Monday 4 August 2008

Petualangan Tintin - Cerutu Sang Firaun

Judul : Petualangan Tintin - Cerutu Sang Firaun
Penulis : Herge
Penerjemah : Donna Widjajanto
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 64 hlm ; 22 cm

Diantara sekian banyak komik Tintin yang pernah saya baca, Cerutu Sang Pharaoh (Indira) atau Cerutu Sang Firaun (Gramedia, 2008) merupakan salah satu judul favorit saya. Saya pertama kali membacanya saat masih duduk di bangku SMP. Saya teratik dengan covernya yang menggambarkan Tintin dan Milo (Snowy) sedang mengendap-ngendap dalam sebuah makam lengkap dengan latar heliograf dan mumi yang berderet-deret. Saat itu, saya juga sangat tertarik dengan lambang / simbol sang Firaun yang terdapat di buku ini. Saking sukanya akan simbol tersebut, saya sering menggambarkan simbol sang firaun tersebut di buku-buku tulis saya semasa SMP.

Karenanya ketika Gramedia menerbitkan kembali seri petualangan Tintin, maka Cerutu Sang Firaun merupakan buku Tintin pertama yang saya beli setelah sebelumnya saya memperoleh 2 judul lain (Tintin di Soviet & Si Kuping Belah) secara gratis atas kebaikan Gramedia.

Di awal kisahnya, diceritakan Tintin bersama Milo sedang dalam perjalanan menuju Shanghai. Di atas kapal ia bertemu dengan Philemon Siclone yang mengaku memiliki manuskrip dengan simbol Firaun berupa peta lokasi kuburan Firaun Kih-Oskh yang hilang . Banyak ahli Mesir berusaha menemukannya, anehnya mereka semua hilang tak berbekas. Untuk itu Siclone mengajak Tintin bergabung untuk bersama-sama menemukan kuburan Firaun yang hilang itu.

Namun belum sampai tujuan, malam sebelum kapalnya berlabuh di Port Said, seseorang menjebak Tintin dengan memasukkan narkoba kedalam kabinnya. Tintin pun ditangkap dan dikurung dalam kabinnya oleh detektif kembar Dupond dan Dupont. Namun ketika kapal telah berlabuh di Port Said, Tintin dan Milo berhasil meloloskan diri.

Di Port Said Tintin bertemu kembali dengan Siclone dan akhirnya berhasil menemukan makan Sang Firaun yang hilang. Ketika Tintin memasuki ruang makam, betapa kagetnya karena ia menemukan para peneliti Mesir yang dikabarkan hilang telah menjadi mumi, dan yang lebih mengerikan lagi telah tersedia tiga sarkofagus kosong dengan nama Siclone, Tintin dan Milo.

Belum pulih dari rasa kagetnya, Tintin tiba-tiba terjebak dalam kuburan itu. Saat mencari jalan keluar, ia menemukan beberapa peti berisi cerutu dengan symbol Sang Firaun. Namun tiba-tiba kepalanya pusing dan iapun jatuh pingsan.

Apa yang terjadi pada Tintin, mengapa ada cerutu dalam makam sang Firaun?, Berhasilkah ia menemukan jalan keluar dan memecahkan misteri yang ia temui? Yang pasti dalam petualangannya kali ini kita akan diajak mengungkap sindikat perdagangan narkoba mulai dari Mesir, Arab, hingga India. Dan bak menonton film James Bond, kita akan disuguhkan petualangan baik di laut, darat dan udara.

Berdasarkan urutan kronologisnya, Cerutu Sang Firaun merupakan kisah ke 4 dari petualangan Tintin. Untuk pertama kalinya kisah ini dirilis pada tahun 1932. Di komik inilah untuk pertama kalinya pasangan detektif Dupond dan Dupont (Thomson & Thompson) muncul. Selain itu, Cerutu Sang Firaun juga menjadi pemunculan pertama Roberto Rastapopoulos, musuh abadi Tintin yg kerap tampil sampai beberapa episode berikutnya.

Ketika komik ini dibuat, penemuan makam Firaun sedang menjadi topik yang hangat sehingga mengilhami Herge untuk membuat kisah Tintin yang terperangkap dalam makam sang Firaun lengkap dengan hieroglif dan mummi. Bahkan Herge mencantumkan para peneliti yang dikenal telah meninggal secara misterius setelah melakukan ekspedisi makam-makam Firaun. Sedangkan untuk logo Firaun, nampaknya Herge mengadaptasi dari lambang Yin dan Yang sehingga jika diperhatikan akan ada kemiripam yang signifikan.

Seperti yang menjadi ciri khas komik petulangan Tinitin, dalam komik ini Herge menunjukkan berbagai akurasi gambar dengan kondisi sebenarnya seperti hieroglif pada makam Firaun, menara Port Said, pakaian tentara-tentara Arab, termasuk senapannya. Dan juga pesawat tempur DH-80 buatan Inggris, 1929. Selain itu penggambaran fisik bangsa India beserta kebudayaannya juga tersaji secara akurat. Semua itu menandakan bahwa Herge telah melakukan riset yang dalam untuk menghidupkan latar dalam tiap komik-komiknya.

Namun ada juga kejanggalan dalam judul ini, contohnya di halaman 15 Sheik Patrash Pasha terlihat menunjukkan sebuah buku komik Tintin yang berjudul ‘Perjalanan ke Bulan’. Padahal kisah Perjalanan ke Bulan baru dibuat dua puluh tahun kemudian setelah kisah Cerutu sang Firaun dibuat.

Menurut Tintinologist (situs resmi Tintin), kejanggalan tersebut dikarenakan komik Tintin telah berulangkali dilakukan revisi atau penggambaran ulang oleh Herge sendiri. Pada versi Petit Vingtieme, komik yang ditunjukkan Sang Pasha pada Tintin adalah komik “Tintin di Amerika”, sedangkan di edisi kedua yang diperlihatkan adalah ‘Tintin di Congo’. Hal ini juga disebabkan karena pembuatan/penerbitan Tintin versi warna yang memang tidak seusaui dengan urutan versi awalnya yang masih berupa komik hitam putih

Kisah petualangan Tintin dalam membongkar sindikat narkoba dalam Cerutu sang Firaun akan terus berlanjut dalam kisah Lotus Biru. Tak heran jika dalam Cerutu Sang Firaun belum terungkap secara jelas siapa otak mafia dibalik penyebaran narkoba yang disamarkan dalam bentuk sebuah cerutu bersimbol Sang Firaun.

@h_tanzil

No comments:

Post a Comment

 
ans!!