Thursday 16 February 2006

Nar'Kobar - The Motivator


Judul : The Nar'Kobar - The Motivator
Penulis : Andhika Pramajaya
Penerbit : Akoer
Cetakan : I, Jan 2006
Tebal : 601 hal

Beberapa waktu yang lalu tayangan-tayangan TV yang mengungkap alam gaib kerap bermunculan di layar TV, mulai dari kisah-kisah fiksi misteri, reality show yang menguji nyali para relawan, hingga siaran langsung para pemburu hantu yang selalu berhasil memasukkan hantu-hantu ke dalam botol. Hal ini berimbas juga pada munculnya majalah-majalah misteri dan buku-buku yang mengungkap keberadaan alam gaib dan mahluk-mahluk penghuninya yang umumnya menyuguhkan konsep bahwa hantu adalah fenomena gaib yang berkesan misterius dan menyeramkan.

Ditengah tumbuhnya keyakinan akan konsep alam gaib yang serba menakutkan itulah secara tak diduga muncul novel Nar’Kobar – The Motivator karya penulis Andhika Pramajaya yang namanya tak dikenal di dunia kepenulisan. Kehadiran novel ini seakan hendak menjungkirbalikkan konsep alam gaib yang serba misterius dan menakutkan itu. Novel yang mungkin sekali merupakan novel komedi jin pertama di Indonesia ini berkisah tentang Nar’Kobar, sosok jin muda dari ras Naruut yang telah mencapai tingkat J’mar Kha’dum (Jin Motivator Manusia) yang berperan memotivasi manusia agar bisa menjadi manusia gampusan ( manusia yang memiliki mental dan spritual yang negatif).
Nar’Kobar adalah jin yang berperan memotivasi Lena agar menjadi gadis gampusan. Namun usaha ini terhalangi oleh Ipung- teman kuliah Lena yang memiliki kemampuan supranatural yang pada saat itu sedang mendekati Lena untuk menjadi pacarnya. Bagi Nar’Kobar kehadiran Ipung semakin menyulitkan dirinya untuk memotivasi Lena apalagi karena Ipung adalah putra Pak Tio – seorang praktisi supranatural andal yang terkenal karena sering muncul di acara reality show misteri di TV.

Secara kebetulan di kerajaan jin, Putri Larasati (pewaris tunggal kerjaan jin – Mandanglaya) berniat menimba pengalaman dan memperluas wawasannya akan dunia manusia. Untuk itu Larasati membutuhkan sosok jin motivator yang telah berpengalaman untuk menjadi pembimbingnya selama berada di dunia manusia. Pilihan jatuh pada Nar’Kobar. Nar’Kobar tak menyia-nyiakan kesempatan ini, dengan tujuan lain ia menyarankan Putri Larasati menjelma sebagai wanita cantik agar dapat menggoda Ipung sehingga Ipung melupakan Lena dan jatuh cinta pada putri jin itu.
Selain menggunakan Putri Larasati untuk menjauhi Ipung dari Lena, Nar’kobar juga dengan cerdik mempengaruhi teman-teman kampus Lena agar mereka jatuh cinta pada Lena sehingga salah satu dari mereka dapat menjadi pacar Lena dan secara otomatis menggagalkan usaha Ipung untuk menjadi kekasih Lena.

Usaha Nar’Kobar untuk mejauhkan Lena dari Ipung dan menjadikan Lena wanita gampusan tidaklah mudah, selain karena Ipung mendapat "perlindungan" dari ayahnya, Lena sendiri pun bukan sosok wanita yang mudah dipengaruhi oleh Nar’Kobar. Lena yang taat dalam menjalankan agamanya membuat tubuhnya selalu diliputi aura positif yang sulit ditembus oleh jin Nar’Kobar. Karena itu Nar’kobar harus memikirkan segala cara untuk bisa mempengaruhinya. Usaha ini sempat terhenti ketika Nar’kobar secara tidak disengaja tertangkap oleh Pak Tio (ayah Ipung) yang saat itu sedang shooting untuk acara ‘live’ sebuah reality show dunia misteri. Karena kecanggihan kamera KIS 3000, ciptaan seorang profesor Jepang yang bisa menangkap keberadaan jin sesuai dengan bentuk aslinya, maka sosok Nar’Kobar tertangkap dalam kamera tersebut dan disaksikan secara langsung oleh seluruh pemirsa acara TV tersebut. Karena keteledorannya itu Nar’Kobar dihukum oleh kerajaan jin selama seratus tahun sebagai hantu "ririwa" yang tugasnya hanya menakuit-nakuti manusia di areal pekuburan. Namun berkat bantuan Larasati hukuman itu diperingan dan sebagai gantinya Nar’Kobar harus bisa memotivasi Lena untuk menjadi wanita gampusan dalam waktu 2 minggu saja! Jika tidak berhasil nyawa Nar’Kobar menjadi taruhannya. Berhasilkah Nar’Kobar memotivasi Lena dalam waktu 2 minggu saja ? Padahal 8 tahun sudah terlewati semenjak ia memotivasi Lena agar bisa menjadi wanita gampusan, dan selalu gagal!

Secara keseluruhan novel ini bisa dikatakan novel yang unik dimana dunia gaib dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang lucu dan menghibur, disajikan dengan gaya pop membuat novel dengan tebal 601 halaman ini menjadi sangat mudah untuk dibaca dan dicerna oleh berbagai kalangan pembaca dari berbagai latar sosial, pendidikan, dan jenjang usia. Walau judul novel ini adalah nama sesosok tokoh jin, namun tak ada tokoh sentral yang mendominasi cerita. Semua tokoh mendapat porsi yang seimbang tanpa saling mendominasi, maka eksplorasi karakter berupa perubahan karakter dari baik ke jahat atau sebaliknya dalam tiap tokohnya terungkap dengan baik. Di novel ini dunia gaib dan mahluk-mahluknya terungkap secara manusiawi, mereka memiliki rutinitas kehidupan sehari-hai layaknya mahluk-mahluk berjiwa lainnya, seperti halnya di dunia manusia di dunia gaib pun para jin memiliki struktur pemerintahan, militer dan strata sosial yang bermacam-macam. Istilah-istilah tingkatan dan jenis jin yang digunakan oleh penulis menggunakan istilah Arab, dan Indonesia, maka tak heran melalui novel ini pembaca akan menemukan nuansa lokal seperti jin ifrit, kuntilanak, genderuwo, pocong dll. sedangkan istilah-istilah struktur pemerintahan dan militer menggunakan terminologi Sunda-Jawa seperti kaputren, tumenggul, senopati, dll.

Tampaknya novel ini ditulis dengan riset yang cukup memadai, dalam emailnya, penulis novel ini mengaku untuk mengambil basic tentang jin ia mengambil dari Alquran dan Alhadist, selain itu ia juga membaca buku-buku tentang Jin seperti karya Abu Aqila (Kesaksian tentang Jin) dan Muh. Isa Dwud (dialog dengan Jin), dll, tak hanya itu pengalaman kawan-kawannya yang pernah besinggungan dengan dunia gaib turut memperkaya penulis dalam melahirkan novel ini. Apa yang telah diupayakan oleh penulis tampaknya membuahkan hal-hal positif. Walau novel ini novel khayalan dan menghibur namun apa yang tersaji dalam novel ini tak berarti menjadi ngawur, seperi novel-novel Harry Potter, novel ini tak mengabaikan logika pembacanya. Selain memperoleh info-info umum tentang jin, hal-hal positif juga akan pembaca temui dalam novel ini. Novel ini juga tampaknya membawa misi ‘terselubung’ untuk meluruskan pandangan umum terhadap dunia gaib, misalnya tentang roh-roh gentayangan yang seharusnya tidak ada, tapi hanya perbuatan jin yang berpura-pura menjadi hantu penasaran (pocong, kuntilanak, arwah penasaran, dll) untuk menakut-nakuti manusia. Selain itu kekuatan doa juga terungkap dengan jelas pada novel ini dimana beberapa tokoh sulit untuk dijangkau oleh para jin karena mereka rajin berdoa sehingga memiliki auro positif yang sulit ditembus oleh jin apapun.

Yang mungkin menjadi kendala dalam membaca novel ini adalah bertaburannya istilah-istilah aneh yang sulit untuk diingat dan diucapkan seperti Al’m Gha’faar, Al’m Sidjin, Gom Jabir, Jiinayil Aq’lun, J’mar Kha’fziir, dll. Untuk menjelaskan istilah-istilah tersebut buku ini menyediakan daftar istilah di akhir halaman yang memuat lebih dari 100 istilah! Selain itu luasnya eskplorasi penulis terhadap para tokoh dalam novel ini membuat masing-masing tokoh dalam cerita ini seolah memiliki kisahnya sendiri, dan ini bisa saja menjadi bumerang bagi pembaca novel ini karena cerita menjadi melebar dan tak fokus. Dari waktu terbitnya, novel ini bisa dikatakan terlambat diterbitkan, seandainya novel ini terbit ketika masih maraknya tayangan-tanyangan misteri di TV tentunya novel ini akan bisa ‘bergaung’ lebih keras atau setidaknya bisa menjadi alternatif hiburan yang menyajikan alam gaib secara menarik dan kreatif.

Terlepas dari semua itu, kehadiran novel komedi-jin ini patut dihargai, bisa dikatakan novel ini adalah sebuah terobosan baru dalam menyajikan dunia alam gaib yang ternyata tidak harus tersaji secara menakutkan. Tak perlu takut untuk membaca novel ini dimalam hari karena pembaca akan dibuat tersenyum simpul bahkan tertawa melihat kekayaan imajinasi penulis saat menggambarkan sosok mahluk gaib. Dan yang pasti novel ini tentunya akan memperkaya wawasan berpikir kita tentang keadaan alam lain disekitar kita yang belum tentu menyeramkan seperti yang terkonsep di benak kita selama ini.

@h_tanzil

No comments:

Post a Comment

 
ans!!