Saturday 30 January 2010

Libri di Luca

Judul : Libri di Luca
Penulis : Mikkel Birkegaard
Penerjemah : Fahmi Yamani
Penyunting : Moh. Sidik Nugraha
Penerbit : Serambi Ilmu Semesta
Cetakan : I, Nov 2009
Tebal : 588 hlm

Masih ingatkah kita akan pengalaman masa kecil ketika kita sedang dibacakan cerita oleh orang tua kita ? Tentunya sangat mengasikan karena biasanya kita akan terpukau oleh ceritanya sehingga kita seolah-olah berada dalam kisah yang sedang kita dengar itu.

Namun pernahkah terpikirkan oleh kita bahwa sebuah buku yang dibacakan akan memberi pengaruh yang lebih dahsyat lagi? Bukan hanya sekedar memukau pendengarnya dan menjadikan apa yang ada dalam buku terasa begitu nyata melainkan dapat mempengaruhi jiwa , pikiran, dan persepsi mereka yang mendengarnya. Hal inilah yang terpikirkan oleh Mikkel Birkegaard penulis muda Denmark yang ia tuangkan dalam novel perdananya yang berjudul Libri di Luca .

Dalam karyanya ini Mikkel menceritakan mengenai para pembaca buku yang dapat mempengaruhi jiwa dan pikiran mereka yang mendengar apa yang sedang dibacanya. Para pembaca ini disebut dengan Lector, yaitu mereka yang melatih sebuah seni membaca keras-keras dari sebuah teks sehingga dapat memberi penekanan sesuai dengan keinginan si Lector. Dengan demikian hal ini akan mempengaruhi persepsi mereka yang mendengarkan isi dari sebuah teks yang dibacanya

Lector ini sendiri dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pemancar yang dapat mempengaruhi persepsi pendengar terhadap tulisan yang sedang dibacanya, dan kelompok penerima yang mampu mempengaruhi persepsi seseorang yang sedang membaca sebuah buku. Jika dua kelompok ini disatukan makan akan tercipta sebuah sinergi yang dahsyat yang dapat mempengaruhi dunia sesuai dengan apa yang diinginkan para Lector. Di tangan mereka, buku bisa menjadi sebuah senjata!

Novel ini diawali dengan kisah kematian Luca Campelli seorang Lector yang memiliki sebuah toko buku antik terkemuka di Kopenhagen Denmark yang diberinya nama “Libri di Luca”. Kematiannya sangat ironis karena Luca Campelli meninggal secara mendadak di toko buku kebanggaannya ketika ia sedang membaca buku antik yang sangat ia sayangi.

Luca hanya memiliki seorang anak yang bernama John, seorang pengacara handal. Namun walau John adalah anak tunggalnya hubungan antara Luca dengan anaknya tidaklah sedekat hubungan antara seorang ayah dan anak pada umumnya sehingga tak heran jika John tidak pernah benar-benar mengenal ayahnya.

Kematian Luca otomatis membuat toko buku Libri di Luca diwariskan pada John. Dengan bantuan Iversen selaku sekretaris pribadi Luca dan Katherine, pegawai kepercayaan Luca lambat laun John mulai mengenal aktifitas ayahnya beserta isi dari Libri di Luca yang menyimpan begitu banyak buku-buku berharga.

Melalui penuturan Iversen akhirnya terungkap bahwa Libri di Luca ternyata merupakan markas sebuah perkumpulan rahasia pecinta buku yang terdiri dari para Lector yang memiliki kekuatan mempengaruhi pendengarnya baik sebagai pemancar maupun penerima . Dan yang paling mengejutkan bagi John adalah ternyata tanpa disadarinya dirinyapun mewarisi kemampuan ayahnya sebagai seorang Lector.

Tidak berapa lama setelah kematian Luca, toko buku Libri di Luca mendapat serangan bom yang menghanguskan sebagian toko buku antik tertua di Kopenhagen itu. Hal ini membuat John Iversen dan Katherne menaruh curiga bahwa kematian Luca bukanlah kematian biasa melainkan ada pihak-pihak yang ingin menghancurkan Libri di Luca beserta perkumpulan rahasianya.

Kematian Luca dan serangan terhadap Libri di Luca memang pada akhirnya menimbulkan kecurigaan diantara para anggota perkumpulan, antara Lector penerima dan pemancar saling mencurigai sehingga perkumpulan rahasia ini nyaris terpecah belah. Kecurigaan John dan kawan-kawannya akhirnya mengerucut pada kemungkinan adanya Organisasi Bayangan diluar perkumpulan rahasia Libri di Luca yang bertujuan untuk memecah belah Perkumpulan dan mempengaruhi para Lector untuk dapat menguasai dunia lewat kekuatannya.

Pencarian siapa dalang dari kekisruhan ini tak mudah. John dan kawan-kawan harus berpacu dengan waktu, taruhannya adalah nyawa mereka sendiri dan nyawa para Lector yang satu persatu tewas dengan berbagai cara. Pencarian ini ternyata membawa John, Iversen, dan Katherene melintas benua menuju Mesir, dimana pernah berdiri dan kini sedang dibangun kembali sebuah Perpustakaan terbesar di dunia di Alexandria – Mesir (Bibliotheca Alexandria). Ternyata di tempat ini pulalah cikal bakal terbentuknya perkumpulan rahasia para lector.

Bagi para pecinta buku novel ini akan menjadi sangat menarik karena mengupas tentang buku dan pembacanya. Buku di tangan seorang lector bisa menjadi sebuah alat yang mempengaruhi dunia. Selain itu Mikkel juga dengan menarik memadukan sebuah fakta sejarah mengenai Bibliothica Alexandrina, perpustakaan paling besar sedunia yang pernah ada di muka bumi ini dengan kisah thriller fantasi yang menghibur.

Plot cerita yang disuguhkan Mikkel dibangun secara perlahan dan mencapai klimaksnya di bagian akhir. Berbagai fakta dibeberkan secara rinci sehingga pembaca bisa memahami logika dari sebuah kisah yang dibangun.

Yang agak disayangkan dalam novel ini adalah kurangnya penulis mengeksploitasi kisah ketika berada di Bibliothica Alexandrea. Setting di Alexandrea ini baru muncul di bagian-bagian akhir, andai saja setting di perpustakaan ini lebih diekplorasi lebih banyak lagi tentunya novel ini akan lebih menarik dan membuat wawasan pembaca mengenai Bibliothica Alexandrea semakin bertambah.

Saya juga agak menyayangkan deskripsi yang berlebihan mengenai kekuatan seorang Lector yang dengan kekuatan yang dimilikinya bisa menimbulkan fenomena lecutan-lecutan api, asap, cahaya, dll. Andai saja fenomena fisik seperti itu dihilangkan dan diganti dengan dskripsi mengenai bagaimana keadaan jiwa dan pikiran seseorang yang telah dipengaruhi oleh seorang Lector tentunya kesannya akan lebih dramatis dan dalam dibanding dengan menonjolkan fenomena fisiknya.

Terlepas dari hal di atas bagaimanapun novel ini sangat menghibur, setting toko buku antik, bibliothek Alexandria dan kemampuan seorang lector pasti akan menarik minat para bibliophile dan para pembacanya umumnya.

Selain itu novel ini juga berhasil menempatkan posisi pembaca buku ditempat terhormat sebagai tokoh sentral, dan merupakan ruh dari keseluruhan novel ini, berbeda dengan novel-novel lain yang kadang menempatkan tokoh seorang pembaca buku hanya sebagai pelengkap cerita dengan sosok seorang berkacamata tebal yang terasing dalam dunianya sendiri.

Dari semua hal diatas tak heran jika novel ini mencuri perhatian para pembaca buku fiksi dan menuai sukses, hal ini terbukti ketika cetakan pertamanya sebanyak 10.000 ekslempar ludes hanya dalam waktu tiga hari saja. Novel ini juga telah diterjemahkan ke dalam tujuh belas bahasa dan menjadi International Best Seller. Sebuah pencapaian yang luar biasa bagi penulisnya karena ini adalah novel perdananya.

@htanzil

No comments:

Post a Comment

 
ans!!