Thursday 18 October 2012

Krisis Global Jangan Berakhir

MARILAH sejenak mengambil jarak dari problematika dalam negeri
dan melihat situasi global. Sayang, harapan untuk mendapatkan
kelegaan harus disimpan seiring dengan dirilisnya laporan terbaru
International Monetary Fund (IMF) kemarin.
Dari markasnya di Washington DC, Amerika Serikat, Dana Moneter
Internasional itu memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global
pada 2012 dari 3,5 persen menjadi 3,3 persen. Itu adalah posisi terendah
sejak resesi 2009. Sementara itu, untuk tahun depan, pertumbuhan ekonomi
global diprediksi sebesar 3,6 persen. Angka-angka itu jauh di bawah
prediksi yang dibuat IMF Juli lalu. Waktu itu IMF meramal pertumbuhan
ekonomi global sebesar 3,5 persen pada 2012 dan 3,9 persen pada 2013.
Dalam rilisnya, IMF menyebutkan bahwa penyebab proyeksi pesimistis
pihaknya adalah lambatnya pemulihan ekonomi di negaranegara
maju. IMF menilai, penanganan krisis utang di zona Eropa yang
tak kunjung tuntas serta recovery ekonomi AS yang belum memuaskan
memunculkan kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global.
Setali tiga uang dengan saudaranya, Bank Dunia juga memangkas
proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2012 dari 9,1 persen
menjadi 7,7 persen. Namun, pada 2013 laju pertumbuhan ekonomi
Tiongkok diproyeksi kembali berakselerasi hingga 8,1 persen.
Jika menyimak proyeksi-proyeksi terbaru dari lembaga pemonitor ekonomi
dunia tersebut, tentu semakin sulit menjawab pertanyaan kapan
krisis ekonomi global berakhir. Pada sebuah artikel di The Economist,
pakar ekonomi Tiongkok meramalkan krisis global paling cepat selesai
dalam lima tahun. Lee Kuan Yew, mantan perdana menteri yang kini
sesepuh menteri di Singapura, menduga akan lebih dari tujuh tahun.
Bagi Indonesia, pertanyaan kapan krisis ekonomi global berakhir sebenarnya
sudah tidak relevan lagi. Kendati krisis global berkecamuk, perekonomian
tetap tumbuh dengan meyakinkan, di atas 6 persen tahun ini. Hingga
kuartal ketiga tahun ini, perekonomian mampu tumbuh 6,5 persen.
Tidak hanya itu, rapor pasar modal Indonesia termasuk yang terbaik saat
ini. Ibaratnya, meskipun menurun, sebenarnya cuma terpeleset, tidak
sampai terjungkal jika dibandingkan dengan rapor negara lain. Potret
mata uang rupiah juga solid, didukung dengan cadangan devisa yang
terus meningkat, yang saat ini lebih dari USD 120 miliar. Bandingkan
dengan jumlah cadangan devisa yang hanya USD 60 miliar pada 2008.
Namun, apakah itu semua membuat kita puas? Seharusnya tidak.
Justru banyak pelaku usaha dan pelaku ekonomi kini merasa bahwa
kinerja perekonomian Indonesia berada di bawah potensinya.
Ekonomi Indonesia saat ini tengah dihiasi permintaan domestik yang
tinggi, didorong pertumbuhan kelas menengah yang besar. Lebih dari
40 juta kelas menengah Indonesia memiliki daya beli tinggi. Fakta makroekonomi
lain yang menonjol adalah tingkat pendapatan per kapita
yang telah melampaui USD 3.200, yang diyakini akan kian memperkuat
lompatan ekonomi ke depan.
Karena itu, jangan pernah sediakan waktu untuk pesimistis. Krisis global
adalah saat yang tepat untuk ekspansi. Indonesia is darling of world economy.
Mari manfaatkan secara optimal. It’s now, not tomorrow. (*)

No comments:

Post a Comment

 
ans!!