Wednesday 25 January 2006

Indonesia Jaya


Judul : Sebuah Refleksi Sejarah
INDONESIA JAYA
Segemilang Apapun Masa Lalumu,
Masa Depanmu Lebih Cemerlang!
Penulis : Anand Krishna
Kata Pengantar : Dr. Asvi Warman Adam
Penerbit : PT. One Earth Media, Agustus 2005
Tebal : xxx + 358 hal
ISBN : 979-99450-9-7

Jika kita mau belajar dari sejarah, belajar dari masa lalu, akan kita dapatkan bahwa budaya Nusantara ternyata memiliki pondasi peradaban budaya yang tinggi yang menopang berdirinya kerajaan-kerajaan besar di Nusantara (Sriwijaya, Majapahit,dll) berabad-abad yang lampau. Namun sayangnya penjajahan selama ratusan tahun, telah dengan sistematik menghilangkan "ingatan kolektif" kita akan asal-usul budaya kita yang tinggi. Dengan sengaja kita dipecah-belah, supaya tidak bisa bersatu sebagai sebuah bangsa. Semenjak itulah hingga kini, bangsa kita menjadi bangsa yang secara mentalitas telah terpecah-pecah dan kehilangan perekat yang akan mempersatukan bangsa Indonesia menuju Indonesia yang jaya.

Buku "Indonesia Jaya" yang ditulis oleh Anand Krishna yang dikenal sebagai guru spritual lintas agama yang juga memiliki kepedulian amat tinggi terhadap persatuan dan kesatuan bangsa ini mencoba menyadarkan pembacanya bahwa Indonesia sebenarnya memiliki ‘perekat’ yang harus digali kembali bagi kesatuan bangsa dan kejayaan Indonesia. Buku ini merupakan rangkaian refleksi pemikirannya yang utuh dalam mewujudkan Indonesia yang Jaya. Refleksi sejarah yang ditulis oleh Anand Krishna ini digali dan dirangkai dari keping-keping sejarah Nusantara yang tercecer, terselip, sempat hilang atau yang sengaja’dihilangkan’ untuk kepentingan-kepentingan politis tertentu. Karena itu tak heran dalam buku ini pembaca akan diajak membaca secara langsung kutipan-kutipan dari sumber-sumber sejarah yang tercecer tersebut. Terdapat ratusan kutipan-kutipan teks dari sumber-sumber sejarah baik primer maupun sekunder yang menghiasi buku ini, mulai dari teks-teks yang berasal dari prasasti kuno hingga karya sejarahwan Danys Lombard akan kita temui dalam buku ini. Dan hasilnya buku ini menjadi sebuah buku refleksi sejarah yang dapat berbicara dengan jelas tentang asal-usul, pondasi dan karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya memiliki nial-nilai budaya yang tinggi yang pernah menopang kejayaan sejumlah kerajaan besar di Nusantara selama ratusan tahun lamanya.

Anand Krishna membagi buku ini kedalam tiga bagian besar : Indonesia Kini, Nusantara Dulu, dan Indonesia Jaya. Pada bagian pertama, buku ini mencoba mengugah kesadaran pembacanya dengan judul yang provokatif "Aku Bangga Jadi Orang Indonesia", namun dalam bagian ini yang ditemui adalah sebuah kenyataan yang menyakitkan, ketika kita bangga karena Indonesia adalah negara yang luas wilayah dan banyaknya jumlah pulau yang kita miliki justu hingga kini tak ada kepastian tentang batas wilayah dan jumlah pulau yang kita miliki, bahkan keduanya kadang masih dipertentangkan dengan negara tetangga.

Ketika kita bangga akan kekayaan alamnya, kenyataannya kita menjadi pengimpor gula dan beras. Ketika kita bangga akan ragamnya agama yang dianut oleh bangsa kita, justru ahlak kita semakin merrosot dan fanatisme agama mulai mengoyahkan kesatuan kita.. Ketika kita bangga akan ragamnya suku-suku bangsa yang terdapat di Indonesia, justru kini konflik-konflik kedaerahan muncul disana-sini dan bangsa ini terancam disintegerasi dan menuju kehancuran.
Berangkat dari kenyataan-kenyataan diatas, secara runut Anand Krishna mencoba membuka kesadaran pembacanya bahwa Indonesia sesungguhnya bisa mengatasi masalah-masalah diatas asal kita memiliki ‘perekat’ yang kuat yang sebenarnya telah ada dalam diri bangsa ini yang bisa diperoleh dari "Melihat kedalam Diri" dan "Belajar dari Masa Lalu"

Pada bagian kedua yang berjudul Nusantara Dulu, Anand Krishna mengungkap kekayaan budaya dan kebesaran kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara seperti Sriwijaya dan Majapahit. Selain itu diulas juga kebesaran-kebesaran budaya masa lalu, terungkap pula keadilan dan penegakan hukum yang ternyata sudah dimiliki oleh kerajaan Sriwijaya yang dibuktikan dengan ditemukannya prasasti batu yang berasal dari tahun 684 Masehi yang ditemukan di Talang Tuwo, dekat Palembang. Prasasti batu tersebut secara jelas memuat aturan-aturan hukum yang intinya menyatakan bahwa ‘hukum berlaku sama" bagi setiap orang, siapa saja. Seorang anak raja, petinggi negara, pejabat, siapa saja-tak seorangpun immune terhadap hukum (hal 105). Dalam prasasti ini terdapat pula semacam sumpah jabatan yang memiliki konsekuensi hukuman jika raja, pejabat melanggar sumpahnya.

Bab ini menguraikan pula masa-masa awal Majapahit dan runtuhnya Majapahit serta pengaruh kekuasaan Cina yang dikaitkan dengan kedatangan Laksamana Ceng Ho ke Pulau Jawa. Dari keruntuhan Majapahit pembaca diajak untuk mengetahui bagaimana Majapahit digerogoti baik dari dalam maupun luar hingga ahirnya Majapahit terhapus dari bumi Nusantara dan Anand Krishna mencoba merefleksikannya dengan kondisi Indonesia saat ini. Dalam kaitannya dengan kedatangan Cheng Ho, Anand Krishna mencoba membuka kesadaran baru bahwa sebenarnya kedatangan Cheng Ho bukan semata-mata membawa misi dagang dan agama melainkan ada maksud-maksud politis yang diembannya. Strategi politik yang dimainkan Cheng Ho dengan ‘menanam’orang Ming di setiap pelabuhan, kota dan negara yang disingahinya merupakan senjata ‘patronase’ yang cukup efektif bagi Ming sendiri. (hal273)

Pada Bagian ketiga : Indonesia Jaya, buku ini membangun kesadaran agar bangsa ini bangkit dari keterpurukannya dan secara gamblang Anand Krishna mengungkap "lubang-lubang" yang dapat membuat perjalanan bangsa ini terjatuh, yaitu hilangnya perekat bagi kesatuan dan persatuan bangsa, "penjajahan" yang dilakukan berbagai pihak dalam berbagai bidang, fanatisme agama dan lubang terakhir adalah ketergantungan pada kekuatan-kekuatan luar. Dalam bab ini Anand Krishna juga secara tegas menyuguhkan Action Plan untuk menuju Indonesia Jaya, yaitu : BERSATU! . Hendaknya "persatuan" dan kebangsaan", "kebersamaan", "budaya asal". "toleransi antar agama", dan sebagainya tidak hanya menjadi wacana. Jiwai persatuan. Terjemahkan kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. (hal 353)

Bobot buku ini sebagai buku bertema sejarah ini terangkat pamornya dengan dengan kata pengantar yang ditulis secara koprehensif mengenai "Apakah Indonesia Akan Jaya?" oleh sejarahwan/Ahli Peneliti Utama LIPI Dr. Asvi Warman Adam. Dalam kata pengantarnya ini Asvi bukan hanya memberikan sekedar sekapur sirih yang mengantarkan pembaca akan apa yang ditulis pengantar, melainkan kata pengantarnya ini bisa dianggap sebagai epilog atau lampiran dalam buku ini yang bisa dijadikan pembanding yang mengajak pembaca mendiskusikan problem besar yang dihadapi bangsa dewasa ini. (xv)

Selain itu buku ini juga menyajikan ratusan kata mutiara yang mencerahkan dari para tokoh bangsa yang disajikan di setiap halaman genap seluruh buku ini yang dikutip dari buku "Polemik Kebudayaan" – Achdiat K. Mihardja (Pustaka Jaya, 1977) dan "Karya Ki Hadjar Dewantara Bag II: Kebudayaan" (Madjelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Yogya, 1994)

Walau buku ini sarat dengan kutipan-kutipan dari berbagai sumber sejarah, namun membaca buku ini tak seperti membaca buku-buku teks sejarah yang kaku dan hanya berisi tahun dan peristiwa-peristiwa penting saja, namun keseluruhan peristiwa sejarah yang terungkap juga disertai dengan pandangan-pandangan pemikiran Anand Krihsna yang akan menyadarkan pembacanya akan kejayaan Nusantara di masa lalu dan bukan itu saja buku ini setidaknya akan membuat pembacanya menyadari bahwa kita sebenarnya memiliki "pondasi" atau "akar budaya" yang kokoh untuk bangkit dan menjadi bangsa yang besar dan menjadi Indonesia yang Jaya.

@h_tanzil

No comments:

Post a Comment

 
ans!!