Thursday 16 February 2012

Winter Dreams

[No. 286]
Judul : Winter Dreams - Perjalanan Semusim Ilusi
Penulis : Maggie Tiojakin
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : 2011
Tebal : 287 hlm

My rating 4 of 5 star


Bagi sebagian penduduk dunia, Amerika adalah negeri impian untuk mencapai kesuksesan, ada banyak caranya, mulai dari yang menempuh pendidikan lanjutan lalu meniti karier disana atau hanya dengan modal pendidikan dan uang seadanya nekad mengadu nasib dan menjadi bagian dari 12 juta masyarakat intenasional yang memilih menjadi imigran gelap di Amerika dengan segala resikonya demi sebuah mimpi.

Beda halnya dengan Nicky F. Rompa pemuda Indonesia berusia 20-an tahun. Berawal dari perceraian kedua orang tuanya ia lari dari kenyataan pahit yang dialaminya dengan mencoba mengadu nasib sebagai imigran gelap di Amerika Serikat. Kehidupan Nicky di negeri asing Inilah yang menjadi inti kisah dari novel Winter Dreams karya Maggie Tiojakin yang sebagian besar kisahnya mengambil setting di Boston, Mass. Amerika Serikat.

Dikisahkan Paska perceraian kedua orang tuanya Nicky tinggal di Jakarta bersama ayahnya, sedangkan adik perempuannya tinggal bersama ibunya di tempat lain. Ayah Nicky adalah seorang pemarah yang ringan tangan.

Lambat laun Nicky tak tahan dengan perlakuan ayahnya yang kasar dan suka memukuli dirinya hingga babak belur, akhirnya ketika ibunya menawarkan agar Nikcy meninggalkan ayahnya dan pergi ke Amerika ia menerima tawaran itu. Nicky berangkat meninggalkan keluarga dan sahabatnya tanta tahu berapa lama dan apa yang harus ia kerjakan disana kelak.

Di sana awalnya Nicky tinggal bersama keluarga kerabat ibunya yang telah lama menetap disana. Sebuah peristiwa membuat ia harus meninggalkan mereka dan mencari tempat tinggal sendiri. Di Boston Nicky mencoba mengisi kehidupannya dengan berbagai pekerjaan mulai dari pegawai toko, supir limousine, ikut kursus menulis, hingga bekerja di sebuah koran lokal. Di novel setebal 287 halaman inilah pembaca diajak mengikuti perjalanan Nicky dari satu pengalaman ke pengalaman lainnya. Dari satu pertemanan ke pertemanan lainnya.

Dari perjalanan hidupnya ini Nicky bertemu dengan orang-orang yang berasal dari berbagai kultur yang berbeda, mulai dari Mr. & Mrs. Wong, imigran asal Vietnam yang menjadi majikan Nicky saat ia bekerja supermaket. Polina, gadis Rusia dimana Nicky pernah tertarik padanya. Sepasang kekasih Dev Akhtar dari Pakistan dan Natalie Black, gadis Yahudi, yang keduanya tinggal seapartemen dengan Nicky , Artin Rucci, guru menulis Nicky, Esmeralda de Luca Garcia – Esme – kekasih Nicky yang berasal dari Meksiko. dll

Dari seluruh kisah yang dialami Nicky walau ada berbagai peristiwa dan konflik yang dialami Nicky dengan orang-orang yang ditemuinya namun tak ada konflik yang menonjol dalam novel ini, tak ada dramatisasi yang berlebihan dalam kehidupan Nicky. Apa yang dialami Nicky begitu alami dan mungkin pernah dialami oleh kita semua seperti jatuh cinta pada seorang gadis, tertarik pada kekasih sahabat, patah hati, mencoba berganti-ganti pekerjaan, pesta-pesta anak muda, melakukan perjalanan antar kota, dsb.

Karakter Nicky F Rompa sendiri bukanlah sebuah tokoh hero yang sempurna, namun disinilah justru karakter dan pengalaman hidup Nicky berpotensi mengundang simpati dari para pembacanya, ia mewakili tokoh pemuda yang galau, kesepian, dan bingung menentukan tujuan dan pilihan hidupnya hingga akhirnya pada satu titik dalam kehidupannya ia menyatakan bahwa kehidupan dirinya mengalir begitu saja seperti yang terungkap dalam sebuah dialog dengan salah seorang temannya.

Aku bisa tinggal di sini seperti sekarang dan tidak melakukan apa-apa, just going with the flow; atau aku bisa tinggal di sini dan melakukan sesuatu yang berarti bagiku. Atau aku bisa pulang dan berusaha untuk memecahkan teka-teki abadi: apa yang akan kulakukan dengan hidupku? Semua orang ingin menjadi seseorang, terutama di Amerika – aku mengerti itu sekarang. Dan, entahlah, rasanya sungguh tidak nyaman jadi orang yang tidak ingin jadi apa-apa.” (hal 231)

Nicky juga tidak digambarkan sebagai manusia suci, walau tak terseret dalam dunia narkoba seperti yang dialami oleh sepupunya namun ia menjalani kehidupan cintanya layaknya masyarakat urban di sebuah kota Metropolitan.

Status Nicky sebagai imigran gelap juga memberi warna tersendiri, melalui novel ini pembaca akan diajak melihat kendala-kendala seorang imigran gelap dalam memperoleh pekerjaan karena tidak semua orang mau mempekerjakan imigra gelap sebagai pegawainya. Peristiwa 11 September 2001 membuat pandangan masyarakat dan pemerintah AS terhadap para imigran gelap semakin sinis sehingga memunculkan istilah ‘ilegal allien’ bagi mereka, seakan meraka adalah mahluk asing yang harus diusir dari negeri Amerika.

Selain pembaca diajak menyelami kehidupan Nicky melalui novel ini pembaca juga akan diajak melihat kehidupan dan budaya multikultural masyarakat Amerika melalui tokoh-tokoh yang dijumpai Nicky di sana sehingga wajah amerika sebagai negara multikultural akan terdeskripsikan dengan baik.

Dari percakapan Nicky dengan tokoh-tokoh yang bersinggungan dengan kehidupannya itu akan muncul dialog-dialog soal cinta, persahabatan, kepenulisan, dll yang tidak terkesan mendikte pembacanya melainkan memberi kebebasan pada pembacanya untuk menyimpulkan sendiri apa makna dari semua dialog itu.

Sepeti yang diungkap di atas, walau kisah kehidupan Nicky dalam novel ini nyaris tanpa konflik yang mencuat, namun ini bukanlah novel yang membosankan karena dengan kalimat-kalimat yang mengalir pembaca dibuat betah dan penasaran untuk menyimak perjalanan hidup Nicky hingga lembar terakhir novel ini. Selain itu karakter Nicky dan tokoh-tokoh lain yang digambarkan apa adanya membuat kisah dalam novel ini terasa dekat dengan keseharian dan realita yang kita hadapi

Dan yang membuat novel ini semakin menarik adalah bagaimana penulis mampu menghidupkan suasana kota Boston dengan begitu hidup. Pegalaman penulis yang pernah tinggal 6 tahun di Boston membuat ia mendeskripsikan makanan, jalanan, setting, dan perilaku masyarakat Boston terkisahkan dengan detail dan filmis sehingga pembaca seolah melihat secara langsung apa yang dilihat dan dilakukan oleh Nicky.

Selain itu karakter Nicky yang dihidupkan dalam novel ini juga seolah mewakili perasaan para remaja/pemuda kita yang umumnya mengalami kebingungan dalam hidupnya seperti yang diungkap penulisnya dalam live tweet –nya di #Twtiteriak beberapa waktu yang lalu.

Dalam live-tweetnya penulis mengungkapkan sebuah kenyataan yang dirasakan oleh para pemuda tentang tujuan hidup mereka. Walau umumnya para pemuda di usia 20-an mengatakan telah memiliki tujuan hidup namun kenyataannya mereka hanya memproyeksikan hal tersebut dalam lingkup sosial, di mana mereka selalu berusaha menunjukkan ‘ilusi hidup’ yang terarah sementara saat mereka sendiri, kebingungan yang sama seperti yang Nicky rasakan juga mencekam pikiran mereka. Inilah yang dinamakan quarter-life crisis yang dalam novel ini dialami oleh Nicky.

Dengan tuturan kalimat sederhana yang enak dibaca, kaya akan detail, karakter tokoh utama yang mengundang simpati pembacanya dan tokoh-tokoh lainnya yang penuh warna, serta tema yang universal, tak mengherankan kalau novel yang dikerjakan selama hampir 6 tahun ini sudah dilirik oleh 2 penerbit asing. Satu dari Amerika, dan satu lagi dari Australia.

Saat ini pengalih bahasaan dan beberapa penyesuaian untuk konsumsi pembaca luar sedang dikerjakan oleh penulisnya. Jika jadi diterbitkan maka satu lagi penulis Indonesia memasuki kancah literasi Internasional dan hal ini tentunya membanggakan sekaligus menjadi pemacu kreatifitas bagi penulis-penulis kita lainnya untuk go international.

17/02/2012

@htanzil


No comments:

Post a Comment

 
ans!!