Tuesday 24 March 2009

Inkheart

Judul : Inkheart
Judul Asli : Tintenherz
Penulis : Cornelia Funke
Penerjemah : Dinyah Lacutonsina
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, Januari 2009
Tebal : 536 hlm

Bagi kita para kutu buku, membaca kisah fiksi adalah sebuah pengalaman yang sangat mengasyikan, apalagi jika buku tersebut ditulis dengan begitu hidup sehingga seolah kita masuk dalam kisahnya dan bertemu langsung dengan tokoh-tokohnya. Namun pernahkah kita membayangkan ketika kita sedang asyik-asyiknya membaca tiba-tiba tokoh-tokoh dalam buku yang kita baca muncul dari buku dan berada di depan kita?

Cornelia Funke, penulis kisah-kisah remaja asal Jerman tampaknya memiliki imajinasi seperti itu. Ia kembangkan imajinasinya itu ke dalam sebuah tulisan fiktif, karena kisahnya berawal dari sebuah buku yang sedang dibaca, maka ia ciptakan karakter tokoh-tokohnya yang begitu mencintai buku lengkap dengan deskripsi perilaku seorang kutu buku sejati, ia ciptakan juga tokoh antagonis untuk menghidupkan sebuah kisah yang seru, maka jadilah sebuah kisah fantasi menarik berlatar dunia buku lalu diberinya judul ‘Tintenhertz’ (Inkheart).

Inkheart adalah judul sebuah buku misterius yang disimpan dengan sangat hati-hati oleh Montmiger (Mo) , seorang kutu buku dan restorator buku yang sehari-hari bekerja mereparasi, dan menjilid ulang buku-buku tua yang rusak. Begitu hati-hatinya ia menyimpan buku tersebut hingga anaknya sendiri, Meggie tak tahu menahu akan keberadaan buku tersebut.

Ternyata Mo, memiliki alasan sendiri untuk menyimpan dan menyembunyikan buku Inkheart dari siapapun termasuk anaknya sendiri. Sembilan tahun yang lalu, saat Meggie masih berusia tiga tahun, ketika Mo membacakan buku Inkheart dengan suara keras tiba-tiba saja tanpa disadarinya terjadilah sebuah peristiwa ajaib. Tiga tokoh dalam Inkheart yang bernama Capricorn, Basta, dan Staubfinger tiba-tiba muncul dihadapannya . Malangnya hal itu diikuti dengan hilangnya Teressa, istri Mo yang masuk dalam buku tersebut.

Usaha Mo untuk mengeluarkan kembali Teressa dari buku tersebut sia-sia. Dan semenjak itulah ia menyembunyikan buku tersebut, sambil berharap bisa mengembalikan istrinya ke dunia nyata. Menyadari bahwa dirinya memiliki kekuatan untuk mengeluarkan tokoh-tokoh, dan benda-benda dari buku yang sedang dibacanya dengan suara keras, semenjak itu pula Mo tidak pernah membacakan dongeng untuk Meggie karena khawatir kejadian ajaib itu akan terulang kembali.

Sembilan tahun telah berlalu, lalu bagaimana dengan nasib ketiga tokoh yang keluar dari buku Inkheart? Tampaknya Capricorn yang merupakan tokoh jahat dalam Inkheart sangat kerasan tinggal di bumi. Sama seperti dalam bukunya, ia menyebar kejahatan dan terror di wilayah yang dikuasainya. Capricorn juga selalu berusaha mencari buku Inkheart dan Mo. Ia ingin agar Mo memunculkan lebih banyak lagi dari tokoh jahat dari Inkheart. Termasuk Sang Bayangan, monster menakutkan yang dapat membunuh semua musuh Capricorn.

Dalam suatu usahanya untuk menyembunyikan Inkheart dan dirinya dari incaran Capricorn, Mo dan Maggie terpaksa harus hidup berpindah-pindah rumah hingga akhirnya Mo memilih untuk bersembunyi da menyembunyikan buku Inkheart di rumah Ellanor, seorang wanita penggila buku yang rumahnya bagaikan perpustakaan karena dipenuhi oleh ratusan ribu buku. Namun karena penghianatan Staubfinger, salah satu tokoh Inkheart yang dimunculkan oleh Mo, akhirnya Mo, Meggie, Ellanor beserta buku Inkheart jatuh ke tangan Capricorn. Keadaan bertambah runyam ketika akhirnya diketahui bahwa Meggie ternyata memiliki kemampuan yang sama seperti ayahnya yang bisa mengeluarkan tokoh-tokoh dari buku yang dibacanya.

Bagi saya yang tidak terlalu menyukai kisah-kisah fantasi, buku ini menjadi menarik karena tokoh-tokoh dalam buku ini begitu mencintai buku. Semua perilaku kutu buku terungkap dengan jelas dalam buku ini. Melalui buku ini kita akan melihat bagaimana ketekunan Mo dalam merestorasi buku-buku tua hingga masih layak disimpan puluhan tahun kemudian. Atau bagaimana Meggie menyimpan buku-buku kesayangannya dalam sebuah kotak khusus yang selalu dibawanya kemanapun ia pergi. Kita juga akan terperangah melihat deskripsi rumah Ellinor yang bagaikan perpustakaan, dan bagaimana dia begitu menyayangi dan memperlakukan seluruh koleksi buku-bukunya bagaikan anaknya sendiri. Elllinor juga rela bergelap-gelap untuk menghemat biaya listrik agar uangnya bisa disisihkan untuk membeli buku.

Pokoknya semua hal tentang perilaku dan pemikiran tokoh-tokohnya yang pecinta buku akan muncul mewarnai kisah petualangan yang ajaib ini. Yang pasti kisah ini memberikan pembacanya pelajaran bagaimana seharusnya mencintai buku dan bagaimana sebuah buku dapat begitu berpengaruh dalam kehidupan pembacanya.

Dari plot ceritanya sendiri saya agak kecewa karena Cornelia Funke tampaknya kurang memberikan adegan-adegan dramatis dalam beberapa peristiwa. Bertemunya Mo dangan istrinya setelah sekian tahun menghilang tak terceritakan secara dramatis. Peristiwa kemunculan Monster Bayangan dan Capricorn yang digambarkan dengan begitu menakutkan dan keji ternyata tak diikuti dengan adegan akhir yang menuju klimaks sehingga ending kisahnya terasa begitu cepat dan tak sesuai dengan harapan saya bahwa akan ada pertempuran pamungkas yang menegangkan dan seru.

Inkheart adalah novel pertama dari sebuah Trilogi Inkworld. Kelanjutan kisah Mo dan Meggie akan berlanjut di buku Inkspell dan Inkdeath yang edisi jermannya telah terbit pada tahun 2005 dan 2007 yang lalu. Semoga Gramedia dapat segera menerjemahkannya dan saya berharap di buku-buku selanjutnya deskripsi mengenai buku dan perilaku kutu buku dari para tokoh-tokohnya masih akan terkesplorasi dengan baik.

Novel ini sendiri telah dibuat filmnya dengan dibintangi oleh Brendan Fisher selaku Mo dan telah diputar di bioskop-bioskop Amerika dan Kanada pada Januari 2009 yang lalu. Entah kapan film ini akan beredar di bioskop-bioskop Indonesia. Saya tak berharap banyak bahwa filmnya akan sebagus novelnya seperti umumnya film-film yang diadaptasi dari sebuah buku. Namun saya penasaran ingin melihat setting rumah Ellinor yang dalam bukunya dideskripsikan sebagai rumah yang dipenuhi oleh rak-rak buku.



@h_tanzil

No comments:

Post a Comment

 
ans!!