Monday 2 October 2006

1421 - Saat China Menemukan Dunia


Judul : 1421 - Saat China Menemukan Dunia
Penulis : Gavin Menzies
Penerjemah : Tufel Najib Musyadad
Penerbit : Pustaka Alvabet
Cetakan : I, Juli 2006
Tebal : 524 hlm 15x23 cm
Harga : Rp. 75.000,-

Sang Kaisar telah memerintahkan kami [Cheng Ho] dan lainnya [Zhao Man, Hong Bao, Zhou Wen, dam Yan Qing] di depan puluhan ribu pejabat dan tentara kekaisaran untuk melakukan perjalanan menggunakan lebih dari seratus kapal…untuk memperlakukan orang-orang asing dengan baik … Kami telah pergi ke wilayah-wilayah barat … total semuanya lebih dari tiga ribu negara besar dan kecil. Kami telah melewati lebih dari seratus ribu li (empat puluh mil laut) perairan luas.

- Prasasasti Cheng Ho di muara Yangtzhe – China –


Sejarah eksplorasi dunia mencatat bahwa pelaut-pelaut Eropalah yang menemukan dunia baru. Kisah perjalanan mereka selalu dikenang, dimulai dari Bartolomeu Diaz (1450-1500) yang meninggalkan Portugal pada tahun 1487 dan menjadi orang pertama yang mengelilingi Tanjung Harapan di ujung Selatan Afrika. Vasco Da Gama (1469-1525) mengikuti jalur Diaz sepuluh tahun kemudian. Ia mengarungi lautan timur Afrika dan menyeberang Samudera Hindia menuju India, membuka jalur perdagangan rempah-rempah melalui laut. Dan yang paling populer, Christopher Columbus (1451-1506), sejarah mencatat bahwa dialah orang yang pertama melihat Dunia Baru – Benua Amerika. Lalu mucullah Ferdinand Magellan (1480-1521) mengikuti jejak Columbus dan dikenal karena menemukan selat antara lautan Atlantik dan Pasifik yang kemudian dikenal dengan selat Magellan.

Lima belas tahun yang lalu, Gavin Manzies (69 thn), mantan perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris tengah melakukan riset mengenai sejarah abad pertengahan. Secara kebetulan ia mendapati sebuah hasil temuan yang sangat mengagumkan, sebuah petunjuk tersembunyi di dalam sebuah peta kuno. Peta tersebut bertuliskan tahun 1424 dan ditandatangani oleh seorang pembuat peta dari Venezia bernama Zuane Pizzigano. Peta tersebut memperlihatkan beberapa buah pulau yang baru saja ditemukan oleh pembuatnya yang ternyata merupakan pulau-pulau di kepulaun Karibia, Puerto Rico dan Guedepole. Hal ini mengejutkannya karena berarti seseorang telah menjelajah kepulauan tersebut sekitar tujuh puluh tahun sebelum Columbus singgah di Karibia. Ini temuan baru, sebelum Columbus sudah ada yang terlebih dahulu menemukan Dunia Baru. Siapa yang melakukan pernjelajahan sebelum Columbus ? Berdasarkan riset awalnya terhadap peta tersebut, Mandiez mengambil satu kesimpulan awal bahwa saat itu hanya satu negara dengan segala perlengkapan dan pengetahuannya ilmiah yang tinggi yang dapat melakukan penjelahan tersebut. Negara tersebut adalah China.

Mandiez tak berhenti dengan meneliti peta Pizzigano, berbekal pengetahuannya mengenai masa Peradaban Yang Agung, ia menghabiskan bertahun-tahun mengelilingi dunia di jalur perjalanan armada China abad ke 15. Ia meneliti arsip, museum, dan perpustakaan, mengunjungi monumen kuno, kastil, istana, dan pelabuhan besar pada akhir Abad Pertengahan, mengesplorasi tanjung berbatu, karang koral, pantai dan pulau terpencil. Ke mana pun ia pergi, ia menemukan semakin banyak bukti fisik berupa porselen China, sutera, artefak, batu pahatan, tanaman yang berasal dari China yang tersebar di pantai Afrika, Amerika, Australia dan Selandia Baru yang akan memperkuat tesisnya bahwa China lah yang menemukan Dunia Baru!

Walau hingga kini risetnya masih terus berlangsung dan berbagai temuan baru masih ia peroleh, pada tahun 2002 Mandiez medokumentasikan tesisnya yang memutar balikkan sejarah tersebut kedalam sebuah buku yang mencengangkan dunia : 1421: The Years China Discovered The World.

Kini, empat tahun setelah bukunya diterbitkan, penerbit Alvabet menerjemahkannya dengan judul 1421 : Saat China Menemukan Dunia. Secara sistematis buku ini mengulas bagaimana China di abad ke 15 yang telah memiliki pengetahuan navigasi yang luas memulai penjelajahannya mengelilingi dunia.

Buku ini dibagi kedalam tujuh bab besar yang masing-masing berjudul : Kekaisaran China, Bintang-bintang Petunjuk, Pelayaran Hong Bao, Pelayaran Zhou Man, Pelayaran Zhou Wen, Pelayaran Yang Qing, dan, Portugal Mewarisi Tahta.

Pada bab Kekaisaran China dan Bintang-bintang Petunjuk, secara rinci dijelaskan bagaimana latar belakang Zhu Di, putra keempat Zhu Yuanzhang – yang tumbuh menjadi kaisar Ming pertama., dan bagaimana Zhu Di merebut Nanjing Ibukota kekaisaran dari tangan kaisar Zhu Yunwen yang hendak membunuhnya. Setelah berhasil menduduki Istana Naga, ia memroklamirkan dirinya sebagai kaisar dengan menggunakan gelar dinasti Yong Le. Cheng Ho seorang kasim yang sebelumnya merupakan penasehat tredekat Zhu Di kini menjadi salah satu kasim yang berada dalam lingkaran dalam kekaisaran. Di era kaisar Zhu Yunwen, kelompok kasim merupakan kelompok yang terpinggirkan, kini di era Zhu Di kaum kasim menjadi salah satu kekuatan politik China, dan tokoh yang paling berkuasa dari semua itu adalah Kasim Agung, Cheng Ho

Oleh Zhu Di, Ceng Ho dijadikan kepala komandan salah satu armada perang. Ia diperintahkan untuk melipatgandakan ukuran galangan kapal Longjiang, dekat Nanjing. Tujuan Zhu Di adalah untuk menciptakan apa yang telah gagal diraih oleh Kubilai Khan : Kerajaan Maritim yang merentang samudera.

Untuk mewujudkan ambisinya Zhu Di menyiapkan ribuan kapal baru. Kapal-kapal ini akan berlayar menuju samudera dunia dan menggambarnya, mengesankan sekaligus mengintimidasi para penguasa asing, membawa seisi dunia ke dalam ‘sistem upeti’ China. Selain itu Zhu Di juga memindahkan ibukota China dari Nanjing ke Beijing. Ia membangun Kota Terlarang yang pada saat pembukannya diperingati secara besar-besaran dan mengundang para duta besar dari berbagai negara.

Beberapa bulan kemudian, pada 3 Maret 1421, sebuah upacara besar digelar kembali untuk mengantar keberangkatan para duta besar ke negara asalnya. Lima Armada besar telah disiapkan oleh Cheng Ho untuk membawa para tamu itu ke negaranya masing-masing. Kembalinya para duta besar ke negeri asal mereka masing-masing hanyalah salah satu dari bagian dari seluruh misi armada itu. Kelak armada itu akan melanjutkan mengarungi lautan menuju ujung dunia untuk mengumpulkan upeti dari kaum Barbar yang berada di seberang lautan, menarik semua yang berada di bawah langit untuk hidup bermasyarakat dalam kerukunan ajaran Confusius (hal 33). Dan ini terjadi 70 tahun sebelum Columbus mengarungi samudera.

Selanjutnya buku ini secara berturut-tutur membahas pelayaran Hong Bao, Zhou Man, Zhou Wen dan Yang Qing. Armada Hong Bao dan Zhao Man berlayar dengan mengambil jalur arus khatulistiwa barat daya menuju Amerika Selatan. Sesampai di kepualauan Fakland Hong Bao bergerak menuju menuju Antartika dan Australia, sementara armada Zhou Man menjelajahi wilayah Barat Amerika Selatan menuju Australia dan sampai di kepulauan rempah-rempah di Asia Tenggara yang terletak antara Australia dan China.

Sementara itu Armada Zhou Wen yang mengambil jalur ke barat daya laut mengikuti arus khatulistiwa utara hingga akhirnya tiba di Kepulauan Tanjung Verde, menuju Karibia, pesisir Timur Florida hingga Amerika Utara, dan menuju Kutub Utara dengan mengelilingi Greenland.

Armada Yang Qing yang telah meniggalkan Beijing satu bulan lebih awal dari armada lainnya, menghabiskan seluruh pelayarannya di perairan Samudera Hindia dan berdagang dengan negara-negara di wilayah sekitarnya. Namun bukan berarti palayaran Yang Qing kalah pamor dibanding armada lainnya. Selain sukses berdagang, di akhir pelayarannya orang-orangnya berhasil menyempurnakan metode menentukan garis bujur lebih dari dari tiga abad sebelum penemuan kronometer oleh John Harisson.

Pada Bab terakhir yang berjudul Portugal Mewarisi Tahta, terungkap bahwa pelaut-pelaut Portugal yang menyusuri dunia ternyata telah memiliki peta yang dibuat oleh pelaut-pelaut China. Dengan peta China sebagai pemandu, maka tak ada tempat yang tak bisa dilalui oleh para kapten kapal laut Portugis, dan bagi mereka menjelajah batas-batas dunia hanyalah masalah waktu saja.

Buku ini memang sangat komprehensif dalam mengungkap siapa sebenarnya yang telebih dahulu menjelajahi dunia. Pengalaman Menzies sebagai marinir Angkatan Laut Kerajaan Inggris yang terbiasa dengan peta, navigasi, arah angin, dan arah bintang sebagai petunjuk memudahkan dirinya untuk menelusuri jejak-jejak armada China baik melalui peta-peta kuno maupun bukti-bukti yang ia peroleh dalam perjalanan dan risetnya.

Bukan hal yang mudah bagi Menzies untuk melakukan risetnya ini. Seperti diungkap dalam buku ini banyak bukti tertulis pelayaran penjelajahan bangsa China telah hilang atau dimusnahkan secara sengaja ketika kaisar Zhu di mangkat dan digantikan oleh putranya. Kebijakan politik yang berbeda dengan Zhu Di menyebabkan warisan Zhu Di, Ceng Ho berupa arsip-arsip, catatan perjalanan, dll dirampas dan dihancurkan oleh penguasa baru

Bukti resmi tertulis yang dimiliki China sebagian besar telah lenyap, namun pelayaran armada-armada China di abad 15 meninggalkan warisan berharga di tiap daerah yang dikunjunginya. Berbagai bukti warisan pelayaran China tersebut terungkap secara mendalam dan rinci dalam buku ini, misalnya satu bukti yang bisa disaksikan dimana-mana : tanaman dan binatang yang dibawa oleh armada China menuju kepualauan baru, juga tanaman dan binatang yang dibawa kembali ke China.

Selain itu beberapa artefak, prasasti, bangkai kapal China yang terdapat di pesisir Amerika Selatan, Australia, Kepulauan Pasifik menjadi saksi bisu tentang kedatangan armada China ke pulau-pulau tersebut. Lalu ditambah lagi legenda yang mengisahkan kedatangan orang-orang berkulit kuning yang menggenakan jubah panjang di kalangan suku Aborigin juga menjadi saksi kedatangan bangsa China jauh sebelum bangsa Eropa sampai di Australia.

Buku ini dilengkap pula dengan Catatan Tambahan yang memuat temuan-temuan terbaru mengenai ekspedisi China ke berbagai negara di dunia, antara lain hasil tes DNA terhadap suku Indian Sioux dan Cree Ojibwa di wilayah Wiscosin Amerika ternyata memiliki DNA China!. Selain catatan tambahan, di bagian akhir buku ini juga memuat lampiran ringkasan Bukti setebal 84 halaman yang berisi ribuan bukti-bukti primer dan sekunder yang menunjukkan bahwa China lah yang membuka jalan bagi penjelajahan dunia.

Buku yang ditulis dengan mendetail ini memang menarik untuk dibaca. Di setiap lembar halamannya pembaca akan diajak menyelami bukti-bukti yang menegaskan kedatangan bangsa China ke berbagai penjuru dunia, hanya saja bagi pembaca awam yang asing dnegan istilah-istilah navigasi, peta, arah angin, dan letak-letak garis lintang dan bujur dalam menentukan arah pelayaran, beberapa bagian dalam buku ini mungkin menjadi sangat membosankan.

Publik Indonesia patut bersyukur dengan diterjemahkannya buku ini. Seperti kita ketahui Indonesia memiliki persinggungan sejarah dan budaya dengan Cheng Ho, bahkan di Semarang terdapat sebuah kuil yang didirikan khusus untuk menghormatinya. Tentunya buku ini layak dijadikan buku referensi bagi mereka yang hendak melakukan riset mengani sejarah eksplorasi dunia dan memberikan fakta baru mengenai siapa sesungguhnya penemu dunia Baru, Columbus kah, atau Laksamana-laksamana China di bawah komando Cheng Ho?

Yang pasti buku ini akan menjadi sebuah karya legendaris dan cerdas yang melacak sejarah hingga mengubah pemahaman kita tentang penjelajahan dunia. Dengan buku ini, sejarah telah ditulis ulang.


@h_tanzil

No comments:

Post a Comment

 
ans!!