
Judul : The Godfather (Sang Godfather)
Penulis : Mario Puzo
Penerjemah : B. Sendra Tanuwidjaja
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : September 2006
Tebal : 680 hlm ; 23 cm
Harga : Rp.75.000,-

Di samping menjalankan bisnisnya ia kerap didatangi siapa saja untuk dimintai bantuan. Ia tidak pernah memberikan janji kosong. Tidak peduli semiskin atau selemah apapun orang yang meminta bantuan, Corleone akan memasukkan kesulitan orang itu ke dalam hatinya dan ia akan melakukan apapun untuk menolong orang tersebut. Hanya satu hal yang diinginkanya. Yaitu orang itu menyatakan persahabatannya pada Corleone. Hal ini menyebabkan dirinya digelari “Don” yang terhormat, dan panggilan lainnya yang lebih penuh kasih, “Godfather”.

Awalnya keluarga Corleone hidup secara aman. Bisnis ilegalnya berjalan dengan lancar dan menguntungkan, tanpa bahaya, tanpa gangguan baik dari pemerintah resmi maupun dari keluarga mafia lainnya. Namun ketentraman ini terganggu ketika Sollonzo yang didukung keluarga mafia Tattaglia, salah satu dari Lima Keluarga Mafia yang berpengaruh di Amerika sekaligus saingan utama keluarga Corleone mengajaknya untuk bekerja sama melakukan bisnis narkotika. Tentu saja Don Corleone menolaknya.

Don Corleone luput dari maut, namun terluka cukup parah, sementara Freddie tampak sangat tertekan karena peristiwa tersebut. Selama Don Corleone dalam perawatan, tampuk pimpinan keluarga Corleone dikendalikan oleh Sonny Corleone, putra kedua Don Corleone dan dibantu oleh Tom Hagen selaku consigliere (penasehat) keluarga Corleone.

Belum pulihnya Don Corleone dimanfaatkan oleh keluarga Tattaglia untuk membalas dendam kematian Sollonzo dan memuluskan bisnis narkotikanya. Sebuah peristiwa tragis kembali menimpa keluarga Corleone sehingga melemahkan bisnisnya.

Mario Puzo dalam novelnya ini mengemas kisah keluarga Corleone dengan kerajaan bawah tanahnya dengan menarik. Sejak awal. pembaca akan diikutsertakan dalam sebuah petualangan sepak terjang sang Godfather beserta tokoh-tokohnya yang memiliki beragam karakter yang kompleks yang memiliki harapan, impian, dan ketakutan, tapi juga merupakan pembunuh keji.
Selain tokoh Don Corleone beserta keluarganya, Puzo juga menghadirkan tokoh Tom Hagen selaku consiliegri, satu-satunya consiliegri yang bukan berdarah Italia. Juga terdapat tokoh Jhonny Fontane, penyanyi tenar sekaligus aktor terkenal. Melalui karakter Jhonny ini pembaca akan diajak menyelami kehidupan dunia selebritis Hollywood di tahun awal tahun 70-an lengkap dengan gaya hidup hedonis dan intrik-intrik di dalamnya yang memiliki persinggungan dengan keluarga Mafia.
Selain karakter-karakter tokoh-tokoh yang dipaparkan dengan begitu hidup, novel ini juga mengungkap sepak terjang dunia mafia dengan gamblang, lengkap dengan istilah-istilah yang umum digunakan seperti “Don”, Caporegime, Consilegri, dll, sehingga ketika novel ini terbit di tahun 1969, novel ini memberikan pengaruh yang besar bagi masyarakat dalam budaya populer Amerika, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya mafia dan reputasinya yang tertuang dalam buku, iklan hingga film-film.
Terlepas dari benar tidaknya gambaran yang diberikan Puzo dalam novelnya ini sepak terjang Mafia dalam kehidupan masyarakat Amerika memang tak dak dapat dipungkiri keberadaannya. Wikipedia on line mengutip bahwa di tahun 60-an pemerintah Amerika Serikat telah melakukan kerjasama dengan Mafia antara lain dalam usaha pembunuhan terhadap pemimpin Cuba, Fidel Castro.
Kegambalangan dan cara berutur Puzo yang detail dan sangat hidup dalam The Godfather membuat pembacanya bertanya-tanya, apakah ini merupakan kisah nyata ? apalagi karakter Johnny Fontane dalam novel ini mengingatkan orang pada penyanyi Frank sinatra. Ada juga yang menduga kalau Puzo memiliki ‘link’ dengan Mafia sehingga ia mampu menuliskan novel ini dengan sangat detail. Namun dalam wawancaranya Puzo mengelak dan mengatakan bahwa novel yang diselesaikannya selama tiga tahun ini disusun hanya berdasarkan riset pustaka belaka.

Puzo menulis The Godfather karena ia membutuhkan sejumlah uang. Ia terjerat hutang sebesar $20,000, keadaan ini membuat ia mengatakan kepada editornya bahwa ia akan menulis sebuah buku tentang mafia. The Godfather diselesaikannya selama hampir tiga tahun, selama waktu tersebut Puzo juga menulis beberapa cerita lainya.

Kesuksesan The Godfather berlanjut ketika novel ini dilirik oleh sutradara bertangan dingin Francis Ford Copolla yang bersama-sama Puzo mengadaptasi novel ini ke layar perak. Puzo dan Copolla memperoleh Oscar untuk Skenario Adaptasi Terbaik. Sedangkan The Godfather I dan The Godfather II terpilih sebagai film terbaik tahun 1972 dan 1974
Gaung The Godfather kini terdengar kembali, di tahun 2004 Mark Winegardner, penulis asal Amerika menerbitkan The Godfather Return yang merupakan sequel dari The Godfather. – Mario Puzo. Dan pada Novemeber 2006 ini Mark Wineggarder kembali akan menerbitkan sekuel lanjutannya yang berjudul The Godfather's Revenge.
Apakah 2 sekuel karya Mark Winegarder ini akan sesukses The Godfather karya Mario Puzo ?
@h_tanzil
No comments:
Post a Comment