Saturday 26 April 2008

The Spellman Files

No: 149
Judul : The Spellman Files (Berkas-berkas Keluarga Spellman)
Penulis : Lisa Lutz
Penerjemah : Berliani M. Nugharani
Penerbit : Atria (PT Serambi Ilmu Semesta)
Cetakan : I , Maret 2008
Tebal : 550 hal

Melihat cover dan judul novel ini tentu kita bisa menebak, apa kira-kira yang dikisahkan Lisa Lutz dalam dalam novelnya ini. Covernya bisa dibilang menarik, berupa ilustrasi komikal ala manga yang menampilkan seraut wajah yang hampir tertutup kertas yang sedang dipegangnya beserta sebuah kaca pembesar. Dari ilustrasi dengan gaya yang dinamis inilah saya bisa menduga bahwa novel ini adalah sebuah cerita detektif yang menghibur.

Apa yang saya duga ternyata benar, novel ini mengisahkan sebuah keluarga detektif swasta dengan Isabel Spellman /Izzy sebagai tokoh utamanya. Dari sudut pandang Izzy, seorang gadis berusia 28 tahun inilah kita akan dibawa menyelami episode kehidupan keluarga detektif yang unik, lucu, dan menghibur. Izzy tinggal bersama kedua orang tuanya, paman Ray, dan adiknya Rae Spellman yang usianya terpaut belasan tahun dibanding Izzy. Sedangkan David, kakaknya tinggal terpisah dan telah bekerja sebagai seorang pengacara.

Keluarga Spellman memiliki sebuah usaha keluarga yang diberi nama Spellman Investigation dimana seluruh anggota keluarganya kelak diwajibkan bekerja dalam perusahaan tersebut. Izzy sendiri mulai bekerja sebagai detektif sejak berusia 12 tahun.
Keadaan ini membuat keluarga Spellman hidup tidak seperti keluarga normal lainnya. Mereka menerapkan aturan, tradisi, tata cara dan kebiasaan-kebiasaan dalam kelaurga seperti halnya mereka melakukan investigasi.

Bisa ditebak suasana apa yang akan tercipta dalam keluarga Spellman! Alih-alih tercipta sebuah hubungan yang hangat dan kekeluargaan, dalam keluarga Spellman malah tercipta atmosfir saling mencurigai sehingga tak heran antara satu dengan yang lainnya bisa saling menguntit, saling mengawasi, kejar-kejaran antara ayah dengan anak dan cara-cara unik untuk melepaskan diri dari pengawasan satu dengan yang lainnya bukanlah hal yang aneh bagi keluarga Spellman.

Izzy sendiri awalnya amat mencintai pekerjaannya. Ia sangat suka menguntit orang lain, memeriksa latar belakang, dan mencari tahu rahasia gelap dibalik kehidupan seseorang yang sedang diselidikinya. Namun apa yang sering dilakukannya terhadap orang lain jsutru harus dialami oleh Izzy. Semenjak memiliki hubungan spesial dengan Daniel Castillo, seorang dokter gigi, ibunya yang tidak menyetujui Izzy berpacaran dengan Daniel selalu menyelidiki dan menguntit gerak-gerik Izzy, menyadap kamarnya dan mempekerjakan Rae Spellman untuk menguntitnya.

Tindakan ibunya ini membuat Izzy berang, ia merasa privasinya terganggu sehingga ia memutuskan untuk keluar dari Spellman Investigattion. Orang tuanya tentu saja tak mengizinkannya. Karenanya mereka memberikan sebuah syarat yang tampaknya tak mungkin terpenuhi oleh Izzy. Izzy diijinkan berhenti dari pekerjaannya jika ia dapat menyelesaikan kasus yang belum terselesaikan oleh Spellman Investigation selama lebih dari 12 tahun. Kasus itu adalah kasus hilangnya Andrew Snow 12 tahun yang lalu.
Walau bukan perkara yang mudah untuk mengungkap, Izzy menerima tantangan ini. kasus yang telah berusia belasan tahun lalu. Di tengah penyelidikannya, ia menerima pesan bahwa keluarga Snow tidak ingin kasus ini diungkap kembali. Namun Izzy yang terlanjur terobsesi dengan kasus ini tak mau menghentikan begitu saja penyelidikannya. Keadaan bertambah runyam ketika tiba-tiba Rae Spellman menghilang. Izzy khawatir hilangnya Rae Spellman ada kaitannya dengan kasus yang sedang ditanganinya.

Untuk genrenya, novel ini bisa dibilang menarik karena menyuguhkan sebuah kisah keluarga detektif yang ‘abnormal’ beserta penyelidikan kasus keluarga Snow. Karena diperuntukkan bagi para remaja, novel ini disajikan dengan kalimat-kalimat yang mengalir, dinamis, ringan, dan mudah dicerna.

Beberapa kebiasaan keluarga Spellman yang unik membuat kita tersenyum membacanya. Misalnya Izzy mendata semua mantan pacar-pacarnya dalam sebuah file-file yang rapih layaknya file sebuah kasus penyelidikan. Lalu bagaimana Izzy menugaskan temannya untuk menyelidiki Daniel Castello sebelum memutuskan untuk menjadi pacarnya. Atau bagaimana Rae Spellman melakukan negoisasi dengan Paman Ray layaknya seorang polisi bernogiasasi dengan penjahat.

Pokoknya semua yang dilakukan oleh keluarga Spellman dalam kesehariannya, dilakukan berdasarkan cara-cara detektif ketika menyelidiki sebuah kasus. Perilaku keluarga yang tak lazim inilah yang tampaknya merupakan kekuatan dari novel ini. Selain itu melalui novel ini juga kita juga akan diberitahu trik-trik menyelidiki, menguntit, dan membongkar latar belakang kehidupan seseorang yang sedang diselidiki.

Di bagian awal hingga pertengahan, novel ini hanya berputar-putar mengisahkan seluruh keluarga Spellman, satu persatu dipapaparkan mulai dari sedikit tentang kedua orang tua Izzy, terbentuknya Spellman Investigation, kisah tentang Paman Ray, dan David & Rae Spellman. Banyak hal yang menarik, ganjil, lucu, akan terungkap dari perilaku dan kehidupan keluarga yang nyentrik ini.

Namun karena hingga pertengahan buku, belum ditemukan konflik yang mencuat, pembaca masih harus menebak-nebak apa sebenarnya inti kisah novel ini. Alur kisah yang berserakan dan berlompatan dari masa kini ke masa lalu mengikuti kisah tokoh yang diceritakan mungkin sedikit membingungkan pembacanya. Untunglah di bagian pertengahan hingga akhir, novel ini semakin seru karena kisahnya mengerucut kedalam kisah hubungan Izzy dengan Daniel Castillo dan penyelesaian kasus keluarga Snow.

Yang menurut saya agak mengganggu adalah bab-bab interogator antara Izzy dengan inspektur Henry Stone. Mungkin ini adalah bab penghubung antara kisah-kisah keluarga Sepllman yang berserakan, tapi bagi saya pribadi bagian ini malah mengganggu alur kisahnya. Andai saja bagian ini dihilangkan tampaknya tak akan berpengaruh pada inti ceritanya

Novel yang memiliki ending yang tak terduga dan menyisakan sedikit keharuan di akhir kisahnya ini ditulis oleh Lisa Lutz, asal Amerika. Novel ini merupakan novel pertamanya setelah sebelumnya menulis ia menulis berbagai naskah film. Tampaknya novel pertamanya ini mendapat sambutan yang baik dari pembacanya, terbukti dengan telah diterjemahkannya The Spellman Files kedalam lebih dari 20 bahasa dunia. Belum lagi ditambah dengan rencana pembuatan filmnya oleh raksaksa film Paramount Picture pada 2008 ini.

Lisa Lutz juga telah membuat sekuel dari novel pertamanya ini, Curse of the Spellmans yang baru saja terbit Maret 2008 yang lalu. Kabarnya penerbit Atria (salah satu lini penerbit Serambi) selaku pemegang right atas novel ini sedang mempersiapkan untuk menerbitkan novel kedua Lisa Lutz ini jika respon pasar atas buku ini dinilai baik. Dan tampaknya memang demikian, di ranah cyber sedikitnya sudah 3 book bloger yang mereview buku ini dengan respon yang positif.

@h_tanzil

Saturday 19 April 2008

Epileptik

Judul : Epileptik 1 & 2
Oleh : David D
Penerjemah : Dini Pandia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : 2008
Tebal : 168 & 198 hlm
Harga : Rp. 45.000,- & Rp. 47.500,-


Ada banyak cara berbagi pengalaman hidup dengan orang lain, terlebih bagi mereka yang merupakan orang-orang terkenal (politikus, artis, wartawan senior, tokoh masyarakat, dll). Umumnya kisah-kisah hidup mereka tersaji dalam bentuk tulisan yang disebut dengan memoir, biografi, autobiografi, dll, dari yang sekedar untuk menonjolkan figur dirinya guna tujuan tertentu, hingga kisah kehidupan sejujurnya baik yang baik maupun yang buruk sebagai pembelajaran kehidupan bagi mereka yang membacanya.

Bentuk memoir/biografi/autobiografi itu biasanya tersaji dalam buku yang tebal, tak jarang berupa hard cover dan dihiasi berbagai foto-foto pribadi sang tokoh. Atau ada juga yang dikemas dalam bentuk fiksi, misalnya Laskar Pelangi yang merupakan memoir dari penulisnya (Andrea Hirata).

Namun apa yang disajikan oleh Piere-Francois alias David B, pendiri L’Association yang merevolusi komik Eropa dengan format, gaya, dan materi yang baru, bisa dibilang unik. Ia menuliskan memoirnya dalam bentuk komik hitam putih. Dan inilah salah satu dari buah revolusi komik yang dilakukan David B, dkk. Dalam karyanya ini ia keluar dari pakem komik mainstream (format album, 48 halaman berwarna , kisah superhero, dll)

David B menulis kisah dirinya dan keluarganya dalam mengatasi penyakit epilepsi yang diderita kakaknya, Jean-Christophe sejak masih kanak-kanak. Dikisahkan bagaimana seluruh keluarga berjuang untuk kesembuhan Jean Cristophe. Berbagai macam cara pengobatan dicoba, mulai dari secara medis hingga berbagai metode alternatif seperti akupuntur, terapi magnetis, menghubungi arwah leluhur lewat para medium, voodo, bergabung dalam komunitas makrobiotik, hingga penyembuhan secara religi. Namun semua usaha pengobatan itu tak berhasil menyembuhkan Jean Christophe, kadang sembuh beberapa saat, namun kembali lagi seragan itu datang dengan pola yang sama, malah semakin sering dan memburuk.

Tanpa disadari penyakit epilepsi yang diderita Jean Christopher mempengaruhi perilaku dan kehidupan seluruh keluarganya. Obsesi seluruh keluarganya untuk menyembuhkan Jean Christophe dan harapan-harapan palsu yang ditawarkan oleh para dokter dan penyembuh lainnya membuat seluruh keluarga ikut menderita dan terguncang secara psikis. Tak terkecuali dengan David, penyakit kakaknya itupun ikut menghantui dirinya. Sesuai dengan bakatnya, ia mengatasinya dengan menggambar dan menulis kisah kehidupan dirinya dan keluarganya lengkap dengan mimpi-mimpi dan apa yang dia rasakan dalam jiwanya yang juga mulai ‘sakit’.

Pada intinya Epileptik adalah potret jujur tentang penyakit epilepsi yang diderita Jean-Christophe, penderitaan serta ketakutan yang ditimbulkannya pada keluarga Beauchard. Melalui komik ini kita akan diajak menyelusuri kehidupan David B (Pierre- Francois) sejak masa kecil, remaja, dan dewasanya. Bagaimana penyakit epilepsi yang diderita kakaknya ini akhirnya menciptakan sebuah hubungan yang rumit dengan kakaknya hingga David berpikir untuk menghabisi saja nyawa kakaknya. Tak hanya itu saja, komik ini juga menceritakan kisah –kisah yang dialami oleh kakek nenek David B. Kita akan diajak ke masa silam ketika kedua kakeknya bertempur dalam kedua Perang Dunia. Seolah penulisnya ingin mengungkapkan bahwa sejarah kehidupan keluarganya adalah sejarah panjang dan melelahkan melawan penyakit dan kematian.

Karena kisah dalam komik ini menceritakan kehidupan penulis dan keluarganya maka bisa dikatakan komik ini adalah sebuah graphic diary. David B menorehkan pengalaman hidupnya dengan gambar-gambar komikal dalam sapuan warna hitam putih yang kuat dimana ia tak segan-segan menggunakan blok warna hitam pekat. Walau tokoh-tokohnya digambarkan secara komikal namun ekpresinya terpancar dengan baik sehingga pembaca dapat menangkap emosi yang dirasakan tokoh-tokohnya. Selain itu David B juga memberi latar pada tiap panel gambarnya secara detail dengan gambar-gambar surealis yang memikat.

Memang bukan hal yang mudah untuk menikmati buku ini. Dengan liar David B mencampur adukkan alur ceritanya, kadang ditengah kisah ia bisa langsung mengajak pembacanya ke masuk ke masa silam ke kehidupan kakek neneknya. Belum lagi mimpi-mimpi David yang tiba-tiba menyeruak kedalam inti cerita. Memang ketika hendak mengisahkan mimpi-mimpinya ada teks yang menjelaskan awal dari mimpi David, namun sayangnya tak ada satupun teks yang memberikan keterangan akhir dari mimpinya sehingga pembaca harus berkonsentrasi dan menebak sendiri apakah panel gambar berikutnya masih merupakan mimpi David atau bukan.

Bagi yang tak terbiasa membaca komik serius, komik ini memang agak melelahkan, apalagi ketika David menjelaskan secara panjang lebar mengenai berbagai upaya penyembuhan yang dilakukan oleh Jean-Christophe dan keluarganya. Namun jika kita sabar membacanya dan mencoba memahami komik ini baik dari segi cerita maupun gambarnya maka kita akan menemukan bahwa komik ini menyajikan secara lugas tentang emosi-emosi wajar manusia dalam menghadapi ketakutan akan penyakit dan kematian.

Dan yang juga tak kalah menarik ketika kita mencoba memahami buku yang unik ini adalah ketika kita ingin menafsirkan dan mencari gambar-gambar tersembunyi didalam panel-panel gambarnya. Memang memerlukan waktu dan konsentrasi, namun justru disinilah letak seni dalam membaca dan memahami komik.

Gambar-gambar dalam komik ini mungkin mengingatkan kita pada Persepolis - Marjane Satrapi (tak heran karena Satrapi merupakan murid dari David B). Namun apa yang dikisahkan oleh David B lebih dalam dan gambarnya lebih mendetail dibanding Satrapi. Dalam edisi aslinya yang berjudul l'Ascension du Haut Mal, memoir ini terdiri dari 6 jilid komik yang terbit sejak tahun 1996 – 2003. Edisi bahasa Inggrisnya terbit dengan judul Epileptic (2003) yang setebal 368 halaman! Bayangkan bagaimana rasanya membaca komik serius setebal itu!

Bersyukur edisi bahasa Indonesianya oleh Gramedia dibagi dalam dua buku yang masing-masing setebal 163 & 198 halaman sehingga tak terlalu lelah membacanya. Selain itu buku ini juga dikemasan dengan cover yang menarik dan dicetak diatas kertas yang tak silau mata, ringan dan mampu menyerap tinta cetak secara sempurna.

Usaha Gramedia untuk menerjemahkan dan menerbitkan komik yang disebut-sebut sebagai salah satu dari sepuluh novel grafis terpuji sepanjang masa ini patut diacungi jempol. Hingga kini bisa tampaknya baru Gramedia yang secara serius dan kontinu menerbitkan komik-komik alternatif kelas dunia. Dan ini semakin membuktikan kepada publik Indonesia bahwa komik bukanlah sekedar kisah superhero yang menghibur. Melalui komik, kini kita bisa belajar memaknai perjuangan manusia dalam meniti kehidupannya.

@h_tanzil

Tuesday 8 April 2008

Tuan Tanah Kedawung


Judul : Tuan Tanah Kedawung
Penulis : Ganes TH
Penerbit : komikindonesia.com
Retouch gambar: Erwin Prima Arya
Desain & Retouch cover : Wahyu Hadiyatz
Koordinator : Andy Wijaya
Cetakan : Jan 2008
Tebal : 7 jilid @ 64 hal
Harga : Rp. 170.000,-

Sejarah panjang komik Indonesia mencatat nama Ganes TH (1935-1995) sebagai salah satu legenda komik Indonesia. Pada masanya ia merupakan salah satu dari tiga dewa komik Indonesia bersama Jan Mintaraga dan Teguh Santosa. Kisah-kisahnya begitu memikat pembaca komik Indonesia di era tahun 70-80 an, apalagi ketika ia melahirkan tokoh Si Buta dari Gua Hantu yang menjadi trade mark-nya dan merupakan tokoh komik lokal yang paling populer sepanjang masa. Kabarnya, saat itu komik seri ini dicetak hingga ratusan ribu ekslempar.

Sebenarnya selain komik seri Si Buta dari Gua Hantu, masih ada karya-karya masterpiece yang lahir dari goresan ajaib tangan Ganes TH. Yang tak boleh dilupakan adalah Krakatau (1970), Tuan Tanah Kedawung (1970), Tjisadane (1968-1969), dan Nilam dan Kesumah (1970). Keempat komik ini sering juga disebut sebagai ‘quadrology’, atau ada juga yang menyebutnya sebagai ‘tetralogi samolo’ walau Ganes TH sendiri tak pernah menyebutnya demikian. Dari keempat judul itu, Tuan Tanah Kedawung adalah judul yang paling populer. Hingga awal dekade 1990-an komik ini masih dicetak ulang oleh penerbitnya, UP Rosita. Dan seperti Si Buta dari Gua Hantu, Tuan Tanah Kedawung juga pernah difilmkan oleh Tidar Film di tahun 1972.

Menyusul dicetak ulangnya karya-karya Ganes TH oleh komik indonesia.com, kini komik Tuan Tanah Kedawung telah beredar di pasaran. Karena tampaknya diperuntukkan bagi para kolektor, Tuan Tanah kedawung dicetak dengan mewah diatas kertas art paper yang terlebih dahulu diretouch sehingga kualitas gambar dan cetakannya benar-benar kinclong dan sempurna.

Kisah Tuan Tanak Kedawung sendiri pada intinya menceritakan tentang kisah perebutan harta warisan Tuan Tanah Kedawung dengan setting sebuah wilayah di Tanggerang pada tahun 1909-an. Kisahnya berawal dari pulangnya Giran, putra Tuan Tanah Kedawung dari perantauannya di Borneo (Kalimantan). Harapan untuk menemui keluarganya dalam keadaan bahagia pupus ketika ia menemui ibu dan adik tirinya dalam keadaan yang mengenaskan dengan wajah yang rusak.

Melalui penuturan ibu tirinya, Giran diberitahu bahwa semua ini akibat ulah Samolo, centeng ayahnya yang bekerja sama dengan Ratna, istri Giran yang hendak merebut harta warisan ayahnya yang telah meninggal dunia. Giran menjadi naik pitam, ia segera menemui istrinya yang telah sekian lama ditingalkannya. Istri dan anak kandungnya hampir saja dibunuhnya, untunglah ada Samolo yang melindunginya. Giran pun bertarung mati-matian melawan Samolo yang bermaksud melindungi Ratna dan anaknya.

Setelah bertarung dengan Samolo, akhirnya Giran bertemu dengan Nyi Londe, ibu asuhnya waktu kecil. Penuturan Nyi Londe tentang tragedi yang menimpa keluarganya ternyata berlawanan dengan kisah yang ia dengarnya dari ibu tirinya. Hal ini membuat Giran bingung dalam menentukan manakah kisah yang benar yang harus dipercayainya.

Melalui penuturan kisah keluarga Tuan Tanah Kedawung oleh Nyi Londe inilah pembaca dibawa ke berpuluh tahun yang lalu ketika Giran masih berusia tiga bulan hingga ke masa-masa ketika Giran merantau ke Borneo. Dari kisah Nyi Londe inilah perlahan-lahan rahasia, intrik perebutan harta warisan, dan malapetaka yang menimpa keluarga tuan Tanah Kedawung terungkap. Namun walau Nyi Londe menceritakan dengan begitu rinci, Giran tetap tak memercayai kisah Nyi Londe begitu saja hingga akhirnya sebuah peristiwa menyadarkan Giran akan kebenaran sejati yang menimpa keluarganya.

Walau menuturkan sebuah kisah tragedi kemanusiaan yang dialami keluarga tuan Tanah Kedawung dengan dramatis, seperti halnya karya-karya Ganes TH lainnya, komik ini juga menyajikan adegan-adegan seru berupa perkelahian antar tokoh-tokohnya. Ada adu kekuatan dan kesaktian jurus-jurus silat, balas dendam masa lampau yang terbawa hingga kini, perebutan kotak pusaka, dll.

Dalam serunya adegan perkelahian antara Samolo dan lawan-lawannya ada adegan yang mengejutkan, yaitu munculnya seorang pendekar buta. Walau hanya muncul sekali itu saja dan tidak diungkapkan siapa pendekar tersebut, namun dari gambarnya akan terlihat jelas bahwa pendekar itu adalah si Buta dari Gua Hantu ! Kemunculan si Buta dari Gua Hantu di komik ini tentu saja mengundang reaksi pembaca, hingga akhirnya Ganes TH perlu mengklarifikasikannya di jilid ke 6 buku ini.

Kisah yang memikat, adegan silat yang seru, kejutan-kejutan tak terduga, munculnya tokoh-tokoh yang memiliki keterkaitan dengan seri-seri lain dari karya GanesTH , narasi dramatik yang sangat bagus, penuh emosi, dan plot nya yang berliku dan menarik membuat komik ini termasuk salah satu mahakarya Ganes TH yang tak boleh dilewatkan untuk dibaca. Sebenarnya komik ini akan lebih menarik jika kita terlebih dahulu membaca komik Krakatau yang merupakan prequel dari Tuan Tanah Kedawung.

Edisi Remastering

Seperti telah diungkap di awal ulasan ini, Komik Tuan Tanah Kedawung yang diterbitkan ulang oleh komik indonesia.com ini merupakan hasil remastering dari master komik aslinya. Tak ada yang dirubah sedikitpun baik untuk cover maupun gambarnya, kecuali teksnya yang diketik ulang dengan komputer dan ejaannya yang diperbaharui. Satu hal lagi yang membedakan dengan edisi awalnya adalah perubahan warna kotak narasi dalam tiap panel gambarnya. Jika pada edisi awal berupa kotak putih dengan tulisan hitam, maka pada edisi remastering kotaknya menjadi hitam dengan tulisan putih. Selebihnya pembaca masih bsia menikmati goresan-goresan tinta Ganes TH dalam tiap lembarnya.

Menurut Erwin Prima yang meretouch komik ini seperti yang diungkap dalam blognya (http://erwinprima.multiply.com) , ia melakukannya dengan cara memindai (scan) langsung dari komik masternya, lalu dilakukan proses ‘pembersihan’ yaitu dengan cara menghitamkan warna-warna yang sudah luntur, dan memutihkan area-area yang kotor. Tampak sederhana namun tentunya bukan hal yang mudah dilakukan karena memerlukan ketelitian dan kesabaran ekstra agar hasilnya menjadi sempurna. Kabarnya diperlukan waktu 6 bulan lamanya untuk meretouch 448 halaman (7 jilid) komik ini.

Kerja keras yang dilakukan Erwin Prima dan komik indonesia.com ini tak sia-sia, hasil remastering komik yang telah berusia lebih dari 30 tahun ini berhasil membuat tampilannya lebih ‘muda’ dan modern. Karena dicetak diatas kertas art paper, maka tampilannya menjadi kinclong dan terkesan mewah. Dan yang pasti, secara fisik komik ini akan lebih tahan lama hingga puluhan tahun kedepan. Bisa dikatakan apa yang dilakukan oleh komik indonesia.com adalah mengabadikan salah satu mahakarya legenda komik Indonesia.

Namun semua usaha ini ada konsekuensinya, salah satunya adalah harga komik yang relatif mahal dibanding dicetak diatas kertas biasa. Komik Tuan Tanah Kedaung yang terdiri dari 7 jilid (@64 hal) ini dibandrol seharga 170 ribu rupiah. Bagi seorang kolektor komik mungkin masalah harga tak menjadi masalah, namun bagi pembaca awam, harga tersebut cukup membuat orang berpikir dua kali untuk membelinya. Namun jangan khawatir komik ini juga dicetak diatas kertas HVS biasa dengan harga yang terjangkau.

Beberapa pembaca komik-komik Ganes TH juga menyatakan keberatannya atas perubahan ejaan. Karena diganti dengan ejaan baru, maka ‘rasa’ Ganes TH yang aslinya menggunakan ejaan yang sesuai dengan zamannya menjadi hilang. Tapi ini mungkin suatu usaha kompromi yang diambil agar komik ini dapat dibaca dengan nyaman oleh pembaca muda. Penggantian tulisan tangan Ganes TH dengan computer juga patut disayangkan. Bukankah lettering pada komik merupakan hasil seni yang menyatu dengan gambar?

Terlepas dari semua itu. Usaha penerbitan ulang komik-komik lawas yang pernah menyihir jutaan pembaca komik Indonesia di masa lampau patutlah dihargai setinggi-tingginya. Setidaknya komik-komik lawas yang mungkin telah terlupakan atau bahkan tidak dikenal oleh generasi muda sekarang dapat kembali dibaca dan dinikmati.

Kehadiran komik-komik Indonesia yang sejaman dengan Ganes TH menawarkan sebuah nuansa baru baik dari segi cerita maupun gambar-gambarnya yang khas. Saat ini komik Indonesia banyak dipengaruhi oleh gaya manga jepang dan komik-komik Eropa. Apakah kisah dan goresan-goresan gambar Ganes TH dan komikus seangkatannya merupakan ciri khas komik Indonesia yang murni ? Inilah pertanyaan yang selalu muncul dalam benak saya.

@h_tanzil

sumber foto : http://erwinprima.multiply.com
 
ans!!