Tuesday 22 March 2011

Wisata Parijs van Java - Her Suganda

No. 254
Judul : Wisata Parijs van Java - Sejarah, Peradaban, Seni, Kuliner, dan Belanja
Penulis : Her Suganda
Penerbit : Kompas
Cetakan : I, Januari 2011
Tebal : 333 hlm

Bandung yang kini telah berusia 200 tahun memang selalu menarik untuk dikunjungi. Lihat saja setiap akhir pekan mobil-mobil bernomor Jakarta dan kota-kota lain memenuhi jalan-jalan utama di kota Bandung. Apa yang sebenarnya menjadi daya tarik Bandung? Pastinya bagi masyarakat umum Bandung dikenal sebagai surga wisata belanja karena terdapat ratusan gerai factory outlet yang dapat memuaskan keinginan pengunjungnya untuk membeli baju-baju yang sesuai dengan trend mode masa kini. selain itu aneka makanan jajanannya yang khas dan lezat juga siap memanjakan perut para wisatawan yang keroncongan setelah seharian berbelanja baju.

Namun sebenarnya Bandung tak hanya menyajikan wisata mode dan makanan saja, kota yang pernah dijuluki Parijs van Java ini ternyata masih menyimpan banyak kekayaan wisata lain yang tak kalah memesona. Rasanya terlalu sayang jika mengunjungi Bandung hanya untuk membeli baju lalu berwisata kuliner saja. Lalu apa saja tempat-tempat lain yang layak dikunjungi? Buku “Wisata Parijs Van Java” karya wartawan senior Kompas Her Suganda ini mencoba menyuguhkan berbagai obyek dan tempat di Bandung dan sekitarnya yang ternyata menarik untuk dikunjungi para wisatawan dalam dan luar kota.

Di buku setebal 331 halaman ini penulis berusaha memenuhi rasa ingin tahu pembaca yang ingin berkunjung ke Bandung. Dan ternyata obyek-obyek wisata yang pantas dikunjungi di Bandung tidaklah sedikit, setidaknya buku ini memuat lebih dari tiga puluh tempat yang layak dikunjungi.

Buku ini membagi tujuan wisata Bandung ke dalam 6 bagian yang dimulai dari wisata sejarah menyusuri gedung-gedung bersejarah di kota Bandung, tempat-tempat ilmu pengetahuan dan seni, wisata kota, wisata alam dan argo, wisata kuliner, wisata belanja, plus bab tersendiri mengenai transportasi dan akomodasi di kota Bandung. Dan sebagai pelengkap, buku ini juga menyajikan daftar alamat dan nomor-nomor telepon penting dari berbagai lokasi wisata, hotel, travel, toko oleh-oleh, souvenir, rumah sakit, dan sebagainya.

Bagi yang menyukai wisata sejarah dan ingin menyelusuri bangunan-bangunan bersejarah (Gedung Sate, Gedung Merdeka, Museum Pos, dsb) yang banyak terdapat di kota Bandung buku ini bisa dijadikan panduan yang sangat baik. Selain menyimpan banyak bangunan bersejarah dari masa kolonial Belanda, beberapa bagunan di kota Bandung juga bisa menjadi saksi perjalanan hidup Bung Karno. Untuk itu buku ini menyajikan bagian khusus bagi pembacanya untuk berwisata sejarah sambil menapak Jejak Langkah Bung Karno di Bandung mulai dari sel no. 5 Penjara Banceuy yang kini berada di tengah-tengah area pertokoan, gedung Landraad ( gd. Indonesia Menggugat), penjara Sukamiskin, Institut Teknologi Bandung tempat Bung Karno meraih gelar Insinyurnya, rumah bersejarah Inggit Ganarsih, dan beberapa bangunan di Bandung yang merupakan rancangan Ir. Sukarno.

Khusus mengenai rumah-rumah rancangan Bung Karno, buku ini mencatat ada 11 rumah yang hingga kini masih berdiri dengan kokoh. Salah satu ciri khas hasil rancangan Bung Karno ada pada bagian atas bangunan-bangunan tersebut yaitu terdapat hiasan berupa gada. Ada yang berpendapat bahwa hiasan tersebut merupakan bagian dari pengaruh dunia pewayangan yang banyak mempengaruhi pikiran Bung Karno. Gada sendiri merupakan senjata yang biasa digunakan oleh tokoh wayang Bima.

Di bagian ilmu pengetahuan dan seni, buku ini menyajikan tempat-tempat di Bandung yang hingga kini menjadi pusat penelitian iptek dan perkembangan seni seperti Museum Geologi yang menyimpan fosil gajah purba dan 13 meteorit yang pernah jatuh di Pulau Jawa antara lain Meteorit Prambanan yang jatuh ke bumi pada tahun 1865. Di museum ini tercatat bahwa ketika sampai di bumi bobot meteorit tersebut mencapai 10 ton!.

Lalu ada pula Observatorium Boscha yang dibangun pada tahun 1912. Bangunan utamanya unik karena berbentuk kubah putih yang atapnya bisa dibuka dan ditutup untuk mengamati benda-benda angkasa. Di Observatorium Boscha ini terdapat teleskop Zeiss yang memiliki panjang tabung sekitar 11 meter dan diameter 150 cm. Saking besarnya teleskop ini sering dijuluki “Mata Raksaksa”.

Di bagian seni, terdapat tempat wisata-wisata seni yang layak dikujungi, antara lain Museum Barli yang juga menyediakan tempat untuk belajar melukis dan Saung Angklung Udjo yang jadi tujuan wajib para wisatawan mancanegara. Walau tidak setenar batik Yogya dan Solo ternyata Bandung juga memiliki tempat kegiatan membatik yang terletak di Jl Cigadung Timur dan Jalan Pesantren (Cimahi) dimana kedua tempat ini membuka diri untuk para pengunjungnya sehingga pengunjung bisa mengenal dan belajar membatik sendiri.

Untuk wisata belanja dan kuliner, selain tentang FO yang telah menjadi salah satu icon Bandung, buku ini juga mengulas tentang dua lokasi yang sedari masa lampau telah menjadi pusat fashion yaitu Pasar Baru dan jalan Tamin hingga sentra baju bekas Cimol (Cibadak Mall). Sedangkan untuk urusan perut selain menyajikan jajanan khas Bandung terungkap pula tempat yang direkomendasikan bagi para vegetarian. Tak ketinggalan pula tempat berjualan makanan ekstrim seperti sate kuda dan sate biawak.

Yang membuat buku ini menarik adalah bagaimana penulisnya menuturkan tempat-tempat tujuan wisata itu dengan detail dalam kemasan jurnalistik yang enak dibaca dan perlu. Jadi buku ini tak hanya menyajikan nama dan tempat wisata saja melainkan memberikan gambaran lengkap dan rinci mengenai sejarah, latar belakang, suasana, dan hal-hal menarik yang jarang terungkap dalam buku-buku panduan wisata lain. Selain itu ratusan foto-foto yang dicetak secara tajam dan tata letaknya yang dinamis juga membuat buku ini menjadi lebih informatif.

Jadi jika kita sering bertandang ke Bandung, buku ini bisa menjadi buku panduan untuk menyusuri kota Bandung dan sekitarnya yang mungkin belum kita ketahui selama ini. Tidak hanya bagi mereka yang sering berwisata ke kota Bandung buku ini juga layak dimiliki oleh warga Bandung sendiri yang ingin mengenal kotanya lebih dalam lagi. Bukan tak mungkin banyak orang Bandung sendiri yang mungkin tidak mengetahui tempat-tempat wisata beserta sisi-sisi menariknya yang terdapat dalam buku ini.

Selain itu buku ini juga tentunya dapat membangun kesadaran masyarakat luas bahwa sebetulnya Bandung bukan hanya surga belanja dan kuliner seperti yang telah dikenal selama ini. Di buku ini akan terungkap bahwa ada banyak tujuan wisata lain yang dapat memperluas pemahaman kita akan ilmu pengetahuan, sejarah, kesenian, dan peradaban dari sebuah kota yang dulu pernah dipersiapkan menjadi ibu kota pemerintahan Hindia Belanda dan sempat dijuluki sebagai Parijs van Java.

@htanzil

Monday 14 March 2011

Sang Fotografer - Didier Lafevre

No. 253
Judul : Sang Fotografer - Memasuki kancah perang Afghansitan bersama Doctors Without Borders
Foto & Ilustrator : Didier Lefevre & Emanuel Guibert
Art : Frederic Lemercier
Penerjemah : Tanti Lesmana
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Febuari 2011
Tebal : 276 hlm, 30 cm

Ada istilah yang mengatakan bahwa sebuah foto /gambar dapat berbicara lebih banyak daripada kata. Karenanya tak jarang sebuah foto dengan sedikit keterangan atau bahkan tanpa keterangan apapun bisa menimbulkan reaksi yang lebih fantastis dibandingkan sebuah kolom berita. Kenyataan seperti ini membuat semua media-media baik cetak maupun cyber selalu megedepankan para fotografernya dalam meliput sebuah berita atau peristiwa penting.

Didier Liever adalah seorang fotografer jurnalistik asal Perancis yang telah melanglangbuana ke berbagai penjuru dunia dengan kameranya. Pada tahun 1986 ia bersama tim kemanusiaan Perancis Médecins Sans Frontières/MSF (Doctors Without Borders) berangkat menuju Afghanistan. Perjalanan yang penuh resiko karena saat itu Afghanistan sedang berada dalam peperangan antara para Mujahidin dengan tentara-tentara Rusia.

Sepulangnya dari Afghanistan 6 buah foto hasil bidikan Didier dimuat di surat kabar Perancis “Liberation”. Jumlah yang sangat kecil dibanding 4000 foto yang berhasil dibawa Pulang Didier saat itu. Ribuan foto-foto itu tersimpan rapih dalam kotak penyimpanan selama tiga belas tahun hingga akhirnya Emmanuel Guibert, sahabatnya menyarankan pada Didier untuk bersama-sama membuat buku tentang pengalamannya selama perjalanan pertamanya ke Afghanistan itu. Akhirnya pd tahun 2003 terbitlah 3 jilid novel grafis The Photographer dalam bahasa Perancis yang kini terjemahan dalam bahasa Indonesianya baru saja diterbitkan oleh Gramedia dengan judul “Sang Fotografer”

Sebetulnya buku ini bukanlah sebuah novel grafis murni, melainkan perpaduan antara komik, album fotografi, dan kisah perjalanan. Jadi dibuku ini ribuan foto hitam putih karya Didier dirangkai menjadi sebuah kisah perjalanan Didier bersama tim relawan kesehatan MSF ke Afganistan. Untuk mengisi kekosongan yang tidak tertangkap oleh kamera Didier maka Emanuel Guibert menggambarkannya dalam panel-panel komik yang kemudian diberi warna oleh Frederic Lemerier sehingga menjadi sebuah kisah perjalanan yang menarik untuk disimak dari Didier, Sang Fotografer bersama tim MSF.

Singkatnya di buku ini kita akan menyaksikan apa yang disaksikan oleh mata Didier melalui lubang lensa kameranya selama 3 bulan di Afghanistan. Walau berada di daerah konflik namun di buku ini Didier tak satupun memotret peristiwa baku tembak antara pasukan Mujahidin dan tentara Rusia melainkan menyajikan sebuah gambaran bagaimana sukarnya perjalanan Didier bersama tim MSF menuju tempat yang ditujunya dan bagaimana mereka melakukan tindakan medis dari para korban perang dalam kondisi yang serba darurat.

Jika di edisi Perancisnya buku ini terdiri dari 3 volume maka di buku terjemahannya ini hanya terdiri dari satu buku yang dibagi menjadi tiga bagian besar. Bagian pertama dan kedua mengisahkan kisah perjalanan Sang fotografer mulai dari Perancis, tiba di Pakistan untuk bergabung dengan tim MSF, hingga ke akhirnya sampai di jantung Afghanistan Utara dan mendirikan rumah sakit darurat bagi korban perang dan penduduk di sekitarnya. Sedangkan di bagian ketiga, buku ini mengisahkan bagaimana Sang Fotografer memutuskan untuk berpisah dengan tim MSF dan melakukan perjalanan pulang menuju Pakistan dengan hanya ditemani oleh beberapa pemandu tak bersenjata yang menyebalkan.

Di bagian pertama dan kedua pembaca akan disuguhkan rangkaian peristiwa baik melalui foto dan panel-panel gambar tentang perjalanan Sang fotografer dan tim MSF dan situasi geografis dan keadaan sosial masyarakat pedesaan Afghanistan yang sedang berperang.

Ada beberapa momen dan fakta-fakta menarik yang tertangkap oleh Sang Fotografer antara lain bagaimana para tim dokter MSF itu mengajari praktek pembedahan pada calon-calon perawat Afghanistan dengan menggunakan seekor kambing. Atau bagaimana kerja keras tim dokter MSF yang berbeda keyakinan dengan penduduk Afghansitan itu tetap dihargai karena mereka meyakini walau toh akhirnya si pasien itu jiwanya tak tertolong tapi apa yang dilakukan tim MSF itu sama dengan mempersiapkan orang yang sakit itu dalam menemui Allah.

Kegananasan perang juga terungkap ketika mereka harus menangani seorang remaja yang bagian bawah wajahnya hancur oleh granat arteleri, lubang di mata kanan seorang Mujahidin akibat tertembus peluru, seorang wanita yang lumpuh karena sebutir peluru yang tepat mengenai saraf tulang punggungnya dan sebagainya. Semua itu terrekam dengan baik oleh bidikan kamera sang fotografer.

Tidak hanya itu saja, situasi sosial masyarakat yang sedang berperang juga tak luput dari pengamatannya antara lain bagaimana para remaja dengan bangga memamerkan senjata mereka karena bagi mereka sosok panutan mereka adalah para pria-pria dewasa dan orang tua mereka yang pergi berperang. Bagi remaja Afghanistan menenteng senjata dan berperang adalah sebuah kebanggan tak terkira.

Kerasnya kehidupan disana juga ikut membentuk ketahanan mental anak-anak Afghanistan. Banyak anak kecil di Afghanistan tidak menangis jika terluka, mereka terisak-isak kalau kesakitan. Tapi itu saja karena mereka siutasi perang membentuk mereka cepat tangguh dalam usia yang masih sangat muda.

Ada satu hal yang unik yang terekam di buku ini, yaitu bagaimana sikap para pria Afghanistan di tengah keluarga mereka. Walau hampir semua pria Afghanistan itu memegang senjata dan terkesan brutal saat berada dalam peperangan, sejatinya pria-pria Afghan itu adalah sosok yang lembut. Di tengah keluarganya mereka bersikap seperti seorang ibu kepada anak kecil mereka. Mereka menunjukkan kasih sayang mereka dalam cara yang sangat lembut dan nyata. Mereka sering memeriksa apakah anak-anak mereka tidak kedinginan, membetulkan topi anak-anak, dan sebagainya.

Masih banyak hal-hal menarik dalam buku ini. Foto-foto dan komik dalam buku ini betul-betul membuat saya seolah masuk dalam petualangan sang fotografer. Setelah menyimak dan melihat korban keganasan perang dan bagaimana para tim dokter MSF dengan fasilitas darurat berusaha mengobati dan mengoperasi pasien-pasiennya, di bagian ketiga kita akan diajak mengikuti petualangan sang fotografer yang dengen nekad memisahkan diri dari tim MSF untuk pulang. Hal ini sungguh tindakan nekad bagi Sang fotografer karena situasi di Afghanistan sebenarnya sangat beresiko bagi orang asing untuk melakukan perjalanan sendirian tanpa rombongan tim yang lengkap baik dari senjata maupun logistiknya.

Seperti yang sudah diduga ada banyak hambatan yang dihadapinya yaitu sakit di tengah perjalanan, diperas oleh pemandu, hingga sendirian dan hampir mati terperangkap dalam badai salju di tengah gurun Afghanistan.

Buku ini tampaknya benar-benar dikerjakan dengan serius. Pilihan menggunakan kertas art paper mengkilat merupakan pilihan yang harus diambil agar foto-fotonya tercetak dengan sempurna walau resiko utamanya adalah harga bukunya yang menjadi relatif mahal.

Salut juga untuk pengaturan tata letak foto-foto di halaman dalam buku ini. Besar kecilnya foto yang tersaji beraneka ragam, ada yang kecil berupa rangkaian foto-foto yang berderet menyajikan sebuah rangkaian peristiwa yang dapat terlihat seperti layaknya kita menonton sebuah film, lalu ada pula foto-foto ukuran besar, bahkan ada beberapa foto yang disajikan satu hingga dua halaman penuh untuk sebuah foto. Selain itu panel-panel gambar komik dalam buku ini dan teks-teksnya juga saya rasa dapat mewakili kekosongan akan apa yang tak tertangkap oleh kamera sang Fotografer.

Pada akhirnya buku ini akan menjadi sebuah dokumentasi terbaik bagi mereka yang ingin mengetahui situasi geografis, sosial, dan kemanuisiaan di Afghanistan di era 80an ketika perang sedang berkecamuk. Selain itu buku ini juga menyajikan sebuah kisah perjalanan yang dilakukan sekelompok orang-orang yang bertekad untuk memperbaiki apa yang telah dihancurkan oleh peperangan. Semoga buku ini membuka mata hati kita bahwa apapun alasannya sebuah peperangan akan menghasilkan kesengsaraan bagi mereka yang mengalaminya terutama bagi rakyat kecil yang tak mengerti politik namun yang paling langsung terkena dampaknya.


Didier Lafervre

Didier Lafevre (19 Desember 1957 - 29 Januari 2007) adalah seorang fofotgrafer jurnalistik yang foto-fotonya sering muncul di majalah-majalah Perancis L'Express dan Editions Quest France. Kegemarannya adalah melakukan perjalanan ke berbagai negara sambil memotret apa yang dilihat dan dialaminya. Selain apa yang bisa kita lihat dalam buku "Sang Fotografer" Didier banyak menghasilkan foto-foto dokumenter yang sangat luar biasa antara lain situasi pasca perang di Kosovo, epidemi AIDS di Malawi dan Kamboja, situasi negeri bekas wilayah blok Timur, hingga balap sepeda epik Paris-Roubaix.

Kesuksesan Sang Fotografer di negeri-negeri berbahasa Prancis (terjual +/- 250 rb copy) disusul dengan pengakuan yang muncul dari dunia internasional, berkat beberapa edisi berbahasa asing yang telah diterbitkan memberikan kejutan sekaligus kebagiaan bagi Didier serta bagi rekan-rekan tim MSF yang ambil bagian dalam petualangannya ke Afghanistan.

Setelah pengalamannya yang pertama ke Afghansitan yang dibukukan dalam "Sang Fotografer", Didier kembali melakukan 6 kali perjalanan ke Afghansitan antara tahun 1986-2006. Foto-foto indah hasil jepretannya itu pada tahun 2002 dirangkum dalam sebuah buku berjudul "Voyages en Afgahnistan"

Pada bulan Januari 2007, Didier meninggal karena serangan jantung pada usia 49 tahun, meinggalkan seorang istri dan dua anaknya yang masih kecil. Karya dan karakternya yang luar biasa masih banyak yang belum terungkap.

@htanzil

Saturday 5 March 2011

Hukum II Kirchhoff

Pemakaian Hukum II Kirchhoff pada rangkaian tertutup yaitu karena ada rangkaian yang tidak dapat disederhanakan menggunakan kombinasi seri dan paralel.
Umumnya ini terjadi jika dua atau lebih ggl di dalam rangkaian yang dihubungkan dengan cara rumit sehingga penyederhanaan rangkaian seperti ini memerlukan teknik khusus untuk dapat menjelaskan atau mengoperasikan rangkaian tersebut. Jadi Hukum II Kirchhoff merupakan solusi bagi rangkaian-rangkaian tersebut yang berbunyi:

Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain sebutannya dengan hukum kekekalan muatan listrik seperti tampak dalam analogi pada gambar berikut.Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai:
Dirumuskan :

Selanjutnya ada beberapa tahap yang diperkenalkan pada Anda melalui kegiatan 3 ini yaitu pertama rangkaian dengan satu loop (loop adalah rangkaian tertutup) serta selanjutnya rangkaian dengan dua loop atau lebih. Nah ... selanjutnya silahkan Anda simak yang berikut:
Rangkaian dengan satu loop
Pada gambar 12 berikut menunjukkan rangkaian sederhana dengan satu loop. Pada rangkaian tersebut, arus listrik yang mengalir adalah sama, yaitu I (karena pada rangkaian tertutup).
Dalam menyelesaikan persoalan di dalam loop perhatikan hal-hal berikut ini!
a.Kuat arus bertanda positif jika searah dengan loop dan bertanda negatif jika berlawanan dengan arah loop.

b.GGL bertanda positif jika kutub positipnya lebih dulu di jumpai loop dan sebaliknya ggl negatif jika kutub negatif lebih dulu di jumpai loop.
Misalkan kita ambil arah loop searah dengan arah I, yaitu a-b-c-d-a

Kuat arus listrik I di atas dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum II kirchhoff

Jika harga e1, e2, r1, r2 & R diketahui maka kita dapat menentukan harga I-nya!
Rangkaian dengan dua loop atau lebih
Rangkaian yang memiliki dua loop atau lebih disebut juga rangkaian majemuk. Langkah-langkah dalam menyelesaikan rangkaian majemuk ini adalah sebagai berikut:
Gambar 13. Rangkaian dengan dua loop
a.
Gambarlah rangkaian listrik dari rangkaian majemuk tersebut!
b.
Tetapkan arah kuat arus untuk tiap cabang.
c.
Tulislah persamaan-persamaan arus untuk tiap titik cabang dengan menggunakan Hukum I Kirchhoff!
d.
Tetapkan loop beserta arahnya pada setiap rangkaian tertutup!
e.
Tuliskan persamaan-persamaan untuk setiap loop dengan menggunakan persaman Hukum II Kirchhoff!
f.
Hitunglah besaran-besaran yang ditanyakan dengan menggunakan persamaan huruf e di atas!

Hukum 1(Kirchhoff)

Bahasan ini merupakan kelanjutan materi pada modul kegiatan-1 dan 2 sebelumnya. Arus listrik yang telah Anda kenal bahkan pahami itu, bila mengalir bak ... aliran air yaitu dari dataran lebih tinggi ke dataran lebih rendah atau arus listrik itu merupakan aliran arus dari potensial tinggi disebut kutub positif melalui kabel (rangkaian luar) menuju potensial rendah disebut kutub negatif.

Dalam alirannya, arus listrik juga mengalami cabang-cabang. Ketika arus listrik melalui percabangan tersebut, arus listrik terbagi pada setiap percabangan dan besarnya tergantung ada tidaknya hambatan pada cabang tersebut. Bila hambatan pada cabang tersebut besar maka akibatnya arus listrik yang melalui cabang tersebut juga mengecil dan sebaliknya bila pada cabang, hambatannya kecil maka arus listrik yang melalui cabang tersebut arus listriknya besar.


Selanjutnya hubungan jumlah kuat arus listrik yang masuk ke titik percabangan/ simpul dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik percabangan akan diselidiki dengan percobaan pada lembar percobaan dan diharapkan Anda mencobanya.


Dari percobaan akan didapatkan bahwa penunjukkan ampere meter A1 sama dengan penjumlahan penunjukkan A2 dan A3 (lihat gambar 10)

Hal tersebut dikenal sebagai hukum I Kirchhoff yang berbunyi:



Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain sebutannya dengan hukum kekekalan muatan listrik seperti tampak dalam analogi pada gambar berikut.Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai:




Gambar 8. Skema diagram untuk            Gambar 10. Rangkaian untuk
Hukum I Kirchhoff                            menyelidiki kuat arus yang masuk
                                                      dan keluar dari suatu titik simpul

Hubungan antara hambatan kawat dengan jenis kawat dan ukuran kawat

Hambatan atau resistansi berguna untuk mengatur besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu rangkaian listrik. Dalam radio dan televisi, resistansi berguna untuk menjaga kuat arus dan tegangan pada nilai tertentu dengan tujuan agar komponen-komponen listrik lainnya dapat berfungsi dengan baik.

Untuk berbagai jenis kawat, panjang kawat dan penampang berbeda terdapat hubungan sebagai berikut:


dengan ketentuan:

R
=
hambatan()
p
=
hambatan jenis penghantar (m)
l
=
panjang penghantar (m)
A
=
Luas penampang penghantar (m2) untuk kawat berbentuk lingkaran
A
=
2
r
=
jari-jari lingkaran kawat

Untuk mempermudah Anda mengenal berbagai macam jenis logam dan hambatan jenisnya, Anda perhatikan tabel di bawah ini!

Tabel –1. Hambatan jenis beberapa zat.

Hubungan antara Tegangan listrik (V) dan Kuat arus listrik (I)

Setelah Anda mengetahui tentang kuat arus listrik (I) dan tegangan listrik (V), Anda akan bertanya apa hubungannya antara kedua besaran tersebut? Hubungan antara V dan I pertama kali ditemukan oleh seorang guru Fisika berasal dari Jerman yang bernama George Simon Ohm. Dan lebih dikenal sebagai hukum Ohm yang berbunyi:



Besar kuat arus listrik dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial (V) antara ujung-ujung penghantar asalkan suhu penghantar tetapHasil bagi antara beda potensial (V) dengan kuat arus (I) dinamakan hambatan listrik atau resistansi (R) dengan satuan ohm ()

Hambatan dalam rangkaian listrik diberi simbol:

gambar sebenarnya adalah
Maka persamaannya dapat ditulis:

Keterangan:
R
:
hambatan listrik (ohm = W)

V
:
beda potensial atau tegangan (volt = V)

I
:
kuat arus listrik (ampere = A)

Beda Potensial atau Tegangan Listrik

Setelah Anda mempelajari kuat arus listrik, selanjutnya kita akan mempelajari beda potensial atau tegangan listrik.
Untuk mempelajari beda potensial atau tegangan listrik, coba kita perhatikan sebuah baterai; yang Anda pasti sudah tahu, pada baterai itu terdapat 2 (dua) kutub, yaitu kutub positif dan kutub negatif. Bila kutub positif dan kutub negatif kita hubungkan dengan kawat penghantar listrik, maka akan mengalir elektron dari kutub negatif melalui penghubung ke kutub positif.
Para ahli telah melakukan perjanjian bahwa arah arus listrik mengalir dari kutub positif ke kutub negatif. Jadi arah arus listrik berlawanan dengan arah aliran elektron.
Seandainya Anda ingin lebih jelas lagi, perhatikan gambar di bawah ini. Keterangan:

1. kutub positif (+)
Gambar 9. Perjanjian arah arus listrik
2. kutub negatif (–)
3. arah arus listrik
4. arah gerak elektron

Terjadinya arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif dan aliran elektron dari kutub negatif ke kutub positif, disebabkan oleh adanya beda potensial antara kutub positif dengan kutub negatif, dimana kutub positif mempunyai potensial yang lebih tinggi dibandingkan kutub negatif.

KUAT ARUS LISTRIK

Pernahkah Anda mendengar kata kuat arus listrik? Coba diingat! Di rumah Anda lampu menyala disebabkan oleh aliran listrik dalam rangkaian arus bolak-balik.
Jika Anda menghubungkan lampu listrik kecil dan baterai dengan kabel, apa yang terjadi? Lampu akan menyala, yang disebabkan oleh aliran listrik dalam rangkaian arus searah.
Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar. Arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan arah dengan arah gerak elektron.
Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang menembus suatu penampang dari suatu penghantar dalam satuan waktu tertentu disebut sebagai kuat arus listrik. Jadi kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir dalam kawat penghantar tiap satuan waktu.
Gambar. 8 Segmen dari sebuah kawat penghantar berarus
Jika dalam waktu t mengalir muatan listrik sebesar Q, maka kuat arus listrik I adalah:

Voltmeter

         Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan listrik atau beda potensial antara dua titik. Voltmeter juga menggunakan galvanometer yang dihubungkan seri dengan resistor. Coba Anda bedakan dengan Ampermeter!

Beda antara Voltmeter dengan Ampermeter adalah sebagai berikut:

1.
Ampermeter merupakan galvanometer yang dirangkai dengan hambatan shunt secara seri, Voltmeter secara paralel.
2.
Hambatan Shunt yang dipasang pada Ampermeter nilainya kecil sedangkan pada Voltmeter sangat besar.

Bagaimana menggunakan Voltmeter?
         Menggunakan Voltmeter berbeda dengan menggunakan Ampermeter, dalam menggunakan Voltmeter harus dipasang paralel pada kedua ujung yang akan dicari beda tegangannya. Misalkan Anda kan mengukur beda tegangan antara ujung-ujung lampu pada gambar 5.

Gambar 5. Rangkaian dengan sumber arus dc.


Anda cukup mengatur batas ukur pada alat dan langsung hubungkan dua kabel dari voltmeter ke ujung-ujung lampu seperti pada gambar 6.
Gambar 6. Mengukur tegangan.



Seperti pada saat Anda menggunakan Ampermeter, jika jarum pada voltmeter melewati batas skala maksimal, berarti beda potensial yang Anda ukur lebih besar dari kemampuan alat ukur. Sehingga Anda harus memperbesar batas ukur. Caranya dengan memasang resistor (hambatan muka) secara seri pada voltmeter. Seperti gambar 7.


Gambar 7. Rangkaian hambatan muka (Rm) pada Voltmeter
untuk memperbesar batas ukurnya.


Besar hambatan muka yang dipasang pada Voltmeter tersebut adalah:

Ampermeter

         Ampermeter merupakan alat untuk mengukur arus listrik. Bagian terpenting dari Ampermeter adalah galvanometer. Galvanometer bekerja dengan prinsip gaya antara medan magnet dan kumparan berarus.
         Galvanometer dapat digunakan langsung untuk mengukur kuat arus searah yang kecil. Semakin besar arus yang melewati kumparan semakin besar simpangan pada galvanometer. Cara kerja galvanometer ini akan dibahas lebih lanjut pada saat Anda mempelajari medan magnetik di kelas XII jurusan IPA.
          Ampermeter terdiri dari galvanometer yang dihubungkan paralel dengan resistor yang mempunyai hambatan rendah. Tujuannya adalah untuk menaikan batas ukur ampermeter. Hasil pengukuran akan dapat terbaca pada skala yang ada pada ampermeter.
          Bagaimana cara menggunakan Ampermeter?
Misalkan Anda akan mengukur kuat arus yang melewati rangkaian pada gambar 1. Misalkan R adalah lampu, maka:

Gambar 1. a. gambar rangkaian sederhana dengan sumber arus dc.
b. rangkaian sebenarnya

         Anda harus memasang secara seri ampermeter dengan lampu. Sehingga harus memutus salah satu ujung (lampu menjadi padam). Selanjutnya hubungkan kedua ujung dengan kabel pada ampermeter, seperti gambar 2.
Gambar 2. Rangkaian cara menggunakan Ampermeter
Gambar 3. Multimeter yang dapat digunakan sebagai Ampermeter

          Hati-hati saat Anda membaca skala yang digunakan, karena Anda harus memperhatikan batas ukur yang digunakan. Misalnya Anda menggunakan batas ukur 1A, pada skala tertulis angka dari 0 sampai dengan 10. Ini berarti saat jarum ampermeter menunjuk angka 10 kuat arus yang mengalir hanya 1A. Jika menunjukkan angka 5 berarti kuat arus yang mengalir 0,5 A. Secara umum hasil pengamatan pada pembacaan ampermeter dapat dituliskan:

cara pasang tanggalan pada blogger kalian

Selain berfungsi sebagai kalender (penanggalan), widget ini juga sebagai accessories yang dapat menambah estetika blog atau web Anda. Banyak layanan free yang menyediakan widget untuk kalender ini, namun pada kesempatan ini Tips dan Trik Blog akan menggunakan layanan free dari http://www.free-blog-content.com/. Langkah-langkahnya cukup mudah, hanya copy paste code html yang diberikan oleh layanan tersebut.


Pertama, masuk ke http://www.free-blog-content.com/. Setelah berhasil masuk, pilih kategori kalender yang Anda suka, seperti Animated Calendars, Car Calendars, Girl Calendars, Animal Calendars, Nature Calendars, Abstract Calendars, Plain Calendars, juga Calendar with Clock. Yang perlu Anda lakukan hanya memilih salah satu kategori yang Anda suka dengan mengkliknya dan kemudian akan ditampilkan preview masing-masing kalender lengkap dengan code html-nya. Untuk menaruh kalender ini sidebar blog, tinggal copy dan paste code html tersebut.Setelah mendapatkan code html, langkah selanjutnya seperti biasa, Anda login ke blogger.com. Setelah masuk ke halaman Panel Kontrol (Control Panel), kemudian pilih blog di mana akan ditempatkan kalender tersebut kemudian pilih layout kemudian klik Tambah Elemen Halaman kemudian pilih HTML/Javascript kemudian pastekan code html yang sudah Anda dapatkan tadi. Kemudian Simpan Perubahan dan selesai.

Tuesday 1 March 2011

Seribu Sujud Seribu Masjid

No. 252
Judul : Seribu Sujud Seribu Masjid
Penulis : Tandi Skober
Penerbit : Salsabila Kautsar Utama
Cetakan : I, November 2010
Tebal : 275 hlm

Jika membaca judulnya “Seribu Sujud Seribu Masjid” tentunya kita akan langsung menduga bahwa ini adalah novel bernuansa religi. Betul, tapi tak hanya itu saja karena dalam novel ini pembaca juga akan diajak masuk dalam nuansa politik, intrik, romantisme, dan humor yang dikemas sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah novel religi yang tak hanya berisi dakwah saja namun memiliki latar kisah yang menarik untuk disimak hingga lembar terakhir novel ini.

Di bab-bab pertama novel ini penulis mengajak kita untuk kembali ke tahun 65 di wilayah Sekober, Indramayu, ketika gonjang-ganjing politik melanda seluruh negeri ini. Dikisahkan Kasdi dan Zum dibesarkan di daerah pesisir Sekober, Indramayu. Zum adalah anak gundik Bah Ceh Nong, tokoh PKI di Sekober. Kasdi adalah anak seorang seniman Tarling yang bernama Camang. Kedua anak itu bersahabat dengan akrab.

Ketika prahara politik merembet hingga ke wilayah Sekober, nasib merekapun berubah drastis. Bah Ceh Nong ditemukan mati mengambang di sungai Cimanuk. Tuduhannya sudah jelas karena ia adalah tokoh PKI di Sekober yang pantas dihukum mati tanpa harus diadili terlebih dahulu. Sedangkan Camang yang bekerja sebagai pembantu di rumah Bah Ceh Nong dicurigai sebagai salah satu antek PKI. Walau Camang selalu mengatakan bahwa ia adalah muslim dan sudah disunat pada para tentaranya namun ia tak luput dari hukuman. Saat hendak dieksekusi, Camang selamat, melarikan diri, menggelandang dari masjid ke masjid. Semenjak itu Camang tak pernah lagi bertemu dengan anaknya, Kasdi.

Anak-anak Bah Ceh Nong dan Camang bertahan dalam menjalani kerasnya kehidupan. Zum menjadi penari dombret, pelacur, hingga akhirnya menjadi pencopet. Kasdi ikut menjadi pencopet bersama Zum dan Zaki, kawannya. Sementara Zum dan Zaki masih berada dalam dunia hitam, Kasdi pensiun menjadi copet untuk berjualan bandros. Ia tinggal di surau peninggalan kakeknya. Kasdi percaya bahwa suatu saat ayahnya akan pulang dan sujud di surau itu.

Di Surau peninggalan kakeknya itulah Kasdi bertemu dengan Priadi, lelaki senja yang menhantarnya agar lebih dekat pada Tuhan. Mereka berdua tak henti-hentinya mengajak orang-orang yang lewat surau tersebut untuk menepi dan sholat. Tak banyak yang tertarik pada ajakan mereka berdua kecuali Bana, anak preman dan Cipto mantan pejabat dan pengusaha kaya yang bertobat dan menyerahkan sisa hartanya sebesar 100 jt rupiah pada Kasdi sebagai uang kost di surau milik kakek Kasdi sekaligus biaya penguburannya jika ia meninggal dunia nanti.

Kasdi, Bana dan Cipto menjadi tiga sekawan yang menempuh jalan Allah, mereka tinggal bersama di surau sambil mempertebal iman dan berdakwah secara sederhana dibawah bimbingan Priadi. Walau Kadi telah mengantongi uang sebesar 100 juta kehidupan mereka bertiga tetap bersahaja dan damai hingga akhirnya Zaki, kawan lama Kasdi yang kini telah menjadi konglomerat berniat untuk membeli tanah Surau tersebut.

Melalui Zum yang sebenarnya mencintai Kasdi, Zaki mencoba membujuk Kasdi untuk menjual surau tersebut. Zaki berani membeli suaru tersebut seharga 500 juta rupiah untuk dijadikan mall dan stasiun televisi global. Disinilah konflik terjadi. Gagal dengan iming-iming uang, Zaki dan Zum bersekongkol mencari cara lain yang diperkirakan akan ampuh meluluhkan Kasdi untuk menjual surau tersebut. Kasdi memerintahkan Zum untuk berpura-pura menjadi wanita muslimah yang soleh agar Kasdi jatuh cinta pada Zum dan merelakan surau peninggalan kakeknya jatuh ke tangan Zaki.

Kisah di novel ini seberarnya sederhana saja, namun penulisnya mampu membuat kisah sederhana ini menjadi menarik. Penulis tampak piawai dalam mendeskripsikan kisahnya ini dengan detail dan filmis sehingga ketika saya membaca novel ini saya merasa sedang menonton sebuah film dalam imajinasi saya.

Tokoh-tokohnya memiliki latar belakang yang berbeda-beda sehingga membuat novel ini menjadi lebih berwarna dan pembaca diberi kesempatan untuk melihat bagaimana masing-masing tokoh ini menyikapi persoalan hidupnya. Umumnya semua tokoh dalam novel ini berusaha mencari jati diri mereka sehingga bisa dikatakan ini adalah kisah tentang perjalanan spiritual manusia dalam mencari jati dirinya.

Bagi saya pribadi bagian yang paling menarik di novel ini adalah di bab-bab awal saat kisah bergulir di tahun 65 ketika huru-hara politik melanda wilayah Sekober. Di bagian ini pembaca diajak melihat bagaimana dan apa yang dirasakan rakyat kecil akibat kekisruhan yang dilakukan para elit politik negeri ini. Selain itu terungkap juga bagaimana kelamnya suasana saat itu, terlebih saat Camang ditangkap dan hendak dieksekusi oleh para tentara. Bagi saya bagian ini merupakan bagian yang sulit terlupakan.

Sayang ketika cerita beralih ke masa kini, kisah-kisah di masa lalu ini tak disinggung lagi sehingga seolah kisah di bagian-bagian awal novel ini menjadi kisah tersendiri dan terlepas begitu saja . Tentunya akan lebih menarik jika kilasan-kilasan masa lalu Kasdi dan Zum ditampilkan kembali sehingga benang merah antara kisah masa kecil Kasdi dan Zum ini tampak terlihat lebih jelas lagi.

Terlepas dari itu secara keseluruhan saya rasa novel ini menarik untuk dibaca. Sebagai novel religi tentunya novel ini mengandung banyak sekali dengan pesan-pesan keagamaan namun penulis mengemasnya dalam dialog-dialog yang segar dan lucu sehingga pembaca tak merasa digurui oleh penulisnya.

Bagi saya ini novel religi islami yang pertama kali saya baca. Walau bukan seorang muslim saya tak merasa kesulitan dalam memahami dan memaknai pesan-pesan moral yang hendak disampaikan penulisnya. Bagi saya nilai-nilai religi islami yang tertuang dalam novel ini sangat universal dan bisa dipahami dan dimaknai oleh semua pembaca tanpa harus terbatasi oleh sekat-sekat agama.

@htanzil
 
ans!!