesehariannya dalam sebuah blog yang dinamainya http://serasasekali.blogspot.com

Blog yang dikelolanya sejak tahun 2007 ini praktis hanya berisi foto-foto merek-merek plesetan dan merek terkenal dan spanduk-spanduk lucu di pinggir-pinggir jalan, dengan sedikit komentar, lengkap dengan lokasi dimana dia memperoleh foto tersebut. Mulai dari sandal milik keluarganya di rak sepatu rumahnya, baju-baju di Pasar Baru Jakarta, menu makanan di sebuah restoran di Kemang, toko elektronik di M Plaza, otlet-outlet di Bandung, hingga papan-papan reklame di Solo, semua tak luput dari pengamatannya.

Keunikan, kelucuan, dan keganjilan dari 80 foto-foto yang ditampilkan Regina dalam blognya ini rupanya menarik salah seorang kawannya, Chusnato (jurnalis) yang mencoba menggelitik penerbit Gramedia untuk membukukan blognya hingga akhirnya terbitlah sebuah buku yang berjudul Kepleset! – Gerundelan Tentang Gaya Hidup.

Jika dalam blog-nya semua foto-fotonya disusun berdasarkan kronologis waktu pememotretan, maka dalam bukunya ini Regina membagi foto-fotonya kedalam 4 bab. Bab pertama yang berjudul Barang Palsu Bukan Asli menyajikan foto-foto berbagai barang / produk fashion hingga minuman yang merek-nya merupakan plesetan dari merk-merk terkenal, misalnya reguess, adilas, es seprit, dll.

Di bab kedua, Impossible (Enggak Mungkin Tapi Mungkin), Regina menyajikan merek-merek aneh misalnya sandal merek Nokia, sepatu merek Oprah Winfrey, dll. Di Bab tiga, Refeksi atau Kepribadian Ganda kita akan menemui hal-hal ganjil seperti merek obat untuk memperbesar tanaman umbi-umbian yang diberi nama Mc.Errot atau nama kedai martabak Martabuck’s. Sebagai bab penutup yang berjudul Hikayat Sang Huruf, buku ini mengungkapkan berbagai salah cetak, kemiripan bunyi, salah sablon, dll yang terdapat di spanduk-spanduk reklame yang bertebaran di pinggir-pinggir jalan hinggal mall-mall terkenal.

Selain berisi foto-foto lucu dan ganjil, buku ini juga dilengkapi dengan berbagai tanya jawab seperti bagaimana cara membedakan produk asli dan palsu, soal gaya berbusana, membedakan bahan yang bagus dan tidak, cara membaca merek fashion terkenal hingga 10 anak tangga tingkat keberbahayaan barang palsu. Kesemua artikel-artikel tambahan tentunya memberikan nilai tambah bagi pembacanya, sehingga buku ini tidak hanya sekedar menghibur dan mengungkap hal-hal ganjil yang berkaitan dengan merek sebuah produk.

Buku yang dikemas dengan menarik, dicetak diatas kertas art paper yang mengkilat sehingga semua foto-foto berwarnanya tersaji dengan jelas memang bukan sekedar buku yang menghibur, setidaknya mengerengahkan gerundelan hidup tentang gaya hidup dan menyadarkan kita bahwa dunia kita kini dibanjiri oleh barang-barang aspal dengan berbagai merek yang aneh-aneh dan lucu.
Selain itu buku ini juga memberikan gambaran yang kuat bahwa dunia keterpukauan kita terhadap merek-merek terkenal telah begitu merasuki gaya hidup kita sehingga berbagai cara dilakukan agar kita dapat menggenakan merek-merek terkenal itu.

Bagi produsen, harga yang mahal untuk memperoleh right dari merek-merek dunia disiasati dengan membuat merek yang mirip-mirip dengan aslinya. Berharap konsumen kepleset seolah telah membeli produk kelas dunia. Konsumen mungkin ada yang terpeleset oleh siasat produsen, namun tak jarang konsumen secara sadar terpeleset untuk memakai barang-barang aspal, yang penting mirip dan bisa bergaya. Akhirnya memang kita semua terpeleset agar bisa tampil gaya demi gengsi dan untuk menaikkan status sosial kita sebagai warga dunia. Karennya bersiaplah untuk mentertawai diri kita sendiri dalam buku ini, karena siapa tahu kitapun telah terpeleset agar bisa tampil makin gaya.

@h_tanzil
 
ans!!