Thursday 12 January 2006

Laluba


Judul Buku : Laluba
Penulis : Nukila Amal
Penerbit : Pustaka Alvabet
Cetakan : I, Mei 2005
Tebal : 166 hal. 13.5x20 cm
ISBN : 979-3064-13-7

Setelah sukses dan menghentakkan dunia sastra tanah air dengan novel lirisnya "Cala Ibi"(2003), kali ini Nukila Amal mempersembahkan karya terbarunya "Laluba", sebuah kumpulan cerpen yang terdiri dari 15 buah cerpen dimana lima diantaranya pernah dimuat di Majalah Matra, The Jakarta Post, Koran Tempo dan Jurnal Kebudayaan Kalam.

Kelimabelas cerpen dalam buku ini dibagi dalam dua bagian besar. Di bagian pertama "Para Penyelamat dan Para Penari" (5 bh cerpen) terdapat cerpen "Laluba" yang dijadikan judul buku kumpulan cerpen ini. Tidak dijelaskan mengapa cerpen Laluba dijadikan judul buku ini namun jika dilihat dari keseluruhan cerpen yang ada, cerpen Laluba memang yang paling menonjol diantara cerpen-cerpen lainnya. Dalam cerpen Laluba Nukila bertutur mengenai seorang ibu yang berdialog dengan anaknya yang masih berada dalam kandungannya yang dinamainya "Laluba" (lumba-lumba.). Cara bertutur dalam cerpen Laluba ini mengingatkan kita akan Cala Ibi, penuh dengan kalimat-kalimat liris bak puisi, metafor-metafornya terpilih dengan cermat dan kadang mengagetkan.

Di bagian kedua "Para Penatap dan Para Pencerita" (10 bh cerpen) Nukila menuliskan cerpen-cerpennya yang bertolak dari karya-karya pegrafis legendaris asal Belanda yang karya-karyanya telah mendunia M. C. Escher (1898-1972). Dalam cerpen berjudul "Drama Dua Tangan" dengan menarik Nukila menyajikan cerpennya dalam bentuk dialog drama antara tangan satu dan tangan dua yang saling menggambar dengan asyiknya hingga suatu ketika mereka berselisih siapa yang lebih dulu menggambar tangan, tangan satu bersikukuh dialah yang menggambar tangan dua, sebaliknya tangan dua berpendapat dialah sipembuat tangan pertama dan dialah sang pencipta sementara tangan pertama adalah ciptaannya.

Sebuah karya terkenal M.C. Escher yang bertitel Reptil (1943) mengilhami Nukila untuk membuat cerpen berjudul "Kita Ada di Sini" . Di cerpen ini Nukila mencoba menerjemahkan litograph Escher kedalam rangkaian kata dengan baik sekali bagaimana sketsa seekor buaya kecil tiba-tiba menyeruak keluar dari gambarnya.

Membaca cerita-cerita pendek Nukila dalam "Laluba" memang menarik karena setiap cerpen Nukila akan menyeret kita kedalam ceruk-ceruk batin manusia yang paling dalam dan misterius yang dibingkai dalam keindahan berbahasa yang menakjubkan. Hal ini tentu saja membawa konsekuensi cerpen-cerpen ini menjadi agak sukar dimengerti bagi mereka yang hanya terbiasa membaca cerpen-cerpen ringan. Sedikit kekurangan pada buku ini adalah tak ada satupun juga karya grafis MC Escher yang tercetak pada buku ini. melainkan hanya memuat judul karya dan tahun pembuatan dari karya grafis MC Escher di tiap akhir cerpen. Tentu saja bagi orang yang tak mengenal siapa MC Escher keterangan tersebut tak akan memiliki arti apapun. Jika saja karya pegrafis terkenal ini dimuat di awal atau di akhir setiap cerpen tentunya hal ini akan sangat memudahkan pembaca untuk lebih mengapresiasi setiap cerpen dalam buku ini.

@h_tanzil

No comments:

Post a Comment

 
ans!!