Monday 24 August 2009

Elle Eleanor

Judul : Elle Eleanor
Penulis : Zeventina Octaviani B & Ferry H. Zanzad
Penerbit : Kakilangit Kencana
Cetakan : I, Juni 2009
Tebal : 454 hlm

Villa Van Der Sneijer di wilayah pantai Popoh Kediri berdiri gagah dan kokoh. Namun dibalik kekokohannya villa itu menyimpan sejuta misteri dan kutukan. Di masa lalu, pemilik villa, Robert Van der Sneijer pernah membunuh Eleanor, istrinya sendiri yang kedapatan berpesta sex dengan dua pemuda sekaligus di kamar rahasianya. Pembunuhan itulah menjadi awal dari semua keangkeran villa. Penghuni dan tamu-tamu villa di masa lalu seolah datang dan pergi untuk menyebarkan petaka.

Robert dan Eleanor sebenarnya merupakan pasangan yang sangat berbeda dalam hal karakter, Robert memiliki ketenangan sebagai seorang bangsawan sejati, ia lebih suka berkutat dengan bisnisnya dibanding bersama istrinya. Sementara itu Eleanor adalah wanita yang lincah, penuh gairah hidup, dan memiliki gelora yang meluap-luap dalam hal seks. Kebutuhannya akan belaian kasih sayang dan tak terpenuhinya kebutuhan seks dari suaminya membuatnya nekad melakukan rencana gila yang hanya diketahui olehnya dan seorang pembantu setianya.

Demi memenuhi hasrat seksnya yang berlebih ia membangun sebuah kamar rahasia dalam villanya. Kamar yang dibangun dengan cucuran keringat, darah dan tebusan nyawa kaum rodi penjara. Di kamar itulah ia melampiaskan gairah seksnya bersama pria-pria muda sambil diksaksikan oleh pembantu setianya. Ketika petualangan seksnya ini dipergoki oleh Robert, ia lalu menembak istrinya beserta kedua lelaki yang sedang menggaulinya. Robert sendiri akhirnya terperangkap di dalam kamar rahasia itu bersama tiga mayat yang dibunuhnya.

Kamar Rahasia dan apa yang telah terjadi di dalamnya tetap tersembunyi dan menjadi misteri seiring berjalannya waktu hingga akhirnya di masa kini sekelompok anak muda dari Jakarta menyewa villa ini untuk berlibur. Kegembiraan mereka terusik ketika seorang dari mereka tiba-tiba menghilang dan ditemukan tewas terhimpit karang pantai Popoh. Situasi semakin mencekam karena kemudian tiga orang dari mereka turut menghilang tertelan oleh keangkeran dan kemisteriusan villa Van Der Sneijer

Kisah di atas merupakan novel thriller yang berjudul Elle Eleanor yang ditulis oleh Zev Zanzad, nama pena dari dua orang penulisnya yaitu Zeventina Octaviani B, dan Ferry H. Zanzad. Hal ini menjadi unik dalam karena dalam ranah buku-buku non fiksi, buku yang ditulis oleh dua orang adalah hal yang lazim, namun untuk buku fiksi rasanya baru kali ini terjadi di Indonesia.

Proses kreatifnya pun unik karena ketika novel ini dibuat, kedua penulis terpisahkan oleh jarak antar benua, Zeventina di Ulm, Jerman sedangkan Ferry di Surabaya. Mereka belum pernah sekalipun bertemu secara fisik dan mencoba menyatukan imajinasi mereka hanya lewat media cyber. Barulah ketika sehari sebelum novel ini diluncurkan pada Juli lalu mereka akhirnya bertemu untuk pertama kalinya.

Hal yang patut diacungi jempol adalah walau ditulis oleh dua orang namun kita tak akan melihat adanya perbedaan. Karakteristik dari masing-masing penulis yang sebenarnya berbeda (Zev dengan gaya ceria dan metro sementara Ferry lebih cenderung pada gaya tradisional dan gelap) tak terlihat lagi, melainkan telah melebur menjadi satu seolah novel ini ditulis oleh satu orang saja.

Dari segi pemilihan setting dan latar kisah yang disajikan oleh dua penulis ini juga bisa dibilang menarik. Setting pantai Popoh – Kediri dan kemisteriusan laut pantai selatan bisa dibilang jarang disentuh oleh penulis-penulis lain. Dari segi waktu, pembaca juga akan diajak memasuki era zaman kolonial di tahun 30-an hingga masa pasca kependudukan Jepang sebelum secara tiba-tiba masuk ke masa kini dimana terror di villa Van Der Sneijer berlangsung.

Karakter tokoh-tokohnya juga menarik, selain karakter Eleanor seperti yang diungkap di atas, ia juga ternyata penderita nymphomania (tak puas dengan satu lelaki, tetapi bukan pelacur) dan hal ini akan dipertemukan dengan kegilaan pembantu setianya Sasto Pencor yang yang menderita svaptophilla (senang meilhat orang lain bersetubuh).

Dengan hadirnya karakter kegilaan seks seperti Eleanor ini tentunya deskripsi seks yang tak wajar menjadi tak terhindarkan dalam novel ini. Namun walau diwarnai oleh beberapa adegan kegilaan seks Eleanor penulis mendeskripsikannya dalam porsi yang pas dan santun sehingga tak terkesan vulgar sehingga novel ini tidak menjadi novel kontorversial karena unsur seksnya.

Selain Eleanor, tokoh-tokoh lainnyapun ikut memberi warna dalam novel ini, ada tokoh Johan, pemilik vila di masa kini yang dingin dan menyimpan misteri, para pembatu villa yang memegang teguh tradisi dan memiliki pengabidan total pada tuannya. Lalu para anak muda yang datang berlibur ke vila yang beberapa dari mereka menyimpan konflik diantara mereka, salah satunya adalah Elle yang memiliki wajah dan postur tubuh yang sangat mirip dengan Eleanor. Kemudian ada pula sosok misterius pria pincang yang menebar teror kepada pengunjung villa. Semua tokoh-tokoh itulah yang mengisi kisah thriller yang menarik untuk disimak.

Seperti umumnya sebuah novel thriller, plot kisah novel ini melaju dengan cepat, tak jarang dalam satu setting waktu, penulis menghadirkan beberapa peristiwa yang terjadi di tempat yang berlainan secara bergantian sehingga kita bisa mengetahui apa yang terjadi dengan tokoh-tokoh lain dalam waktu yang bersamaan. Penulis juga piawai dalam menjaga ritme kisahnya yang meruapkan aroma kemisteriusan vila sehingga pembaca akan betah mengunyah novel setebal 454 halaman ini dan membangkitkan rasa penasaran untuk mengetahui akhir dari kisahnya.

Hal yang tampaknya kurang dalam novel ini adalah karakter Elle sendiri, karena novel ini berjudul Elle Elenaor sudah selayaknya tokoh Elle mendapat porsi yang sama dengan Ellenaor. Sepanjang novel ini ruh karakter Elleanor melekat dengan kuat, sedangkan eksplorasi karakter Elle sendiri saya rasa kurang ‘nendang’ karena yang ditonjolkan hanyalah wajahnya yang sangat mirip dengan Eleanor.

Unsur kejutan dalam novel ini saya rasa tak terlalu kentara, di tiga perempat terakhir novel ini pembaca mulai bisa menebak siapa sebenarnya pelaku pembunuhan di villa Van Der Sneijer beserta motifnya. Andai saja di bagian-bagian akhir penulis bisa memberikan fakta baru yang di luar dugaan pembacanya saya rasa novel ini akan lebih menarik lagi.

Selain itu pembaca yang teliti mungkin akan menemukan beberapa hal yang tampaknya luput dari pengamatan editor novel ini, seperti salah ketik, salah menuliskan nama tokoh, salah menampilkan bentuk font, dan ada beberapa hal yang sedikit menganggu logika yang seharusnya semua hal tersebut bisa terkoreksi saat novel ini berada dalam genggaman editornya.

Namun terlepas dari hal di atas, secara umum novel ini merupakan novel yang menarik karena memadukan kisah thriller dengan berbagai unsure seperti sejarah, seks, romansa, psikologis, benturan tradisi kuno dengan rasionalitas dan keanehan perilaku manusia.

Novel ini juga seolah memberikan pesan kepada pembacanya bahwa kegilaan yang tak disembuhkan akan melahirkan kegilaan. Dalam kisah ini kegilaan Eleanor kelak akan diwariskan oleh penerusnya. Mungkin ini merupakan pesan moral bagi kita dalam mendidik anak-anak kita. Mungkin kita tak segila Eleanor, tapi bukankah tiap manusia memiliki sisi gelap dan kegilaan dalam kadar tertentu ? Akankah kita mewariskan sisi gelap dan kegilaan kita pada anak-anak kita?

@h_tanzil

No comments:

Post a Comment

 
ans!!